Chapter 17

3.9K 599 51
                                    

Double update👌

Tapi sebelum itu, aku pengen kalian nanti baca beberapa pertanyaanku di bawah, ya. Ya? Ya?

Ayolaaaahhhh

Baca yaa, dijawab juga❤

---

"Rena hanya satu-satunya."

Bohong.

Setelah mengatakan hal tersebut, Tuan Jeon terdengar tertawa senang dengan melayangkan pujian tanpa henti pada anak keduanya itu, tak begitu berbeda dengan Joseph. Sedang, mati-matian Rena menelan ludahnya dengan kasar, merasakan hantaman telak pada dinding bentengnya ia hanya mampu tertunduk dengan menarik jemarinya dari genggaman Jeon Jungkook.

Pembohong. Benar. Jeon Jungkook memang pembohong ulung yang menakjubkan.

Bahkan saat kedua iris mereka saling bertatapan kembali, Jungkook seolah menjadi pemuda penuh kejujuran yang menyenangkan dibandingkan dengan pemuda nakal yang penuh penyesalan. Jujur saja, Rena lebih memilih opsi kedua kendati sama-sama menyakitkan baginya. Jadi, setelah kembali menahan diri agar tidak meledak di waktu itu juga, Rena memilih mengundurkan diri dengan alibi bahwa ada urusan lain. Anehnya, Jungkook tidak mencegah. Atau mungkin memang mengerti maksudnya.

Rena menyugar surainya kasar, melangkah pelan menuju pantry dengan helaan napas tak beraturan miliknya. Gadis itu meraih segelas air untuk diminumnya setelah mendudukkan diri. Tampak begitu frustasi. Memorinya berkelana, tepat pada empat tahun yang lalu.

Saat bel istirahat berbunyi, saat itu pula langkahnya kelewat cepat. Setelah memutuskan untuk bertemu dengan Jungkook di atap sekolah, Rena tidak pernah menyadari betapa naifnya ia kala itu, melangkah tanpa khawatir akan resiko yang mungkin saja dapat menghancurkannya di detik atau bahkan dihari selanjutnya. Ia bahkan menyusun ungkapan kelewat banyak, merangkai ungkapan sejelas mungkin agar pemuda itu mengerti nantinya. Ia terlalu bersemangat, hingga pada saat mereka bertemu dan saling melempar tawa, gadis itu belum menyadari bahwa kehancuran akan mendatanginya lewat ungkapanya.

"Rena."

"Jung."

"Oh? Kau duluan!" titah Jungkook dengan senyuman yang melebar.

"Tidak. Kali ini kau duluan saja. Kau pasti akan terkejut nantinya jika aku lebih dulu," kata Rena.

Jungkook pun mengangguk, perlahan menarik napas pelan, ia tampak kelewat senang hingga senyuman tidak pernah sedetik pun luntur darinya, tak berbeda jauh dari Rena. Debaran kuat seolah menghantarkan kejutan hebat di dalam sana, barangkali wajahnya sudah merona kali ini. Jantungnya berdegup hebat, ia bahkan kesulitan untuk diam.

"Aku akan berkencan nanti malam dengan Ahn Jia," ujar Jungkook bersemangat.

"H-hah?"

Berkencan? Oh ayolah, Rena! Sadari posisimu saat ini.

"Bagaimana? Kau terkejut? Oh astaga Rena, ini gila! Kenapa aku sesinting ini?"

"Aku bahkan tidak menyangka bahwa itu berjalan dengan mudah. Dia bahkan menanyakan hubungan kita lebih dulu saat aku menyatakan perasaanku kepadanya. Rena, kau tahu bukan? Ini yang pertama kalinya bagiku. Aku sama sekali belum pernah menjalin hubungan konyol seperti ini jika bukan denganmu selama ini."

Kala itu, Rena ikut tertawa kecil sembari meremat roknya kuat-kuat. Remuk. Hancur. Rasanya menyakitkan.

"Oh, baguslah, kau tidak akan menggangguku lagi mulai sekarang," jawabnya asal.

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang