Happy Reading, guys
———
[Flashback]
Jeon kecil tersenyum, matanya berbinar, sedang langkah tak lagi dapat dikendalikan. Pandangannya lurus ke depan, menatap cerah seraya kedua tangannya yang mengayun riang. Barangkali bukan sesuatu yang di luar perhitungan, yang dapat membuat jantung bekerja ekstra hanya karena satu kesalahan, perihal hitungan—Jeon Jungkook tak pernah main-main. Namun, ini hanya tentang presensi Joan Rena di depan mata. Gadis kecil yang suka mengumpatinya, memarahinya, atau memukulnya. Ia hanya gadis menggemaskan yang dingin—kerap kali menolaknya bila Jungkook menyatakan perasaannya. Peduli apa? Mereka hanya bocah yang kerap kali bertengkar, saling menuduh, lalu menangis kemudian.
Otak Rena masih sepenuhnya berfungsi kala itu. Mendapati Jeon Jungkook yang kerap kali mengendap memasuki kamarnya, melemparkan senyum sehangat mungkin dengan wajah memerah menahan malu, Jungkook mendekat—membuat sang lawan mendelik dan lantas menatap sengit. "Mau apa?" tanya Rena begitu Jungkook berada di depannya.
"Ingin jalan-jalan?" tanya Jungkook dengan pipi gembilnya yang begitu menggoda untuk ditampar—bagi Joan Rena.
"Tidak mau jika itu bersamamu," jawab Rena dan lantas mengalihkan pandang.
"Kenapa? Aku tidak akan menciummu lagi, kok. Aku juga tidak akan jahil lagi padamu."
"Tidak mau saja. Kau itu pembohong!"
"Kata siapa?"
"Kau pikir siapa yang baru saja berbicara?"
Gasp. Jungkook memaku di tempat, nyaris saja mendekat. Tajam sekali mulutnya itu!
"Rena, aku tidak sedang berbohong. Ayo jalan-jalan denganku."
Sembari ditemadi pelayan dan bodyguard milik Tuan Jeon, Jungkook dan Rena memilih berkeliling taman kota. Cukup ramai, namun tak sampai hilang dalam pengawasan. Saat permen kapas digenggam tangan, Jungkook tak bisa berhenti memandangi wajah Rena yang sibuk melahap permen kapas miliknya. Raut wajahnya menjadi lebih cerah—berseri dengan kedua iris berbinar menatap senang seraya tersenyum penuh. Tidak seperti Joan Rena yang biasanya.
Percaya atau tidak, kendati Rena bersikap dingin padanya, Jeon Jungkook dapat merasakan bahwa gadis itu sebenarnya pribadi yang hangat. Hanya saja, Jungkook kerap menemukannya menangis saat gadis kecil itu terlelap. Saat ia menanyakan itu pada ayahnya, sang ayah hanya tersenyum setelah tampak khawatir.
"Jangan menatapku terus menerus! Kau tidak akan tahu berapa banyak lebah yang akan datang menghuni permen kapasmu, Jung!" tegur Rena tanpa menoleh sedikit pun. Jungkook sontak melebarkan tawa, memamerkan cengirannya pada gadis itu. Namun, sekali lagi, Rena tersenyum.
Jungkook ikut tersenyum, kemudian beralih melahap permen kapas miliknya sebelum kemudian kembali menoleh gadis itu, "Kau cantik," pujinya kala itu.
"Aku tahu," balas Rena.
Jungkook terkekeh kecil, gigi kelincinya pun tampil dengan jemari yang memainkan permen kapasnya sebentar sebelum kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. "Kalau begitu terus saja tersenyum! Kau sangat cantik jika tersenyum begitu."
Rena kembali tersenyum, menoleh pada Jungkook yang turut tersenyum padanya. "Kalau kau suka begitu, akan aku usahakan, deh," jawabnya.
Kedua iris Jungkook berbinar, sontak berdiri di depan gadis itu. "Benarkah?" tanyanya berapi-api.
Rena mengangguk, sudut bibirnya kembali terangkat. "Benar. Aku sudah lelah cemberut terus. Kata bibi Song, nanti cantikku hilang hehehe. Dan, terimakasih, kau selalu menemaniku selama ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Fanfiction[COMPLETED] [SUDAH DIBUKUKAN] AWAS! BACA INI BISA BUAT FLU DADAKAN SAMPE SESAK NAPAS! Jeon Jungkook. Dia datang lagi. Si Keparat yang suka mengejeknya. Si Keparat yang suka memukulnya. Si Keparat yang suka mencuri ciumannya. Bocah itu datang lagi. D...