Ujian tengah semester telah usai.
Kata Hoseok, akhir pekan besok adalah waktunya berlibur. Ide yang bagus. Hanya saja, ia tidak terlalu memikirkan itu. Toh, sepuluh tahun terakhir ini masih sama, hanya tentang Tuan Jeon, Jeon Jungkook, dan dirinya. Tuan Jeon pasti akan menjemputnya dengan Jungkook setiap liburan datang, membawanya ke negeri orang hanya untuk bersenang-senang. Bagi Rena, itu sudah lebih dari cukup. Tuan Jeon begitu menyayanginya.
"45?" Rena mengernyit seraya meneguk susu kotaknya. "Berat badanku turun dua kilo, ya?" gumamnya.
"Wahh, kenapa gadisku kurus sekali, hm?" sahut Jungkook tiba-tiba dari belakang gadis itu.
Tidak terlalu terkejut. Atau mungkin tidak.
Rena tak mengindahkan kehadiran pemuda itu, memilih mendudukkan diri dengan menyuap sereal pada mulutnya. Jungkook yang melihat itu lantas terkekeh, kemudian berlari kecil menyusul gadis itu.
"Kau memikirkan apa sampai kurus begitu?"
Rena hanya mengendikkan bahunya acuh, tak berniat membalas lebih. Melihat itu, Jungkook meletakkan tubuhnya di seberang meja dari gadis itu. Rasanya gemas sekali. Apalagi saat kedua irisnya menangkap mulut penuh milik gadis itu, belum lagi dengan kacamata bulat berwarna gold yang bertengger di hidungnya. Tidak ada make up yang menempel di wajahnya barang sepoles pun, cantik sekali.
"Ck, pasti karena ujian kemarin. Harusnya jangan terlalu dipikir! Untuk apa kau belajar terlalu keras jika tubuhmu tumbang pada akhirnya? Sehat itu mahal! Kau dengar?"
Gadis itu beralih memutar bola matanya malas, suara Jungkook terdengar penuh di telinganya. "Biar saja, itu tandanya aku berjuang keras, lagipula... " ia menjeda, sejenak membasahi bibir atas dan bawahnya, sebelum kemudian melanjutkan, "jika aku mendapatkan hasil yang setimpal, itu jauh menyenangkan. Hidupku tidak akan pernah sia-sia sampai kini. Memangnya sepertimu?"
"Memangnya aku bagaimana?"
"Kenapa tanya padaku? Itu dirimu. Mana mungkin aku peduli."
Jungkook mendelik, namun tak sampai lama ia mengangkat kedua tangannya dan seakan-akan tengah meremat sesuatu hingga kedua tagannya mengepal, dengan gigi merapat yang nyaris bersuara. Ugh! Gemasnya!
"Baiklah, kalau begitu lanjut saja! Kau harus mengembalikan berat badanmu itu! Kau akan dikira tiang jemuran kalau kurus begitu, tidak malu dengan tinggimu yang menjulang? Nanti aku juga dituduh memerasmu hingga kau—"
"Ssst! Suaramu menyakitkan," potong Rena cepat-cepat.
"Ck, oke. Aku akan keluar sebentar. Jika rindu, hubungi aku saja! Jangan yang lain!" Pemuda itu berdiri, sejenak mencondongkan tubuhnya ke depan seraya menarik kepala Rena yang sibuk mengunyah sembari menatap malas pada serealnya.
Cup.
Terjadi begitu cepat. Jungkook mendadak melayangkan kecupan singkat di keningnya. "Dahh, aku pergi dulu."
Hingga presensinya menghilang ditelan pintu, bahkan kendati begitu, tubuhnya masih betah mematung, dipaku terlalu dalam hingga ia hanya mampu berkedip beberapa kali sebelum kemudian dapat merasakan wajahnya yang menghangat. Darahnya berdesir kelewat cepat, tidak. Itu sama sekali tidak baik untuknya.
Gadis itu menggeleng beberapa kali seraya menyentuh keningnya, merasakan kejutan hebat di dalam sana. Bahkan ia yakin jika wajahnya sudah memerah tak karuan. Gadis itu pun menggigit bibir bawahnya sejenak, beberapa sapuan bayangan mulai menghantui kepalanya. Sejemang wajahnya tertekuk masam, mendadak muram kemudian, hingga perlahan jemarinya turun, beralih mencengkeram erat dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Fanfic[COMPLETED] [SUDAH DIBUKUKAN] AWAS! BACA INI BISA BUAT FLU DADAKAN SAMPE SESAK NAPAS! Jeon Jungkook. Dia datang lagi. Si Keparat yang suka mengejeknya. Si Keparat yang suka memukulnya. Si Keparat yang suka mencuri ciumannya. Bocah itu datang lagi. D...