10. |

2.6K 189 50
                                    

Pandangannya mengedar disetiap sudut ruangan mencari sosok yang ia cari. Namun sepertinya ruangan ini kosong yang hanya berisi berkas berkas yang masih tergeletak di meja.

Ia menghela nafas dan lebih memilih untuk menunggu di sofa yang berada dalam ruang kerja Senio.

Joey terdiam dengan pikirannya tentang semua yang ia alami sekarang. Ia tidak menyalahkan takdir, ia hanya takut untuk melawan takdir yang ada. Dengan hidup yanh sekarng bergantung itu tidak membuat ia bahagia.

"Hei!" sapa seseorang yang membuyarkan lamunan Joey.

Pandangannya menengadah dan langsung mendapati keberadaan Senio yang baru saja memasuki ruangan dan berjalan menghampirinya.

"Hei Sen," sapa balik Joey.

"Kamu udah lama?" tanya Senio setelah ia sudah duduk tepat disamping Joey.

"Enggak kok baru, kamu kemana aja?" Jeoy tersenyum menatap Senio disampingnya yang terlihat sedikit aneh.

Senio melirik Joey yang juga tengah menatapnya, ia terdiam seraya menatap iris mata Joey yang menyipit karena tersenyum untuknya. Senyum itu menular hingga membuat Senio ikut menyunggingkan senyuman.

"Abis ketemu klien," jawab Senio dengan sedikit mengumpat pada dirinya sendiri karena dengan mudah mengucapkan kata bohong pada Joey.

Joey mengangguk paham, namun entah ia merasa ada yang berbeda dari Senio. Melihat mata Senio seakan mengatakan bahwa ada hal lain yang dia sembunyikan. Namun Joey tidak terlalu mau menggubris itu, setidaknya Senio sudah memberitahu yang sebenarnya.

"Ohiya Sen tadi aku ngeliat Juni di lobby, kamu tau Juni ngapain? " tanya Joey yang kembali menatap Senio.

Namun tidak dengan Senio yang bersikeras menyembunyikan keterkejutannya bahwa Joey melihat keberadaan Juni.

"Gak tau, maybe dia ada urusan lain kesini. Yaudah ayo kita pulang, atau mau ke suatu tempat dulu? " tanya Senio yang lekas bangkit dan menjulurkan tangannya pada Joey.

Joey melihat juluran tangan tersebut, entah Senio memang benar - benar terlihat aneh sekarang. Entah merasa Senio mengalihkan pembicaraanya kali ini dan semua terasa ad yang disembunyikan darinya.

Sekali lagi Joey menghalau semua yng ada dipikirannya, ia tidak seharusnya curiga dengan Senio karena bagaimana pun Senio hanya tunangannya dan bukan berarti ia harus selalu tau apa saja yang terjadi dengan Seni. Ia meraih juluran tangan Senio.

"Gausah kita langsung pulang." Jawab Joey dan dibalas anggukan oleh Senio.

Benar saja, Senio berbeda sekarang. Karena biasanya jika ia meminta langsung pulang pasti Senio akan memaksanya untuk pergi kesuatu tempat terlebih dahulu sebelum pulang. Dan sekarang Senio terlihat lebih menuruti apa yang di katakannya.

"Sen," panggil Joey saat Senio tengah mengambil kunci mobilnya yang berada di meja kerja.

"Ya? " sahut Senio. "Nothing." Jawab Joey yang langsung mengalihkan pandangannya dari Senio.

Joey membelakangi Senio dibelakangnya, ia tidak suka dengan Senio yang sekarang. Senio memang tidak pernah terbuka dengannya dan mungkin ia sudah lelah sekarang karena merasa tidak dipercaya oleh Seni. Ia merasa pertunangannya dengan Senio hanya status belaka dan memang faktanya seperti itu.

Mereka bertunangan karena urusan pekerjaan, namun Senio menerimanya dan membuatnya merasa bahwa ini memang pertunangan yang sebenarnya bukan karena sebuah paksaan.

Sesak menerjanya saat ini, ia sadar Senio tidak benar - benar ada untuknya.

"I'm sorry," ucap Senio yang saat ini sudah memeluk erat tubuh Joey dari belakang.

My Senior 2 (Senior Series 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang