Extra Part : 2

2.5K 221 71
                                    

Iseenggg up lagi

Masih ada yg baca ga ya? 👀


——

"Auntie!"

"Hi, Sweetheart. Ingin menghancurkan rumah ini bersama Auntie?"

Ryeon sontak berlari kesenangan menuju Rheya yang tampak terkejut dan lantas tersenyum setelahnya. Bocah tersebut pun memeluk Rheya dengan erat, buru-buru menggangguk dan lantas mengajaknya pergi menjauh. Jungkook berjalan di belakang, memijit pelipisnya manakala menyadari bahwa Ryeon membuang asal tas miliknya di sofa.

"Ryeon! Tas—"

"Minta tolong bereskan, ya, Pa!"

Dua pengacau itu!

Rheya dan Ryeon. Jungkook tak pernah menemukan sebutan yang tepat untuk mereka berdua selain 'pembuat onar'.

Taehyung terkekeh, mengamati Jungkook yang kini berjalan mengambil tas putranya untuk diletakkan di kamar. Seraya berjalan, ia berujar, "Minum apa?"

"Terserah kau saja."

"Kalau begitu tidak usah."

Taehyung pun sontak mendengus mendengarnya. Jungkook kembali setelah keluar kamar dan terdengar mengomel pada putranya, pria itu lantas berjalan ke pantry, namun memilih membuka kulkas dan mengeluarkan dua kaleng bir sebelum kemudian berjalan menuju Taehyung.

Taehyung dan Rheya berkunjung ke apartemen hari ini. Jungkook menyuruh mereka masuk terlebih dulu manakala ia masih menjemput Ryeon di sekolah. Taehyung masih hafal sandinya, dan Jungkook tahu akan itu.

Ryeon begitu akrab dengan Rheya, manalagi wanita itu tengah hamil, layaknya akan memiliki seorang adik, bocah itu kerap bertanya perihal bayinya. Dan Jungkook baru mengetahui bahwa ia adalah adik dari Ryujin ketika pernikahannya dengan Seokjin berlangsung. Pantas saja rasanya tidak asing! Wajah Rheya cukup familiar, hanya saja ia tampak lebih beringas. Taehyung dan Rheya memutuskan untuk menikah dua tahun yang lalu.

Tentu, setelah mati-matian mencoba bangkit dari keterpurukannya. Layaknya ia, namun Jungkook belum sepenuhnya berhasil.

"Cari sendiri di kulkas jika tidak terima!" ujarnya seraya menaruh kaleng bir pada meja.

Taehyung ingin mencibir, namun menahannya ketika menyadari bahwa menjadi papa muda seperti Jungkook sangatlah menyebalkan. Pria itu meraih kaleng bir dan lekas meminumnya.

"Aku tidak berharap bahwa anakku akan sepertimu, Jung."

Jungkook mengernyit, memandang Taehyung penuh tanya dengan sebelah alis yang terangkat. Sedang yang ditatap balas mengendikkan bahunya. "Rheya sering membicarakan tentangmu. Ia bahkan kerap mengorek masalalu kita dan seringkali mengumpatimu. Aku mendengar bahwa ketika seorang wanita hamil dan ia memiliki dendam pada seseorang, maka kemungkinan besar anaknya akan—"

"Bukankah bagus jika begitu? Aku tidak perlu repot-repot memberikan Ryeon adik jika anakmu saja sepertiku."

Taehyung melotot, nyaris melemparkan kalengnya. "Asal saja jika bicara!"

Jungkook sontak tergelak, terkekeh manakala menyadari ekspresi Taehyung berubah menjadi kesal dalam seketika. Pria itu bahkan lupa bahwa Taehyung tipikal pria yang jarang sekali merasa kesal, namun hari ini ia tampak kesal.

"Kenapa tidak menikah lagi? Bukankah bagus jika Ryeon memiliki Mama?"

Jungkook pun menghentikan tawanya, menelan kembali birnya, ia pun berujar santai, "Ryeon sudah memiliki Mama, Hyung. Kau lupa? Hyejin masih hidup hingga sekarang."

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang