Langkah tegas seorang CEO muda yang baru saja memasuki gedung perusahaannya. Dengan outfit seorang petinggi perusahaan berjalan di dampingi oleh beberapa penjaga bertubuh besar dan satu orang sekertaris laki - laki yang berjalan tak jauh di belakangnya.
Gedung besar dengan berisikan tiga lantai tersebut ia masuki dengan disambut beberapa karyawan yang tsebelumnya tengah sibuk bekerja harus terhenti karena kedatangannya. Seorang petinggi muda yang mempunyai perusahaan muda di bawah naungan perusahaan besar dan terkemuka diantara semua perusahaan.
Ini bukan hal yang baru bagi seorang Senio, memang ia baru setahun menjabat sebagai CEO perusahaan namun hal yang terjadi sekarang adalah hal yang biasa dan sudah Senio anggap sebagai adat. Sebenarnya ia tidak perlu disambut atau dikawal seperti ini, ia lebih memilih untuk bergerak bebas dan bisa lebih dengan dekat dengan karyawannya.
Namun ini semua sudah peraturan yang dibuat dan tidak bisa di ganggu gugat. Jika ditanya tertekan atau tidak jawabannya sudah pasti iya. Tapi entah Senio lebih memilih untuk menghalau semua rasa tertekannya untuk menjalani pekerjaannya saat ini. Ini adalah gaya seorang Senio yang selalu jadi pemimpin bukan?
Bedanya saat ini adalah ia menjadi pemimpin dari sebuah perusahaan yang akan berakibat beruntung untuk kehidupannya tetapi jika dulu ia menjadi pemimpin dari sebuah geng motor yang akan berakibat antara baik dan tidak terhadap dirinya dan juga sekitar. Setidaknya ia mendapat pelajaran dari masa lalunya.
Tentunya bukan Senio jika tidak membuat lawannya menjadi segan dengan dirinya dan juga sekitarnya. Jika kalian ingin tau, beberapa perusahaan besar yang bisa dibilang sudah lama berlayar dan mendapat banyak pengalaman justru seketika ciut saat menghadapi perusahaan yang Senio dirikan. Meskipun perusahaan yang masih seumur jagung ini sudah bisa banyak membuat beberapa pesaing tidak ada yang berani untuk bermain dengannya.
Kembali pada Senio yang sekarang sudah sampai pada ruangan kerjanya, ia harus kembali pada kesibukannya setelah mengurusi urusannya dengan Joey.
Ia lekas menduduki tempat duduk yang mungkin kini telah menjadi singgasananya. Masih tetap diikuti oleh sekertaris namun tanpa bodyguard lagi.
"Pak nanti malem anda ada jadwal meeting jam 8 dan--"
"Gausah sok formal lo elah. " ucap Senio dengan santai seraya melonggarkan dasi yang menggantung rapih di kerah lehernya.
"Iya juga si, kagak ada siapa - siapa sekarang. Yaudah nih ntar jam delapan lo ada ketemuan sama clien. " turut Boy dengan gaya santai di depan Senio.
"Oke. Yaudah sono gue mau nyantai dulu. " usir Senio dan dengan santainya ia menaruh kaki di atas meja.
"Anjir mentang mentang udah jadi CEO gaya lo Sen kayak tukang cilok kalo lagi ngaso di pos ronda. "
Senio terkekeh, sejujurnya ia belum pernah melakukan ini sebelumnya. Ia hanya ingin bergurau saja dan kembali menurunkan kakinya dari meja.
"Yakali, gue gak pernah kayak begitu. Adanya lo, ngobrol sama atasan gak pake formal. Baru tiga bulan lo gue ajakin buat jadi asisten gue malah ngelunjak. "
"Kan tadi lu Sen yang nyuruh! Anjir gue kesel nih! " dengus Boy.
"Nahkan malah ngelawan, gue pecat mau jadi apa lo?"
Boy kikuk kali ini, Senio ada benarnya. Alasan ia datang ke negeri orang adalah untuk bekerja dengan Senio karena Senio lah yang mengajaknya. Tapi jika ia di pecat, mungkin setelahnya ia hanya bisa luntang lantung tidak jelas di negeri orang.
"Serah lu lah Sen! Nih berkas buat lo tanda tanganin, udah gue mau balik ke ruangan gue. " ucap Boy setelah menaruh beberapa berkas yang ada di tangannya kemudian ia lekas melangkah pergi begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior 2 (Senior Series 2)
Fiksi Remaja[COMPLETE] Tidak ada yang akan pernah berakhir dalam sebuah kehidupan. Cerita tentang bagaimana kedua orang yang telah memisahkan diri namun kembali dipertemukan dalam keadaan yang telah berubah dengan takdir yang masih terus mengikuti mereka. Sen...