Chapter 21

4.3K 537 26
                                    

Kedua irisnya terbuka dengan lebar, merasakan rasa sesak yang menghimpit dengan pening yang menghantam penuh. Napasnya memburu, pun tak mengelak jika keringat sebesar biji jagung itu memenuhi wajahnya. Gadis itu baru saja melalui mimpi buruknya. Lagi.

Ia baru saja dihadapkan pada mimpi mengerikan, nyaris membuatnya menjerit manakala ia terjaga kemudian. Hanya saja, ia harus dapat menahannya. Kali ini, ia tidak boleh ketahuan. Tidak. Atau barangkali belum?

Hal buruk lainnya adalah saat Jungkook sontak terjaga dari tidurnya manakala merasakan jemari Rena yang menguat di sela genggaman hangat yang ia berikan. Pun dengan napas memburu yang lekas mengundang rasa khawatir hebat pada pemuda itu. Membiarkan gadis itu ditelan paniknya sejenak, sepersekon kemudian barulah Jungkook berani memanggil, mengusap pelan genggamannya dengan penuh sayang.

"Rena, kau bermimpi buruk lagi?"

Mendengar itu, kesadarannya kembali. Gadis itu menatap Jungkook parau, ketakutan mulai merayap, kegelisahan menekan, sedang kepalanya penuh. Mendapati Jungkook yang menatapnya khawatir justru membuatnya kembali ditelan ketakutan, rasanya tidak boleh. Gadis itu buru-buru mengatur napas seraya menunduk, merasakan genggaman yang menguat pada sela-sela jarinya, serta usapan lembut yang dilayangkan di punggung tangannya dengan kecupan manis yang diberikan kemudian. Gadis itu pun berakhir mendongak, menatap sendu.

Dalam mimpinya, Jungkook tampak memeluk Hyejin, melayangkan kecupan tak terkira pada sisi wajahnya tiap kali detik beradu pada luka yang menganga manakala kedua iris milik Rena menyaksikannya. Sakit. Ia jadi mulai meletakkan asumsi di mana-mana. Sebab, dari penarikan yang mengacu pada kesimpulan adalah hal yang cukup menimbulkan rasa getir yang menjalar disertai nyeri tak karuan di akhir.

Jeon Jungkook meninggalkannya.

Apakah itu yang akan terjadi bilamana tidak ada kata 'kita' untukku dan dirinya? Mengerikan. Tapi kupikir itu pun tak buruk juga mengingat siapa diriku.

Tidak. Ia memang tidak seharusnya meletakkan harapan pada manapun. Bukan begitu? Tapi tetap saja.

Tatapan Jungkook membuatnya luluh seketika, apalagi begitu ia mendekat dan mencuri kecupan singkat di kening gadis itu. Rasanya hangat. Mampu menjalar di sekitar tubuh dalam seketika, meluruhlantahkan ketakutan yang sempat menyerangnya beberapa saat yang lalu kendati sementara, mengunci nyaris separuh pertahanannya.

"Tidak apa-apa. Aku di sini. Dan akan tetap bersamamu. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku janji."

Tapi aku yang akan meninggalkanmu, Jung. Ia berteriak dalam hati.

Cengkeraman kuat-kuat ia dapatkan di dalam sana. Justru hal inilah yang membuatnya ketakutan setengah mati. Ia takut akan banyak merindu. Ia takut akan merindukan Jungkook. Apalagi membayangkan pemuda itu sendirian tanpanya. Ia takut. Ia selalu diteror ketakutan itu.

Bagaimana dirimu nanti?

Rena lantas terisak kecil manakala dirasa tak begitu kuat untuk menyembunyikan dukanya. Jungkook lekas tergopoh untuk menangkup wajah gadis itu dengan panik, pun bertanya-tanya yang hanya dijawab isakan gadis itu.

"Kenapa? Rena kenapa kau menangis? Aku menyakitimu?" Aku yang akan menyakitimu, Jung.

"Rena, jangan menangis! Hei, maaf. Maafkan aku. Aku janji akan melakukan apa pun yang kau inginkan, termasuk menghukum diriku sendiri. Rena maafkan aku." Pemuda itu tak henti-hentinya meracau kala diserang panik.

Gadis itu pun menatapnya. Dari kedua irisnya tampak menyiratkan luka yang ditutupi ketakutan, ia memang takut. Begitu takut. Seharusnya ia menyuruh pemuda itu untuk pergi begitu saja, meninggalkan seluruh rasa cintanya pada gadis itu. Harusnya begitu, maka semua akan lebih mudah, bukan?

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang