Chapter 30

3.8K 466 120
                                    

Putar lagu di atas👆

---

Hancur. Pecah. Berantakan.

Namun tidak bisa dikata hancur tatkala seseorang lebih dulu hancur-kelewat hancur hingga kehilangan minatnya untuk hidup. Hanya merundung-meratapi nasib dan menjatuhkan diri sedalam mungkin pada kegelapan perihal minatnya hidup. Terpuruk begitu jauh, dalam, dan tersiksa begitu hebat hingga berujung mati rasa dalam waktu yang lama. Awalnya begitu, dan seharusnya Rena begitu.

Namun, manakala kembali mengingat hari kemarin, pada masa-masa sebelum ia tumbang dengan berat, masa di mana keadaan masih dapat dikendalikan kendati beberapa kali sempat nyaris ambruk, masa di mana rahasia masih tersimpan dengan apik, saat Jungkook belum tahu apa pun. Senyumnya, tawanya, leluconnya, tingkahnya, suaranya, presensinya, semua itu tidak dapat dihilangkan begitu saja tatkala berpikir kembali perihal betapa sakit penyakit itu menyerangnya? Bukankah Rena itu gadis yang kuat?

Pertahanannya hancur, bentengnya roboh, lukanya kembali dikoyak paksa, sedang mati-matian batinnya disiksa.

Lukanya terlalu dalam, pun terisi hampir penuh dengan penyesalan yang hebat. Kembali mengingat senyumnya bukanlah suatu hal yang baik, mungkin kelewat baik. Namun, sukses menghancurkannya.

Jungkook membawa langkahnya mendekat, mati-matian menguatkan diri agar tangisnya tidak meledak begitu saja tatkala menemukan kekasihnya terbaring lemah dengan slang pipih di hidungnya, pun dengan infus di tangannya. Ia lekas mendudukkan diri di kursi tunggu pasien setelah meletakkan ponselnya di atas nakas.

Persetan dengan panggilan dan puluhan pesan dari Hyejin!

Jemarinya terulur pelan, menyusuri wajah pucat Rena dengan penyesalan yang menimbun dalam benak, mendadak hadir dan mencekat napasnya.

"Maaf," lirihnya.

Perlahan, ia meraih tangan Rena, menggenggamnya dengan penuh sayang seraya menatap sendu. "Aku menyakitimu. Aku bodoh. Aku brengsek. Aku benar-benar menyakitimu, Rena."

Kedua iris yang memejam itu perlahan terbuka, membuat atensi Jungkook segera beralih dan menatap khawatir. "Ada yang sakit? Bagian mana? Perlu aku panggil-"

"Jung," sela Rena sembari menatap lemah. Jungkook pun segera mengangguk, meyakinkan gadisnya bahwa ia akan ada untuknya.

Rena tersenyum. Kendati wajahnya begitu pucat, dan tanpa ada polesan make up sedikit pun, senyumnya tak bisa berkurang dari biasanya. Ia cantik. Selalu cantik.

"Ada apa, hm? Kau butuh sesuatu?"

Rena menggeleng lemah, mendapati tangannya yang digenggam Jungkook dapat menghangatkan hatinya kendati tak seberapa. Tentu saja. Rasa sakit itu masih ada, pun tak kunjung hilang kendati tahu bahwa sang kekasih telah berada di depannya. Seperti-terlalu dalam.

"Kau jelek," tuturnya.

Jungkook lantas menghela napas lega, ia terlalu cemas dan khawatir. Lantas ia tersenyum, menatap gadisnya yang juga tersenyum kepadanya. "Aku tahu. Aku kacau. Aku tidak memperhatikan penampilanku. Kau tidak menyukainya? Aku tidak tampan lagi, ya?"

Rena kembali menggeleng mendengarnya, ia lekas mempererat genggaman pada tangannya, seolah benar-benar begitu percaya jika Jungkook ada padanya, berada untuknya, dan hanya miliknya. "Jangan terlalu narsis, Jung! Aku mual rasanya."

Gadis itu lekas terkekeh lemah, menimbulkan kesan nyaman-begitu hangat di dalam sana manakala mendapati gadisnya begitu kuat. Jungkook merasa ditampar ribuan kali. Itu Rena-nya! Joan Rena.

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang