49• Berjuang

25.4K 1.2K 75
                                    

Tuk tuk tuk tuk

Jari-jari tangan Asya tidak bisa diam sejak dia bangun tidur, jari-jarinya terus mengetuk-ngetuk nakas ataupun ranjang.

"Anda bosan nona?" Tanya Arkan yang baru saja masuk di ikuti oleh dua orang suster.

"Siapa kamu?" Tanya Asya.

"Emm sebelumnya perkenalkan nama saya Arkan, saya dokter anda" jawab Arkan

Asya mengangguk acuh membiarkan suster di sampingnya mengganti infus.

Cklek

Pintu terbuka menampilkan Alex, yang masuk membawa paper bag di tangannya.

Asya menatap Alex dingin, membuat Alex tersentak.

"Kenapa anda kemari?" Tanya Asya dingin, bahkan terdengar ketus.

"Ola. . Tentu saja untuk menjagamu sayang" jawab Alex namun di balas dengan tatapan mencemooh dari Asya.

"Menjaga? Tidak salah tuan? Lebih baik anda bersama keluarga baru anda tuan Fellix" kata Asya sinis

Alex tercekat bingung menjawab apa, hatinya tersayat sakit mendengar perkataan Asya.

"Tuan bisa ikut saya" kata Arkan mengajak Alex keluar.

**

"Ada apa?" Tanya Alex

"Saya sudah pernah bilang jika memori nona Fellix bagai puzzel berceceran, ingatannya akan berubah-ubah setiap saat, sama seperti tadi, dia hanya mengingat keburukan anda, sistem memorinya sama seperti puzzel bongkar pasang, ada saatnya dia akan mengingat dan ada saatnya dia melupakanya" jelas Dr. Arkan

Alex mengangguk paham mendengar penjelasan Dr. Arkan

Alex kembali ke kamar Asya, namun dia hanya berhenti di balik pintu yang terbuka sedikit, dia melihat Bi Ida yang tengah membantu Asya makan.

"Non mau minum?" Tanya bi Ida

Asya mengangguk mengiyakan

"Makasih bi"

"Iya non sama-sama, bagaiman perasaan no saat ini?"

"Sakit bi"

"Apa! Dimana yang sakit non? Di sebelah mana? Saya akan memanggilkan dokter!"

"Bukan badan Asya yang sakit tapi hati Asya yang saki bi.. . Hiks"

"Mau cerita sama bibi?" Tawar Bi Ida, mengelus tangan Asya

Asya mengangguk dengan sesegukan.

"Papa gak sayang Asya lagi hiks. . Hiks, papa lebih sayang sama Tante Afa dan Keina, papa udah gak peduli Asya lagi, hiks. . Hiks. . Dulu papa bakal khawatir banget kalo Asya bersin, tapi sekarang saat Asya pingsan aja papa gak peduli. . Hiks, papa bahkan bentak Asya hiks. . Hiks.. . Hiks. . Papa. . . Hwaaaaaa" tangis Asya pecah dalam pelukan bi ida.

Alex tak sanggup mendengar perkataan Asya, hatinya sangat terasa sesak, sangat sesak.

****

"Kenapa Lo kesini?! Bukannya Lo yang ngatain gue wanita rubah?! Kenapa lo Dateng ke kamar wanita rubah ini?!!" Sinis Asya saat Yasa memasuki kamar rawat Asya.

"Non jangan begitu, gak baik ngomong begitu sama calon suami" ujar bi Ida memperingati Asya.

"Calon suami? Gak salah bi? Gak mungkin Asya punya calon suami yang ngatain calon istrinya rubah?!!" Jawab Asya menatap Yasa sinis.

Yasa hanya mengangguk membenarkan tanpa ada bantahan. Memang salahnya yang langsung menyimpulkan tentang Asya

"Bibi bisa keluar biar saya yang menjaga, Asya" ucap Yasa. Bi Ida mengangguk dan keluar.

Asya (REVISI✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang