Semua benar-benar kembali terulang tetapi dengan cara yang berbeda
♡♡♡
Tidak akan ada yang baik-baik saja di dunia ini, seberapa keras pun untuk tetap tidak apa-apa tapi nyatanya semua manusia tidak akan sanggup untuk menyembunyikannya.
Mustahil Tuhan menciptakan manusia tanpa adanya kelebihan dan kekurangan, karena dengan kekurangan kita bisa lebih menerima dan dengan adanya kelebihan kita harus lebih bersyukur. Hanya itu yang menjadi penyemangat Juni sampai saat ini, terkadang ia akan merasa sangat terjatuh dan selalu ada seseorang yang mau menjadi sandarannya di kala letih.
Terdengar sendu namun inilah Juni yang sebenarnya, terlihat tegar namun lemah di dalam. Dulu ia sangat terlihat ceria karena merasa semua apa yang ia inginkan selalu hadir tepat waktunya, tapi sekarang lebih terasa lebih sulit dari yang dulu. Juni sadar kini kehidupannya sudah berubah, ia sudah jauh dari orang tu dan sudah tidak mempunyai kakak yang dulu akan selalu memberikannya dukungan di masa sulitnya.
Juni sadar, ini sudah konsekuensi yang harusnya ia terima. Meskipun disini masih ada orang yang mau menemaninya dan melindunginya, tapi tetap saja semua terasa berbeda. Orang yang lebih dulu ada dan kemudian menghilang, maka kenangannya tidak akan pernah terlupakan.
Juni memijit pelipisnya yang terasa berdenyut karena sudah lebih dari tiga jam matanya tidak lepas dari layar laptop yang hampir setiap hari selalu bertemu dengan retinanya. Peran pendukungnya sudah pasti tugas dan segala macamnya. Meskipun ia baru beberapa semester berkuliah tetapi tugas tidak pernah luput hadir dalam kehidupannya.
Sedikit meringis saat retinanya kembali menatap layar laptop tersebut dan akhirnya ia memilih untuk menyudahi mengerjakan tugasnya sementara. Tangannya lekas menutup laptop tersebut dan ia menghela nafas lelah menyadari hari sudah larut malam.
Ia menatap kearah luar apartemennya yang menampakkan langit gelap dengan beberapa bintang kecil yang menghiasi, begitu pula dengan gemerlap lampu jalanan, lampu kendaraan dan gedung-gedung tinggi yang menampakkan suasana malam yang cukup indah.
Senyum tipis terukir di wajahnya saat melihat beberapa bintang yang seakan tengah menyapanya, kembali kenangan kecil bersama Januari berputar seperti rekaman lama di ingatannya.
'Dek, jangan pernah tunjukkin air mata lo di depan gue. Gue gak suka liat peri kecil gue nangis, gue juga pengen liat lo ketawa kayak dulu lagi.'
Juni ingat kata-kata itu, ia masih bisa merasakan tangan Januari yang selalu menghapus air matanya ketika ia menangis.
'Tantangannya, lo gak boleh nangis selama seminggu.'
Tantangan itu, Juni mengerti kenapa saat itu Januari menantangnya untuk tidak boleh menangis. Januari sudah merencanakan semua.
'Tetep jadi adik kecil gue yang ceria, gue sayang sama lo.'
"Gue kangen lo bang." Ucap Juni dengan senyuman yang tidak pernah berubah untuk kakak laki-lakinya.
Semua berlalu begitu cepat, bahkan Juni tidak menyadari jika bulan depan adalah tahun ke-3 pemakaman Januari. Ia berharap agar ia bisa pulang ke Indonesia saat hari itu tiba karena pada tahun lalu Juni tidak bisa hadir karena berbagai kesibukannya sehingga rasa rindu itu kian memupuk dengan sendirinya.
Pandangan Juni teralih saat mendengar nada panggilan telepon berbunyi dari handphonenya, ia mengambil benda tersebut dan membaca nama yang tertera pada layarnya. Ia tersenyum dan segera menekan tombol hijau.
"Halo dek!" sapa seseorang di sebrang sana.
Juni sedikit terkekeh mendapat sapaan tersebut, "Halo, ada apa kak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/179459567-288-k741312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior 2 (Senior Series 2)
Fiksi Remaja[COMPLETE] Tidak ada yang akan pernah berakhir dalam sebuah kehidupan. Cerita tentang bagaimana kedua orang yang telah memisahkan diri namun kembali dipertemukan dalam keadaan yang telah berubah dengan takdir yang masih terus mengikuti mereka. Sen...