22. |

1.3K 112 42
                                        

Saat itu, aku menyadari bahwa aku tak bisa meninggalkan mu,
Tak peduli seberapa sulit masalah yang kita hadapi, akan lebih mudah untuk bertahan daripada berpisah.

♡♡♡

"Kak,"

Senio memalingkan wajahnya menatap seseorang yang baru saja memanggilnya.

"Lo sampai kapan harus kayak gini terus?"

Senio kembali menghadap kearah semula dengan pandangan yang berubah sendu.

Bingung harus menjawab apa, bahkan Senio sendiri tidak tahu sebenarnya apa yang harus ia lakukan. Perasaannya terbagi untuk dua orang, dan keduanya sangat berarti. Terlalu payah untuk Senio melepaskan keduanya, tetapi terlalu kejam pula Senio harus memilih satu diantara keduanya.

Dalam keadaan seperti saat ini, Senio masih tidak bisa berpikir dengan baik apa yang harus ia lakukan. Ia hanya ingin keduanya bahagia tanpa ada yang harus tersakiti. Tapi ia sadar jika ini terus di lanjutkan sama saja ia akan menyakiti satu diantara keduanya.

Tidak ada perasaan yang bisa terbagi rata, bahkan ia sendiri masih bingung sebenarnya siapa rumahnya untuk pulang?

"Gue ngomong gini bukan untuk nyalahin lo atas apa yang menimpa Juni, tapi gue tau perasaan Juni terhadap lo kak. Juni terlalu denial sama perasaannya buat lo sekarang, gue tau Juni masih punya rasa yang sama buat lo tapi dia berusaha untuk ngelupain itu karena dia sadar lo udah punya seseorang."

Senio semakin dia dan hanyut dalam setiap kalimat Saskia. Matanya yang tidak lepas dari wajah tenang Juni yang tertidur di atas ranjang, masih sama dan tidak ada perkembangan.

"Lo jangan buat Juni semakin bingung sama perasaannya sendiri kak, dia sering curhat sama gue tentang yang dia rasain selama ini dan alasannya itu semua karena lo."

Terlalu muna jika Senio tidak merasakan hal yang sama, bahkan ia sendiri masih sering memikirkan keadaan Juni. Masih merasakan degupan yang sama jika bersama dengan gadis itu dan masih mempunyai harapan yang sama.

"Dia berusaha sekuat mungkin untuk denial perasaannya buat lo dengan alasan dia udah move on sama lo, tapi gue tau dan gue kenal dia lama. Afeksi dia masih berpusat sama lo kak, dia masih mempunyai harapan yang sama kayak dulu cuma dia kubur dalam dalam harapan itu. Itu malah buat dia semakin tersiksa kak, lo gak tau itu kan?"

Seperti ribuan pecahan kaca yang menancap tepat di dadanya, Senio kembali menatap kearah Saskia. Ia terkejut dan Saskia benar.

"Lo cuma tau Juni yang kuat berusaha untuk tetap hidup dan menggapai cita - citanya, tapi di sisi lain hatinya mati kak. Hati dia udah mati semenjak dia tahu lo udah punya tunangan, bahkan alasan dia sampai sekarang belum menemukan pengganti lo karena dia masih menyimpan perasaan yang sama buat lo, cuma dia tahan itu semua dan bersikap seolah dia udah lupain lo."

Lidah Senio kelu, dadanya semakin sakit seolah tersengat listrik ribuan volt. Semua perkataan Saskia benar - benar membuatnya merasa semakin bodoh karena telah menyakiti Juni tanpa ia sadari. Ia telah menyakiti Juni sedalam itu, dan bodohnya lagi ia tidak menyadari itu semua. Yang ia tahu Juni memang benar-benar sudah melupakannya.

"Gue tahu, semenjak kejadian ulang tahun Juni yang lo ngasih kalung ke dia dan disitu ada tunangan lo, Juni nyuruh lo untuk pergi kan? Lo cuma liat dia yang berusaha tenang dan lo merasa Juni gak benar-benar mau berjuang bareng lo kan kak? Akhirnya lo pergi dan lo ngilang gitu aja. Juni disitu hancur kak, dan dia berusaha untuk tetap kuat karena dia pengen lo bahagia sama tunangan lo. Dia cuma pengen lo bahagia kak."

Saskia menghela nafasnya yang tersendat, ia juga merasakan sakit yang sama seperti Juni. Mungkin ia akan kena marah jika Juni tau ia membocorkan semuanya kepada Senio, tapi Saskia juga tidak ingin Juni terus-terusan tersakiti disini.

My Senior 2 (Senior Series 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang