16 July, 2019
Musim panas baru berjalan beberapa hari, ombak pantai saling bergulung riuh, burung camar tak pernah absen menjamah air atau sekadar menginjak bibir pantai. Langitnya selalu cerah. Aku menyukainya. Bagaimana dengan hari ini? Baik.
Aku merasakan bebanku menurun. Aku dapat bernapas dengan tenang akhir-akhir ini, aku juga tidak terlalu sering bermimpi buruk. Dokter Min benar, jika aku tidak terlalu memikirkan sesuatu atau terlalu takut, aku pasti akan mendapatkan mimpi yang baik. Jika boleh jujur, aku selalu ingin bermimpi dengan baik, tidur dengan nyenyak tanpa terjaga di tengah malam dengan rasa takut yang membumbung di atas kepala, juga bangun dengan melihat senyumnya. Ah, bagaimana, ya menceritakannya?
Aku tidak bisa lama-lama marah padanya. Entah karena sudah terbiasa atau memang hatiku tidak menginginkan jarak melebar di antara kita. Aku ragu. Aku takut. Kehilangannya bukan sesuatu yang baik untukku. Tapi terus memintanya berada di sisiku semakin membuatku egois. Bagaimana ini? Lagipula, cepat atau lambat kau juga akan tahu, Jung. Kita akan saling menyakiti pada akhirnya, terlebih lagi aku. Aku tidak ingin percaya padamu sepenuhnya, hatiku sudah pernah hancur, berulangkali. Namun aku juga tidak rela jika kau bersama yang lain, katakan aku ini egois, gila, dan menyusahkan!
Aku hanya ingin kau bersamaku di sisa hidupku. Aku punya banyak impian di masa depan nanti, jika Tuhan merestui, aku akan memberitahukannya padamu. Jika Tuhan memberikan keajaiban, aku akan berusaha mewujudkannya bersamamu. Dan mungkin bersama Taehyung? Kekeke, omong-omong, kami sudah berbaikan. Terima kasih, ya. Karena kita bertengkar, aku berhasil memerbaiki yang satunya.
Aku jadi tidak menyesal bertengkar denganmu.
M̶u̶s̶u̶h̶m̶u̶.
Kekasihmu.
Wajahnya memanas, tepat pada kata terakhir yang ia torehkan lewat pena pada lembaran yang nyaris mencapai akhir, mungkin tinggal lima sampai tujuh lembar dari sepenuhnya. Gadis itu mengulas senyumnya, membiarkan bibir ranumnya itu tertarik ke atas membentuk kurva indah yang sulit untuk diturunkan kembali. Tidak sia-sia ia menarik diri dari yang lain saat mereka sibuk memutuskan kegiatan apa lagi yang akan dilakukan dengan cara memakai alibi klasik; sakit perut. Jungkook tampak khawatir kala mendengarnya, namun Rena hanya tersenyum dan buru-buru berlari memasuki kamar, lekas mengambil buku diary miliknya dan mulai masuk ke kamar mandi. Tidak. Dia tidak benar-benar sakit perut. Gadis itu menutup buku diary miliknya, lalu mulai merenung.
Ia masih ingat saat Jungkook tiba-tiba keluar dari kamarnya dan melihat Taehyung memeluknya, lalu kemudian mendadak menarik Taehyung dan memeberinya bogem mentah. Gadis itu selalu kesal sendiri jika mengingatnya, rasa-rasanya ia ingin berteriak, memaki, atau sekadar menarik surainya dengan kencang. Ceroboh sekali!
Kala itu ia benar-benar berada di titik yang rendah. Dokter Min mengatakan perihal kesehatannya yang semakin memburuk, tentang berapa persentase untuknya pulih, dan berapa besar harapan untuk sembuh. Dan hasilnya membuat gadis itu menangis, pun menjadi kacau. Sejak masalahnya dengan Hyejin di pesta ulangtahun Jimin, keadaannya semakin memburuk. Untuk itulah ia menghilang selama tiga hari, beralibi pergi ke Busan yang pada kenyataannya melakukan check up dengan Taehyung. Seharusnya Taehyung tidak tahu, namun ternyata ia lebih peka dari yang Rena kira. Bahkan Yoongi yang ayahnya menjadi dokter pun tidak bisa tahu Rena begitu saja, sedangkan Taehyung langsung bisa menebak tatkala melihat gadis itu mimisan dengan tubuh yang gampang kelelahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Fanfiction[COMPLETED] [SUDAH DIBUKUKAN] AWAS! BACA INI BISA BUAT FLU DADAKAN SAMPE SESAK NAPAS! Jeon Jungkook. Dia datang lagi. Si Keparat yang suka mengejeknya. Si Keparat yang suka memukulnya. Si Keparat yang suka mencuri ciumannya. Bocah itu datang lagi. D...