Juni tersenyum melihat figura yang berada di tangannya, menatap sendu pada dua orang yang tengah tersenyum cerah serta saling merangkul. Suasana yang terlihat hangat begitu di rindukan.
Tidak terasa waktu begitu cepat, dulu Juni yang masih harus diurus oleh sang kakak, dulu Juni yang masih terlihat sangat kecil dan menggemaskan, dulu Juni yang masih takut akan banyak hal, serta Juni yang tidak pernah lepas dari sang kakak yang selalu siap melindungi.
Lima bulan berlalu sejak dirinya tersadar dengan setengah ingatan, lupa akan banyak hal dan hanya mengingat sedikit hal dalam masa hidupnya. Kali ini Juni sudah sembuh sepenuhnya, secara fisik maupun mental, dengan terapi yang ia jalani baik secara prosedur maupun tidak, perlahan satu persatu memori ingatannya yang sempat hilang kembali muncul, membawa perasaan lega sekaligus sedih karena kenangan buruk yang dulu pernah terjadi dalam hidupnya kembali teringat dan membawa ketakutan lain muncul dalam diri Juni.
Untungnya, beberapa orang selalu datang untuk membantunya, merawatnya dan menjaganya selama masa pemulihan. Semua sudah kembali pada semestinya.
Juni tersenyum sendu menatap foto tersebut, dengan segenap rasa rindu yang sempat terkubur kemudian hilang, Juni kembali bisa merasakan rindu dengan lelaki yang tengah merangkul gadis kecil yang berada dalam foto tersebut.
Juni sangat merindukan Januari, sangat.
Ia tidak pernah lupa tentang bagaimana laki-laki hebat itu dulu selalu menjaganya dan merawatnya, memberikannya banyak pelajaran serta sesuatu yang dulu belum pernah Juni tahu, seseorang yang dulu selalu menjanjikannya sesuatu kemudian menepatinya, seseorang yang dulu selalu memberikannya nasihat baik serta masukan yang sempat membuat Juni merasa tidak cocok dengan prinsipnya.
Januari pernah berjanji akan selalu ada, dan benar, laki-laki itu sampai saat ini selalu ada dalam hatinya. Bahkan ketika untuk pertama kalinya Juni mengingat kembali siapa Januari, Januari saat itu datang ke dalam mimpinya, membawakannya banyak kenangan yang sempat terlupakan, memberikannya sebuah kata-kata manis serta menjanjikannya akan hadir lagi nanti.
Sejak saat itu, Juni perlahan mengingat satu persatu kenangannya yang sempat terlupakan.
Termasuk seseorang yang selama ini selalu ada di sampingnya, membantunya untuk sembuh, merawatnya, dan menemaninya kemana pun Juni butuh untuk menjalani terapi agar mengembalikan ingatannya.
"Kamu inget dia siapa?"
"Januari.. Nathanio.. Reza..," Juni menyipit mengeja nama yang tertera pada nisan dihadapannya.
"Inget sesuatu?"
Saat itu sebuah ingatan sekelibat mengitari pikirannya, secara acak seolah kaset rusak yang hanya menampilkan adegan tidak beraturan hingga membuat Juni merasakan kembali sakit di kepalanya. Begitu juga dengan Januari yang datang ke dalam mimpinya, skenario mimpi itu kembali muncul dengan menyebutnya berapa kali kata abang terlintas di telinganya, bising serta riuh kejadian-kejadian acak itu mengganggu pendengarannya.
"Abang..,"
Senio yang berada di samping Juni mulai menyentuh kedua pundak Juni, takut jika akan terjadi sesuatu yang buruk menimpanya, memperhatikan raut wajah Juni yang terlihat sedikit kesakitan serta kebingungan.
"Abang?"
"Dia.. abang gue.. abang Januari..," Senio mengangguk tersenyum mendengar ucapan kaku Juni, bersyukur karena akhirnya Juni kembali mengingat Januari dalam ingatannya.
Juni mengalihkan pandangannya pada langit malam di luar sana, musim hujan penghujung tahun sudah tiba, cuaca cukup dingin serta langit yang sangat gelap tanpa benda langit yang menyinari serta rintik hujan yang mungkin tidak akan berhenti semalaman, Juni menghela nafasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/179459567-288-k741312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior 2 (Senior Series 2)
Novela Juvenil[COMPLETE] Tidak ada yang akan pernah berakhir dalam sebuah kehidupan. Cerita tentang bagaimana kedua orang yang telah memisahkan diri namun kembali dipertemukan dalam keadaan yang telah berubah dengan takdir yang masih terus mengikuti mereka. Sen...