Lab bahasa yang terakhir kali dipakai bulan lalu menjadi sasaran empuk bagi para guru saat para tikus nakal mulai berani menerjang peraturan.
Teruntuk Tuan Jeon Jungkook, selamat! Sebab karenamu, Joan Rena benar-benar mendapatkan puncak kekesalannya.
Alih-alih membantu, nyatanya Jungkook kini melangkah congkak seraya bersiul mengejek, melirik sekilas pada pemandangan di depannya. Sedang emosi yang meletup mulai dipancing, nyatanya Rena memilih terdiam. Jeon keparat!
"Bisakah kau lebih cepat, Nona? Aku kelaparan karena kau tak membiarkanku sarapan pagi tadi," cecar Jungkook.
"Tutup mulutmu!"
Jungkook tergelak, nyaris terbahak lantang sebab wajah Rena tertekuk masam karenanya. Menyenangkan.
Kedua iris pemuda itu menatap lamat-lamat presensi gadis itu, ini ke-sekian kalinya pemuda itu menaruh presepsi konyol pada figur tersebut, terkekeh kecil kemudian saat sekelebat memori yang berputar pada sepuluh tahun yang lalu kala kali pertama gadis itu memperkenalkan dirinya dengan nada sedatar mungkin, sebab separuh dari baju atasnya basah karena ulahnya. Kali pertama umpatan itu keluar dari balik bibir Joan Rena untuknya, "Kau... menyebalkan, Bajingan!" tukasnya kala itu.
Untuk ukuran gadis berusia sepuluh tahun, Joan Rena amat mengagumkan. Sebab kosa katanya begitu penuh pada isi kepalanya, hey siapa yang berani mengisi kosa kata seperti itu padanya? Rena bilang, itu alami timbul tiap kali ia bertatap muka dengan bocah bergigi kelinci yang menjengkelkan itu.
Merasa diperhatikan, gadis itu menggertakkan giginya kuat-kuat, menaruh pandang pada sapu di genggamannya. Enak saja dia bekerja seorang diri, Jeon Jungkook-lah yang seharusnya merepotkan diri untuk membersihkan lab ini, sebab semua hukuman ini berasal darinya.
Gadis itu lantas melemparkan sapunya pada Jungkook, sedikit memiringkan kepalanya dengan tangan yang bersidekap menantang, bibir ranumnya berujar, "Giliranmu!"
Namun tawa Jungkook semakin menjadi, "Kau harus belajar dari saat ini, Rena! Butuh tenaga ekstra untuk merawat rumah kita nanti saat kau kutinggal bekerja."
Rena mencebik kasar, nyaris melayangkan pukulan kencang pada kepala pemuda itu. "Sayang sekali, tidak ada niatan untuk seatap denganmu."
Jungkook mengendikkan bahunya, "Aku mana peduli. Itu kewajibanmu!" ujarnya asal.
Rena mendecih mendengarnya, pikiran Jungkook buruk sekali, "Jangan berkhayal, Bodoh!"
"Ck! Hilangkan kebiasaan mengumpatiku, apa yang harus kujelaskan nanti bila ibumu menuntut padaku disana, seperti saat ia bertanya; mengapa putrinya ini pandai sekali mengumpat? Atau pada buah hati kita nantinya? Bagai-"
"Ew, bung. Kau menggelikan!" sela gadis itu cepat-cepat.
Jungkook kembali terkekeh, "Kenapa? Wajahmu mulai memerah?"
"Hentikan! Kau membuat perutku mual!"
Bukannya membantu dengan menyingkirkan debu-debu dengan sapunya, Jungkook malah mengajak tungkainya menjauh dari ruangan tersebut, sesaat sebelumnya berujar santai, "Ayo pergi, kita berangkat bukan untuk menjadi tukang bersih-bersih. Lupakan soal hukuman ini, si Botak itu tidak akan tahu."
Rena mendengus pelan, setelah satu jam bergelut dengan debu dan nyamuk liar, Jungkook meninggalkannya begitu saja? Seolah otaknya sudah lepas dari cangkangnya, kalimat itu terdengar lebih memuakkan ketimbang pemiliknya. Yah, walaupun gadis itu akui, tampang Jungkook tidak buruk sebenarnya. Pengecualian untuk kelakuannya.
Sial! Jungkook menggodanya lagi.
"Dasar!" desisnya kemudian.
---
Bukan hal yang baru saat Singa jantan dengan Hyena betina itu berjalan bersama. Jungkook dan Rena, seakan mereka adalah magnet, semua pasang mata kerap kali menuju ke arahnya, berada pada fakultas yang sama dengan pemuda itu kembali membuat Rena meringis kesal, jika begini, ia akan menjadi pusat perhatian!
Harusnya gadis itu sudah terbiasa, namun perangai Jungkook yang nyaris menangkup hati banyak kaum hawa kedalam pesonanya sungguh membuatnya jengah setengah mati!
Bisakah pemuda itu berhenti menebar pesona? Menyebalkan.
"Aku ke kelas lebih dulu," pamit Rena. Tanpa menunggu persetujuan pemuda itu, ia lantas membawa dirinya menuju kelas. Beruntung sekali ia datang saat pergantian jam telah tiba, setidaknya ia tidak akan mendapat hukuman lagi karena terlambat.
Lambaian tangan terekam jelas pada netranya, di sana—pemuda bermarga Min itu seolah menyuruhnya untuk mendekat padanya. Rena mengulas senyum hangatnya seketika, Min Yoongi—pemuda pemilik surai merah marun itu begitu mengagumkan. Tegas, berwibawa, disiplin, dingin, tidak terlalu banyak bicara dan bertingkah. Namun sekali senyumnya melebar, nyaris membuat Joan Rena kalang kabut dibuatnya. Kali pertama ia mengenalkan diri sungguh menyita kuat-kuat atensi milik Rena untuk mengarah padanya, ia terlalu menggiurkan. Tipe ideal Rena sekali sepertinya.
Beruntungnya, mereka berada pada satu grup yang sama. Berteman dengan pemuda itu merupakan suatu kebanggaan sendiri bagi gadis itu, jauh dari Jeon Jungkook dan bersama Min Yoongi adalah harapan kesekian kalinya. Sungguh, Jungkook tertinggal di belakang bila Yoongi diikutsertakan. Alasannya? Pemuda bermarga Jeon itu terlalu menyebalkan.
Sepasang iris yang menghangatkan itu menerpa dirinya, Min Yoongi melemparkan senyum tipisnya saat gadis itu mendekat, mendaratkan bokongnya persis disamping pemuda itu. Rena turut menyunggingkan senyumnya, "Kau mengambil kelas jam berapa? Aku baru melihatmu."
"Sebenarnya kelas pagi, hanya saja ada kendala," jawab Rena jujur. Yoongi mengangguk mengerti,"Di mana yang lainnya?" tanya Rena kemudian saat kedua irisnya tak menangkap satupun presensi teman-teman satu grupnya.
"Entahlah. Mereka terlalu santai akhir-akhir ini. Mungkin sebentar lagi akan datang," jawab Yoongi. Kemudian tersenyum tipis diakhir.
Lihat? Pendidikan seakan memiliki peringkat teratas dalam hidupnya, Yoongi memang sesuatu 'kan?
"Ah begitu ya?" Kini giliran Rena yang mengangguk, lantas mencoba berkutat dengan alat tulisnya, namun tunggu!
Gadis itu mendadak kesulitan menelan ludahnya sendiri, kedua irisnya menatap lurus ke bawah, ia meremat kuat-kuat bolpoin yang digenggamnya. Min Yoongi tengah mengacak poninya gemas.
Sial! Sial!
Jantungnya mendadak berdetak abnormal, sedang semburat merah tengah jelas memenuhi kedua bongkahan pipinya. Apa yang tengah dilakukan pemuda itu?
Ada satu lagi. Pikirannya mendadak tidak tenang kala tanpa sengaja kedua irisnya bergerak dan menangkap presensi Jungkook yang berada di ambang pintu.
Pemuda itu menatapnya, begitu tidak nyaman. Bersama dengan yang lainnya, pemuda itu berjalan mendekat, kedua irisnya tak lepas akan menjerat Rena ke dalamnya, membuat gadis itu mau tak mau mengikuti arah berjalan Jungkook yang menuju kearahnya.
Astaga! Apa yang terjadi dengan singa ini?
Bukan apa-apa, Jungkook memang mengesalkan tiap kali gadis itu bercengkerama dengan pemuda manapun. Rena pikir begitu.
Namun saat mendapati Jungkook yang memilih menempatkan dirinya tepat di sampingnya, Rena mendadak ingin mengeluarkan isi perutnya saat sebelah tangannya digenggam erat oleh pemuda bermarga Jeon itu. "Hey, jangan selingkuh!" []

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Hayran Kurgu[COMPLETED] [SUDAH DIBUKUKAN] AWAS! BACA INI BISA BUAT FLU DADAKAN SAMPE SESAK NAPAS! Jeon Jungkook. Dia datang lagi. Si Keparat yang suka mengejeknya. Si Keparat yang suka memukulnya. Si Keparat yang suka mencuri ciumannya. Bocah itu datang lagi. D...