3. |

2.6K 243 86
                                        

Sekarang Juni tengah berada di sebuah toko buku di temani oleh Dion yang sedari tadi justru tengah sibuk sendiri oleh buku yang ia temui di salah satu rak. Sedangkan Juni masih dengan pencariannya untuk mencari referensi yang cocok.

Cukup jauh Juni berkeliling toko buku bahkan sampai ke sudut toko yang sepi. Ia hanya terus mencari apa yang ia butuhkan sampai ia benar - benar menemukannya.

Namun kali ini sepertinya Juni menyerah, ia sudah sangat capek untuk mencari buku yang pas sedangkan buku yang sering ia temui adalah buku yang jauh dari yang ia harapkan.

Nafas gusar ia keluhkan sampai pada titik kehabisannya. Ia menyerah sekarang dan ia hanya mundur sedikit untuk menjauh dari rak tinggi di hadapannya.

"Kenapa gak ada buku yang pas?! " keluh Juni seraya merapihkan rambutnya yang mulai terlihat acak - acakan.

"Ini yang lo cari? "

Atensi Juni teralih saat sebuah buku tepat berada di hadapannya. Buku yang selama ini ia cari. Ia ingin teriak rasanya ketika ada orang yang berniat hati membantunya mencari buku.

Namun detik berikutnya buku itu mulai bergerak turun hingga menampilkan wajah lain yang terlihat familiar hingga nyaris melunturkan senyum yang terbit di wajah Juni.

Orang itu tersenyum lebar, hingga mampu membuat Juni terdiam seketika.

"Nih buku lo, gue yakin lo baru pertama kali ke toko buku ini. Lo salah tempat, harusnya buku yang lo cari itu ada di rak sebelah sana bukan disini. "

Juni menatap buku itu bergantian, hingga akhirnya ia lebih memilih untuk bersikap normal.

"Ishh, gue udah nyari ke rak sebelah sana tapi gak ada. Kenapa sama lo ada? Lo umpetin ya? " tanya Juni yang lebih mengarah ke menuduh.

"Kalo emang iya kenapa? Kalo enggak kenapa? " Juni mendengus.

"SE--nio! " gusar Juni dengan awalan bernada tinggi namun ia baru ingat ini adalah toko buku sekaligus perpustakaan dan artinya dilarang untuk melakukan kebisingan.

"Sst! Berisik lo, ntar di marahin mau? "

Juni mendesis, masih beruntung Senio kali ini karena mereka ada di tempat yang dilarang untuk berisik. Kalo tidak, mungkin sudah menjadi amukan bagi seorang Juni.

"Abisnya lo ngeselin, dari dulu tuh lo selalu ngeselin tau gak! " Juni kesal dan detik berikutnya ia terdiam. Begitu juga Senio.

"Kalo gak ngeselin bukan Senio namanya dan kalo gak marah - marah bukan Juni namanya. " ucap Senio seraya mencubit gemas pipi Juni.

Juni tidak bereaksi, ia tidak sama sekali terbawa perasaan atau gagal move on. Sungguh ia hanya ingin merasakan de javu tanpa berniat untuk membuka lembaran lama.

"Yaudah sini. Makasih bukunya! Jangan ngeselin lagi kalo bisa, nanti Joey darah tinggi gara - gara marah mulu sama lo. " Senio terkekeh mendengar ucapan Juni.

"Gak ikhlas bilangnya. Juni itu anaknya ramah, cantik, baik, tidak sombong dan rajin menabung. Kenapa jadi galak banget sekarang? " tanya Senio seraya memajukan wajahnya sedikit lebih dekat dengan Juni.

Juni yang menyadari itu, ia lekas kembali mendorong wajah Senio dengan buku yang ada di tangannya.

"Lo nya aja yang ngeselin. Ngomong - ngomong makasih pujiannya! " Senio tersenyum.

"Iya sama - sama. Lo tau gak? "

Juni menaikan sebelah alisnya pertanda ia bertanya maksud kelanjutan Senio.

"Gue kangen sama lo. "

Juni menatap mata itu dan ia mengerti maksudnya.

"Gue juga kangen sama lo kakak kelas nyebelin yang sekarang udah jadi CEO muda. "

My Senior 2 (Senior Series 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang