"Kau lapar?"
"Lumayan."
Jungkook melirik, mendapati kedua iris gadisnya yang tak lepas dari jalanan di depan. Seraya mengemudi, satu tangannya terulur, berniat meraih tangan Rena yang tenang di atas pahanya. Namun belum sempat pemuda itu meraihnya, Rena lebih dulu mengangkat tangannya, lekas menyugar surainya ke belakang. "Haihh, tidakkah mereka mencari kita? Kita bahkan tidak berpamitan."
Jungkook sempat terdiam, lekas menarik tangannya kembali sembari meringis dalam hati. "Tidak masalah. Lagipula Ryujin dan Seokjin hyung belum kembali." Suaranya terdengar kesal, namun masih sempat ditahan.
"Kita akan ke mana?" Gadis itu sibuk mengedarkan pandang, tak pelak membuat Jungkook turut menoleh dengan mendengus pelan. Entah, rasanya kesal saja. Sedikit.
"Jika kau mau, kita bisa ke gereja untuk melakukan pernikahan sekarang juga. Atau aku akan membawamu pulang lebih dulu dan mengurus pertunangan kita," jawab Jungkook enteng, lekas kembali menatap jalanan sembari mengulas seringaian tipis miliknya.
Mendengar itu, tak tahu kenapa Rena mendadak merasakan bulu kuduknya berdiri semua. Rasanya sedikit pusing tatkala menoleh dan mendapati Jungkook dengan seringaiannya. "Jangan sembarangan!" sahutnya kesal.
Jungkook pun terkekeh, sempat melirik dan mendapati Rena yang sibuk menggerutu seraya mengipasi wajahnya dengan kedua tangan. Ia pun menginjak pedal rem tatkala mereka sudah sampai di deretan kedai yang cukup ramai, tak jauh dari villa. Jungkook segera turun, lekas berjalan dan membukakan pintu mobil untuk Rena. Mereka pun berjalan beriringan untuk memilah kedai mana yang akan menjadi opsi terakhir.
Jungkook melirik, mendapati tangan kanan gadis itu yang terdiam dan bergerak sesekali manakala Rena sengaja memainkan tangan saat berjalan. Pemuda itu kembali mengulurkan tangannya, berniat meraih dan menyatukan jemari mereka. Namun ternyata Rena lebih dulu bertepuk tangan seraya menatap berbinar, "Jung, aku mau itu! Aku mau kedai yang di seberang." —membiarkan Jungkook mematung dengan tangan kiri yang menggantung.
Pemuda itu sempat berkedip beberapakali seraya menatap tangannya, sebelum kemudian suara panggilan gadisnya memecah kesadaran, membuatnya mendongak dan menadapati Rena yang melambai di seberang. Sejak kapan gadis itu di sana?
Jungkook berakhir membuang napas panjang, lekas memasukkan kedua tangannya di kantong saku dan berjalan menuju gadisnya. Rautnya sebisa mungkin untuk biasa, namun ternyata tak cukup pintar untuk menyembunyikan rasa kesalnya manakala Rena meminta jawaban atas apa yang ingin dia makan. "Terserah," jawabnya dan mendudukkan diri di kursi seraya mengeluarkan ponselnya.
Ada lima panggilan tak terjawab dari Jimin, dan dua pesan masuk dari Joseph. Jungkook segera mengirimi Jimin pesan, dan mengabaikan pesan dari kakaknya sejenak.
Aku sedang di luar. Sebentar lagi pulang.
Tak lama pesan Jimin pun masuk. Ahh benar-benar khawatir, ya?
[Kalian berkencan?]
Menurutmu?
[Sialan! Kalau begitu aku juga ingin. Sengaja, ya tidak bilang-bilang? Kalau kembali bawakan aku makanan!]
Jungkook mendengus, lalu meletakkan ponselnya di meja. Tak lama kemudian Rena datang dengan membawa pesanan mereka, Jungkook mengernyit, "Kenapa kau yang membawanya? Kau menunggunya?"
Rena mengangguk antusias, lekas memberi Jungkook pesanannya. "Aku sangat lapar. Jika menunggu itu akan membuatku kesal karena kelaparan."
"Ayo makan! Aku tidak akan menunggumu untuk makan. Aku kelaparan." Gadis itu lantas mengapit sumpit terlebih dulu, lalu mulai makan dengan tenang. Berbeda dengan Jungkook yang masih betah memandangi gadisnya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Fanfiction[COMPLETED] [SUDAH DIBUKUKAN] AWAS! BACA INI BISA BUAT FLU DADAKAN SAMPE SESAK NAPAS! Jeon Jungkook. Dia datang lagi. Si Keparat yang suka mengejeknya. Si Keparat yang suka memukulnya. Si Keparat yang suka mencuri ciumannya. Bocah itu datang lagi. D...