34• Inilah Asya

23.3K 1.1K 25
                                    

Sudah dua jam setelah Raka pergi dari rumah Yasa, dan dua jam pula Asya duduk di sofa dengan mengonta-ganti channel TV.

"Ih! Kak Yas tidur apa gimana si kok gak turun-turun! Kan gue laper. . " gerutu Asya dengan tangan yang tidak bisa diam, mengganti-ganti channel dari acara berita siang hingga acara gosip tidak ada yang membuatnya tertarik.

"Ih kenapa malah makanan yang di tayangkan si! Kan kalo gini gue tambah laper!!"

"Lo ngapain masih disini?" tanya Yasa yang baru turun dari tangga.

Asya hanya melihatnya sinis dan berdiri berjalan ke arah dapur.

"Kakak itu gak peka banget si! Asya itu nungguin kakak! Kan tadi Asya bilang kalo kakak menang judi Asya bakal rawat kakak sampel sembuh. . Tapi kakak malah ke atas ninggalin Asya! Mana perut Asya udah konser lagi. . Kakak tau! Asya itu gak boleh telat makan kalo telat nanti kelaparan. .mana gak ada makanan lagi. . Kan sebel. . Kakak tau......" ocehan Asya terhenti saat merasakan roti di dalam mulutnya.

"Diem! Kalo laper tinggal makan kenapa nungguin gue turun?!" jawab Yasa ketus .

"Yua kan guak Auda m anan jadiu..."

"Telen dulu"

"Ya kan gak ada makanan dan Asya akuin gue gak bisa masak, jadi kakak masakin Asya Ok. . Kasian perut Asya udah konser kayak konsernya EXO" jawab Asya dengan cengir lebar.

Yasa sudah menduga pasti ini akan terjadi. Berjalan menuju meja dapur dengan Asya yang duduk di atas meja.

Tak punya sopan santun, tapi itulah Asya dia akan melakukan apa yang dia suka sesukanya, hanya satu yang tidak akan dia lakukan dan tidak akan pernah.

Skip>


"Minggir dikit gak muat nih" ucap Yasa menginstruksi Asya untuk geser sedikit agar dia bisa memotong bawang dengan leluasa.

"Kak kenapa lo selalu emosi saat ketemu si ketos?" tanya Asya tiba-tiba

Gerakan tangan Yasa terhenti memotong bawang saat mendengar pertanyaan Asya.

"Gak usah di jawab kalo keberatan kak." sambung Asya melihat perubahan raut wajah Yasa.

"Memang apa yang lo liat saat gue ketemu sama dia?" tanya Yasa.

"Pertama dari raut wajah kakak yang selalu mengeras saat bertemu si ketos menandakan kalo kakak sedang emosi dan menahan amarah, ke dua dari tatapan mata lo yang tajam menyimpan sebuah kebencian yang dalam, udah itu aja yang gue liat." jawab Asya.

Yasa mengangguk membenarkan jawaban Asya.

"Gue benci dia, bukan hanya dia bahkan nyokap bokap nya juga gue sangat benci!!" jawab Yasa dengan tenang namun tak menghilang kan raut wajahnya yang mengeras.

"Kenapa?"

"Nyokap Raka itu pelakor, pelacur, jalang, dan dia merebut bokap dari nyokap gue. Gara-gara dia nyokap gue stres dan memilih mengakhiri hidupnya, Raka sendiri dia merupakan teman masa kecil gue dulu. Gue benci dia karena dia tau bahwa nyokap nya telah merebut bokap gue tapi dia gak ngasih tau gue. Dia diam hingga nyokap gue bunuh diri gue baru tau yang sebenarnya. Gue udah hidup sendiri saat usia gue 12 th di rumah ini sendiri. Dan untuk yang lainnya mungkin lo udah bisa nyimpulin sendiri apa yang terjadi." jawab Yasa panjang lebar menjelaskan pertanyaan Asya sambil memasak.

Yasa memindahkan nasi goreng yang dia buat ke dalam dua piring.

Asya mengambilnya satu dan berjalan ke meja makan

"Tapi sepertinya Raka sangat ingin berbaikan dengan lo." ujar Asya.

Yasa hanya menghendikan bahu dan mulai menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

Asya (REVISI✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang