Iblis mana yang tak senang saat kedua irisnya dapat merekam dengan jelas manakala disuguhkan seorang manusia yang tengah dibakar emosi, pikirannya terkikis penuh ambisi, sedang kesadarannya tak lagi terukur. Ia tertawa amat sangat keras, menikmati suguhan di depannya. Tersenyum pongah, tertawa penuh kemenangan, dan sekali lagi ia seolah berbisik merdu, "Lagi. Pukul anakmu!"
Emosi semakin naik ke permukaan, kedua iris yang menggelap, dengan seringaian tajam yang ditampilkan, nyaris membuat Jeon Jungkook kecil memilih menenggelamkan diri pada kubangan darah miliknya sendiri ketimbang merasakan pukulan bertubi-tubi dari ibunya untuknya. Jika ia dapat mati setelahnya, Jungkook akan sangat berterima kasih.
Nyatanya, umpatan dan pukulan itu tak pernah berhenti untuknya. Jika pagi, ibu akan menjadi sosok wanita penyayang yang dengan sigap mengambilkan lauk dan nasi untuk suami dan kedua anaknya. Senyum manis yang merekah, dengan usapan kecil pada anak surainya, ibu terlihat begitu menyayanginya.
Saat sang kakak-Jeon Joseph mendekat berniat untuk mengambil celah yang tak pernah tampak antara Jungkook dengan sang ayah, Jungkook akan dengan senang hati memberikan celah itu pada sang kakak. Kemudian, Joseph akan tersenyum dan memeluk adiknya dengan sayang, lalu berkata, "Kakak berjanji, Jung, Kakak akan merawatmu nantinya. Ingat, ya!"
Sang ibu mendadak datang, melempar senyum dan memuji kedua putranya yang begitu akur, membuat Tuan Jeon turut tersenyum karenanya. Namun, Jungkook ketakutan di antara senyumnya.
Menjelang sore, Joseph belum pulang dari bimbelnya, dan ayah akan pulang larut malam. Hanya ada ibu dan Jungkook kecil.
Lampu kamar Jungkook mendadak padam, ia yang tengah belajar pun mulai ketakutan. Suara tapak kaki yang menyeret pun mulai terdengar, napas ibu semakin dekat dari jaraknya. Dan Jungkook semakin memeluk diri. Kiranya, dalam seminggu, kejadian ini selalu terjadi dua kali.
Ini adalah alasan mengapa ia selalu meminta ikut bimbel bersama dengan Joseph, menghindari bengisnya ibu dan teriakan memilukan miliknya. Bahkan saat tubuhnya diseret paksa dengan umpatan kasar dari sang ibu, Jungkook hanya bisa menangis dan berteriak.
Melewati jam-jam itu dengan penuh teror, dan Jungkook tak akan pernah mengatakan kepada siapa pun, sebab sang ibu selalu mengancam akan membunuh ayah atau kakaknya jika ia mengadu. Inikah iblis yang berperan sebagai ibu?
Saat kakak dan ayahnya pulang, Jungkook memilih mengurung diri di kamar, di bawah selimut dengan meringkuk penuh isak. Wajahnya lebam, pun tangan dan kakinya juga. Ketika sang ayah masuk ke dalam kamarnya dan menanyakan alasan mengapa Jungkook tidak turun dan ikut makan malam, bocah itu hanya terdiam membisu yang membuat Tuan Jeon geram dan menyibak selimutnya kasar, menampilkan wajah penuh lebam anaknya.
Saat ditanya pun, Jungkook akan kembali menjawab seperti biasa, "Aku berkelahi, dan aku kalah."
Tuan Jeon nyaris tidak percaya jika bocah berumur delapan tahun itu sangat hobi berkelahi dibanding bertukar mobil mainan. Joseph yang lebih tua tiga tahun darinya pun tak pernah lepas dari bukunya, sedangkan adiknya?
Pria itu hanya menghela napasnya kasar, sebelum kemudian bergegas pergi tanpa mengatakan apapun. Meninggalkan Jungkook yang kembali menangis. Selang beberapa detik kemudian, tampak sang kakak yang mulai masuk, menampilkan raut sendunya.
Tanpa bicara, Joseph memeluknya dengan erat, mengusap punggungnya dengan pelan dan membiarkan Jungkook menangis ditelan malam hingga kemudian mereka akan terbangun bersama di pagi hari dengan posisi Jungkook yang berada di dekapnya.
Saat kedua iris Jungkook terbuka di pagi hari, hal pertama yang ia lihat adalah tangis sang kakak. Joseph menangis, dan mengatakan bahwa ia tidak becus menjaga adiknya, lalu Jungkook akan menghiburnya, dan Joseph berjanji lagi. Hal yang sama, bahwa ia akan merawat sang adik nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Fanfiction[COMPLETED] [SUDAH DIBUKUKAN] AWAS! BACA INI BISA BUAT FLU DADAKAN SAMPE SESAK NAPAS! Jeon Jungkook. Dia datang lagi. Si Keparat yang suka mengejeknya. Si Keparat yang suka memukulnya. Si Keparat yang suka mencuri ciumannya. Bocah itu datang lagi. D...