31• Tempoyak

22.7K 1.1K 19
                                    

Asya kembali ke kamar nya setelah mempersilakan tamu papa nya masuk.

Asya hanya mengulingakan badannya kesa-kemari, bosan tak bisa tidur lagi, Asya membuka sosmed melihat-lihat makanan-makanan lezat hingga melihat makanan berbentuk yang terbuat dari buah durian yang bernama tempoyak.

Asya mencari tempat yang menjual makanan tersebut, dan ternyata ada di salah satu restoran yang berada di pinggir kota.

Dengan cepat mengganti pakaiannya Asya memakai pakainya berbahan Levis mulai dari celana hingga jaket.

"Papa Asya pergi dulu." pamit Asya ke papanya yang tengah mengobrol dengan tamu klien nya.

"Kemana?" Tanya Alex.

"Cari makan." jawab asya.

"Sama siapa?" tanya Alex.

"Sendiri." jawab Asya.

"Gak boleh." tolak Alex.

"Ih papa Ola itu cuman mau cari makan bukan mau balapan. OK! Ola pergi, bye pa bye Yayas." balas Asya dan melambaikan tangan ke arah Yayas yang tengah sibuk dengan mainannya.

Asya langsung keluar rumah dan menyetop taxi menunjukan alamat yang di tujunya.

Tiga puluh menit kemudian Asya sampai di sebuah Restoran yang berada di pinggir kota.

"Mba saya pesan tempoyak sama jus jambu nya satu." pesan Asya.

Asya sibuk dengan ponsel di tangannya hingga seseorang duduk di hadapannya dia tak menyadari nya.

"Hay."sapa orang di hadapannya mengalihkan pandangannya dari ponsel ke orang yang menyapanya.

"Lo ngapain di sini!" tanya Asya sinis.

Entah kenapa setiap bertemu dengan Ketua OSIS ini dia rasanya ingin terus sinis ke apda Raka.

"Ya ini restoran gue." jawab Raka.

Asya acuh tak acuh lebih memilih melanjutkan acara ponselnya.

"Lo kenapa setiap ketemu gue selalu sinis beda kalo sama kakak gue lo bakal manja dan manis." tanya Raka membuat Asya bingung.

"Siapa kakak lo?" Tanya Asya.

"Yasa dia kakak tiri gue."

"Siapa kakak tiri lo, gue gak pernah punya adek kek lo!!" tanya seseorang dari arah belakang dengan dingin dan datar.

"Hay kak." sapa Asya dengan senyum manis yang di balas senyum tipis oleh Yasa.

Yasa berjalan mendekat ke arah Raka.

"Bilang sama nyokap lo jangan gangguin hidup gue lagi, dan jangan sampe dia datang lagi ke rumah gue. . Atau hal yang lo gak bisa bayangkan akan terjadi ke nyokap lo itu." kata Yasa dengan tajam dan nada sangat tidak bersahabat.

"Sya ayo balik! Di cari in om Alex tadi." kata Yasa sedikit lembut ke Asya.

"Tapi Sya pingin tempoyak kak." jawab Asya dengan nada memelas

"Kakak punya tadi di kasih Bagas katanya neneknya datang dari Lampung dan bawa tempoyak asli, nanti buat kamu aja kakak gak suka ayo balik." jawaban yang di berikan Yasa membuat Asya langsung berdiri dan menyaut tas nya.

Yasa berjalan menarik tangan Asya hingga sebuah suara menghentikan Yasa.

"Sampai kapan Lo akan terus seperti ini? Kenapa Lo benci gue sama nyokap gue apa salah kita?" tanya Raka.

"Sampai gue mati.. gue benci lo sama nyokap lo karena kalian berdua hancurin hidup tenang gue, nyokap lo rebut bokap gue dari nyokap gue dan nyokap lo yang buat nyokap gue meninggal itu alasannya lo tau!!. . Bilang sama nyokap dan bokap lo kalo gue bukan lagi anggota keluarga Hidrianta , itu yang lo mau bukan dari dulu?!!" jawab Yasa dengan panjang untuk pertama kalinya di hadapan Raka.

Raka terdiam di tempat sedangkan Yasa dan Asya kembali melanjutkan perjalanan ke arah motor Yasa terparkir.

"Kenapa kakak ke restoran ini?" tanya Asya

Asya baru tau mengapa Yasa selalu bersikap tak bersahabat dengan Raka ternyata ada masalah begitu batin Asya berbicara.

"Nyariin lo lah Sya." jawab Yasa.

"Kok nyariin Sya?" tanya Asya saat motor mulai berjalan.

"Tadi papa kamu nanyain lo dimana, nyuruh gue nyari lo dan papa lo bilang lo ada di restoran ini dari hasil GPS yang terpasang di ponsel lo." jawab Yasa.

Asya mengangguk mengerti.

"Kak Yas anak keluarga Hidrianta y? Soalnya kak Yas tadi bilang gitu di dalem?" tanya Asya.

"Dulu sekarang gak ada nama keluarga itu lagi di belakang nama gue." jawab Yasa tenang.

"Kenapa kakak gak dingin sama Asya bukannya kakak terkenal dingin ya tapi kok Asya gak ngerasa gitu,walaupun kadang-kadang." tanya Asya ragu

"Entah gue gak tau." jawab Yasa seadanya.

Keadaan hening hingga motor Yasa sampai di kediaman Fellix.

"Ini buat Sya?" tanya Asya saat Yasa menyerahkan bingkisan.

Yasa hanya mengangguk dan melajukan motornya kembali.

Asya tersenyum melihat isinya yang ternyata Tempoyak yang dia inginkan



Bersambung..


By: Bryanabyan

Asya (REVISI✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang