Chapter 13

4.5K 635 19
                                    

Pukul setengah satu malam.

Jemari Jungkook bergerak meraih kenop pintu, memutarnya pelan sebelum kemudian membukanya dengan perlahan. Takut-takut bila sang gadis terbangun karenanya. Namun, alih-alih tertidur, Rena justru berbalik menoleh padanya seraya bersandar di dashboard setelah sebelumnya tampak terkejut.

Gadis itu buru-buru menyelipkan sesuatu miliknya di bawah bantalnya begitu Jungkook menatapnya penuh tanya. "Rena, kau belum tidur?"

Rena mengangguk, kemudian menghela napasnya pelan. Kedua irisnya lantas menatap lurus pada Jungkook-lelah. "Kemari, Jung!"

Jungkook menurut, dengan wajah yang masih tertekuk, ia meletakkan diri asal hingga kepalanya bertumpu pada paha gadis itu. Kedua iris Jungkook memejam setelahnya, sedang Rena dengan sabar melayangkan jemarinya guna menyugar pelan surai pemuda itu. Terlalu lelah baginya untuk bertengkar kembali. Tak cukup satu jam untuk mengakhiri, apalagi lawannya adalah pemuda yang tengah patah hati. Hanya akan membuang tenaga untuk meladeninya.

"Aku tidak bisa tidur." tutur Jungkook.

"Hm, aku juga."

"Rumah Park Jimin terlalu besar. Aku sulit meminta bantuan meskipun banyak pelayan," imbuh Rena.

Jungkook mengangguk setuju, sepersekon kemudian kedua irisnya kembali terbuka. Menemukan Rena yang tengah menatap kosong kendari jemarinya terus bergerak mengusap lembut. Entah kenapa, Jungkook merasakan ada sesuatu di dalam dirinya yang memaksa untuk menatap gadis itu terlampau lama. Ekspresinya tampak biasa, namun perlahan, Jungkook dapat menemukannya. Rena tampak murung setelahnya. Ada apa?

Pemuda itu meraih jemari Rena dan beralih menggenggamnya. Membuat gadis itu sontak terjaga dari lamunannya dan menatap Jungkook penuh tanya. Yang ditatap hanya tersenyum, menatap lembut seraya mengecup punggung tangannya pelan. Tampak seperti bukan Jeon Jungkook satu jam yang lalu. Gadis itu terdiam, menatap netra Jungkook yang cerah, namun ia dapat menemukan kekhawatiran di dalam sana. Untuknya?

"Ada apa?" tanyanya.

Jungkook menggeleng, tak menjawab dan malah beralih menyamping seraya memeluk perutnya erat. "Tidak. Hanya ingin."

Hanya ingin.

"Jung—"

"Maafkan aku, Rena," sela Jungkook. Nada bicaranya terdengar tulus kali ini.

Rena mendengus mendengarnya. Kendati ia tak dapat mengelak jika itu terasa menggelikan. "Kau tahu, kau itu menyusahkan! Kau seperti baru saja kehilangan segalanya—yang bahkan membuatmu gila dalam seharian penuh."

Jungkook tak menjawab, ia hanya bergeming seraya mengelus punggung Rena yang terbalut off-shoulder blouse berwarna peach. Gadis itu tampak kembali menghela napasnya dalam-dalam, sebelum kemudian kembali berucap. "Hanya perkara kecil. Kau tak perlu membuatnya lebih besar, semakin besar, bahkan hingga tak bisa kau kendalikan. Itu buruk. Dan kau tak bisa selalu begitu."

"Rena, kau tahu. Aku selalu merasa buruk tiap kali mengingatnya."

"Benar. Tapi kali ini berbeda, Jung. Bukan ibumu, bukan pula kenangannya. Hanya karena kekasihmu yang kau ketahui berselingkuh tepat di depan matamu, kau mendadak menghancurkan hari beberapa orang kali ini."

"Termasuk harimu?"

"Menurutmu?"

"Hehehe, iya maaf."

"Jangan seperti ini! Kau tidak bisa dewasa. Belajar mengatasi masalahmu, tidak sampai kau lelah. Cukup pastikan bahwa kau dapat menghadapinya kendati kau berakhir kalah. Tidak masalah, kau akan terus mencoba. Ada aku."

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang