Kedua netra mereka saling menatap. Sejemang, ada keheningan yang menyapa manakala Jungkook perlahan mengulas senyumnya. Cerah, seperti tak pernah ada kesedihan yang menderanya selama beberapa hari terakhir. Sedang, Rena hanya terdiam kendati gejolak aneh tengah meletup di dalam sana.
"Tidak apa-apa, Jeon Jungkook yang tampan ini akan menghalangi sinar sang surya untuk menyentuh ketenanganmu," ujar Jungkook seraya melebarkan senyumnya. Namun, Rena hanya tetap terdiam.
Jungkook pikir, Rena akan balas melempar senyum dan lekas memeluknya untuk sekadar ucapan terimakasih. Benar. Jungkook berpikir seperti itu.
"Apa yang kau lakukan?" Rena menatap heran. Bisa-bisanya?
"Tentu saja melindungimu, Sayang." Jungkook kembali melebarkan senyumnya. Helaan napas singkat terdengar bersama dengan kedua iris yang meredup, gadis itu menatap sang lawan dengan tatapan jengah nan malas.
"Menyingkir!"
"Ya?"
"Menyingkir kubilang!"
Hei?
Jungkook membelalak, beberapa kali berkedip lucu seraya mencoba mencerna ucapan Rena barusan. Di luar ekspetasi? Wow!
Jungkook tertawa renyah, setengah tergugup manakala hantaman telak itu mengenai harga dirinya. "Hehe, kau... lanjutkan! Aku akan—"
Rena mendadak bangkit dan beranjak pergi setelah berhasil memotong ucapan Jungkook dengan tambahan tabrakan keras pada lengan pemuda itu secara sengaja. Jungkook dapat mendengarnya saat gadis itu mendesis begitu selesai menabrak lengannya dan lekas menghilang ditelan pintu. "Pernahkah aku merasa tenang saat cahaya mendadak menghilang?"
Oke. Tamparan yang cukup kuat. Kiranya, Jungkook akan merenung sepanjang hari untuk berpikir perihal apa saja yang membuat gadis itu begitu marah padanya. Bodoh! Jungkook akui bahwa dirinya begitu. Pun tak hanya satu kali, rasa-rasanya ia memang belum mengenal Rena dengan baik. Tapi ini?
"Apa yang dia bilang barusan? Ada apa dengannya? Kenapa dia semarah itu padaku?" gumamnya. Merasakan rasa kesal yang mendadak merangsek setengah gelisah, pemuda itu berakhir menghela napas panjang kemudian. Hingga akhirnya ia menarik langkah untuk menyusul masuk.
Di dalam sana, ternyata semua orang tengah berkumpul setelah selesai menata barang mereka. Jungkook hanya berjalan dengan wajah yang suntuk seraya beberapa kali mengacak surainya kasar. Bisa ditebak, betapa kacaunya ia saat ada jarak yang tercipta dengan Joan Rena?
Jungkook sesekali melirik Rena yang berdiri di antara Ryujin dan Hoseok. Lain halnya seperti dirinya, gadis itu terlihat normal, dalam arti ia bergurau dan berbincang seperti gadis riang pada umumnya, ia juga tampak sibuk menanggapi Hoseok. Sedang, pemuda itu berdiri di antara Jimin dan Yoongi. Yoongi mengangguk kecil seraya menepuk pelan bahu Jungkook, kemudian mengusap kecil tanda mengerti akan situasi yang tengah dideranya. Jimin yang mengerti pun turut merangkul pemuda itu seraya melempar candaan ringan sebelum kemudian suara Namjoon memecah perhatian.
"Setelah selesai berbenah," Ia menjeda sesaat dengan melirik arlojinya, "tak cukup buruk untuk sekadar pemanasan dan perkenalan lingkungan saat ini. Sekarang jam dua siang, kuharap kita akan menghabiskan waktu yang panjang untuk bersenang-senang." Semua orang menggangguk tanda setuju.
"Baiklah kita akan membagi kelompok secara—"
"AKU DENGAN RENA!"
Pekikan Jungkook sontak membuat mereka semua terkejut setengah mati, Rena bahkan tersedak ludahnya sendiri manakala ia tengah membalas ucapan Hoseok mendadak terkejut. Yang lain sontak mengelus dada seraya mendumel pelan merutuki pekikan Jungkook barusan. Apa-apaan Jungkook itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Fanfiction[COMPLETED] [SUDAH DIBUKUKAN] AWAS! BACA INI BISA BUAT FLU DADAKAN SAMPE SESAK NAPAS! Jeon Jungkook. Dia datang lagi. Si Keparat yang suka mengejeknya. Si Keparat yang suka memukulnya. Si Keparat yang suka mencuri ciumannya. Bocah itu datang lagi. D...