Chapter 01

13.8K 1.1K 34
                                    

12th Nov, 2008.

Jungkook terkikik geli saat memutar otak guna mengembalikan ingatan perihal gadis yang seumuran dengannya itu mendelik kesal ke arahnya, saat dimana Jungkook sengaja melemparinya batu agar gadis itu menoleh padanya. Atau saat Jungkook dengan sengaja menarik beberapa helai anak surainya agar gadis itu meladeninya.

Taman. Mereka bertemu di taman belakang sekolah Jungkook pada suatu hari di musim gugur.

Jungkook tak tahu namanya, yang ia tahu, gadis itu bersekolah tepat di samping sekolahnya, hingga taman di belakang sekolahnya kerap dihuni murid lain saat mereka memiliki waktu senggang. Dan Jungkook selalu menemukannya di sana, berada pada bangku yang dekat dengan pohon maple kesukaannya. Lengkap dengan kuncir kudanya juga sebuah bekal di pangkuannya.

Kembali pada fakta di mana ia tengah menunggu, bocah laki-laki berumur sepuluh tahun itu terlihat tengah kesal kemudian, menguap kecil dengan beberapa kali menyugar rambutnya ke belakang saat rasa jengah mendatanginya. "Lama sekali!"

Mengapa ayah harus repot-repot menjemputnya ke sekolah jika hanya menunggu? Pun Jungkook tak tahu apapun saat terakhir kali ayahnya berkata, "Orang tua Joan Rena meninggal. Ikut ayah untuk ke rumah sakit, yah? Ayah akan memberimu hadiah nantinya."

Jungkook tak mengerti, namun telinganya masih berfungsi dengan baik saat kata 'hadiah' itu dilontarkan dari balik bibir sang ayah. Merekam penuh dengan asusmi yang kelewat banyak, demi hadiah, apa yang tidak?

Lagi pula, siapa Joan Rena itu?

Jungkook lagi-lagi menghela napasnya pelan, "Andai saja ayah tidak membujukku dengan hadiah, hari ini aku pasti akan bertemu dengannya lagi."

———

16th July, 2018.

Ini sudah nyaris kedua puluh kalinya umpatan itu menguar ke udara, namun bunyi itu masih sama. Alih-alih berhenti, suara kicauan burung itu semakin terdengar kencang, dan sialnya memang jendelanya dekat dengan sebuah pohon. Jungkook menggeram kecil karenanya, "Hey, burung kecil diam sana!"

Si Malang. Tentu saja tidak ada kelanjutannya, burung-burung tersebut masih tetap berkicau, menyuarakan suara ulang yang sama, yang membuat Jungkook nyaris gila dibuatnya, "Satu jam lagi, yah!"

Srath...

Tambah satu lagi.

"Masih belum bangun juga?"

Satu alarm lagi.

"Bangunlah, Jung!"

Alarm yang paling ampuh.

"..."

Gadis itu seperti istrinya saja. Ah benar, lebih tepatnya calon.

Rengekan Jungkook sempat terdengar, yang kemudian memilih kembali menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. "Hentikan! Aku butuh tidur lebih lama lagi, Pintar."

"Bangun! Aku tahu kau kelaparan."

Tepat.

Itu adalah salah satu alasan mengapa ia sulit tidur kembali setelah burung-burung itu membangunkannya. Joan Rena memang sesuatu sekali!

"Aku tidak lapar," elaknya.

Menyentil ujung kukunya, gadis itu memasang raut wajah sesantai mungkin, "Terserah. Aku akan berangkat lebih dulu dan tidak akan mengatakan apa pun tentangmu. Juga, mungkin Paman akan datang setelah ini dan memukul pantatmu. Yah, hitung-hitung, jatahku akan kembali menumpuk karena mengurus bayi besar yang nakal sepertimu, paman, kan, tidak pelit padaku."

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang