"Sen.."
Serempak Juni dan Senio menatap kearah sumber suara. Kaki Juni melemas, Senio tercekat. Keduanya diam tak berkutik saat satu pasang mata mulai meluncurkan air mata dengan semua kesaksian nyata yang dia lihat.
Senio menatap kearah Juni yang enggan menatapnya. Semua terjadi terlalu cepat sebelum Senio menyiapkan berbagai rencana.
"Tinggalin gue."
"Gue gak mau di hari bahagia gue harus hancur cuma karena lo." lanjutnya.
Senio menatap Juni, "Oke gue pergi."
Juni menutup matanya erat seakan enggan untuk melihat keadaan saat ini, setelah mendengar langkah cepat Senio yang semakin jauh dan hilang dari pendengarannya ia menyentuh benda yang menggantung di lehernya. Menggenggam erat kemudian menariknya hingga terlepas secara paksa.
"Sorry."
Melempar kalung itu ke sembarang arah dan kembali masuk kedalam ruang acara.
Sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan hanya bisa tersenyum maklum, ia paham dari alur hubungan ini. Sama seperti dirinya yang juga pernah merasakan berada di posisi Senio.
Ia mengambil kembali kalung yang Juni lempar dan menyimpannya untuk sementara waktu sampai di waktu yang tepat.
****
"Lo kemana aja? Kok lama?" tanya Vie yang langsung menghampiri Juni.
"Gue abis dari toilet," jawab Juni dengan senyuman yang terpaksa.
Vie yang tahu ada sedikit perubahan kecil di wajah Juni seketika mengerti pasti ada sesuatu yang telah terjadi.
"Sekarang lo harus tersenyum dulu oke?! Jangan terpaksa gitu, gak enak sama yang udah dateng ke acara ultah lo tapi muka lo malah asem kayak gitu," Juni mengangguk kemudian menghela nafas dan tersenyum lebar.
"Gue tau kok, tadi Saskia yang kasih tau ke gue kalo lo lagi ketemu sama Senio. Sehabis ini lo bisa cerita sama gue,"
"Thanks," ucap Juni dan langsung memeluk Vie yang juga membalas pelukannya. Setidaknya Juni lebih sedikit lega ada seseorang yang mengerti akan perasaannya.
"Eh liat kesana," tunjuk Vie dan Juni langsung memperhatikan apa yang ditunjuk oleh Vie.
Ada seseorang yang Juni kenal baru saja masuk ke dalam ruang acara dan ia langsung melirik ke arah Vie yang sedang tersipu malu.
"Lo ngundang Bryan juga?" Vie mengangguk
"Ciee" ledek Juni seraya mencolek dagu Vie.
"Ish apaan sih lo," wajah Vie semakin berubah merah.
"Yaudah sana samperin, kayaknya juga dia lagi nyariin lo." Vie mengangguk dan pergi menghampiri Bryan.
Juni memperhatikan seisi ruangan ini yang dipenuhi oleh orang-orang yang hadir ke acara ulang tahunnya. Juni baru sadar ini semua sudah direncanakan dengan sangat baik, bahkan rekan kerja orang tua Juni saja turut hadir keacara ulang tahunnya.
Juni terus tersenyum kepada semua tamu yang datang keacaranya malam ini, tapi tetap saja ia merasa sepi diantara keramaian ini.
"Gimana? Sukses?" tanya Saskia yang menghampirinya
Juni hanya tersenyum sebagai jawaban dan Saskia paham dari senyuman tersebut. Juni itu tidak pandai dalam menyembunyikan perasaannya.
"Sorry karena gue lo jadi--"
"Enggak ini bukan salah lo Kia, gue gakppa kok. Gue cuma lagi gak mood aja ngomongin itu.
"Gue tadi abis di ceritain Fery kalo dia ngeliat Senio yang ngejar tunangannya, gue harap kejadiannya gak sesuai sama yang dipikiran gue." Ucap Saskia yang menatap mata sendu Juni.
![](https://img.wattpad.com/cover/179459567-288-k741312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior 2 (Senior Series 2)
Teen Fiction[COMPLETE] Tidak ada yang akan pernah berakhir dalam sebuah kehidupan. Cerita tentang bagaimana kedua orang yang telah memisahkan diri namun kembali dipertemukan dalam keadaan yang telah berubah dengan takdir yang masih terus mengikuti mereka. Sen...