3• Kelas XII MIPA 1

33.3K 1.6K 27
                                    

Tring tring tring

Bel telah berkumandang menandakan bahwa istirahat telah usai dan memaksa murid-murid untuk masuk kelas dan memulai pelajaran kembali termasuk gerombolan brandalan sekolah

Kelas XII MIPA 1merupakan kelas paling susah untuk di atur karena berisi berandalan dan para truomblemaker sekolah, entah itu cowok maupun cewek mereka sama-sama bikin rusuh sekolah.

Namun pihak sekolah tidak sanggup untuk mengeluarkan mereka, karena prestasi yang mereka raih itulah yang membuat sekolah ini menjadi terkenal.

Moto kelas ini mungkin sudah banyak yang memilikinya

Moto mereka adalah 'Brandalan boleh bodo jangan' sudah banyak yang memakai moto itu kan dan terlalu manstrim bukan? tapi yang membedakan dari mereka adalah mereka selalu kompak dalam segala hal.

Jika yang satu menang lomba maka semua murid kelas XII MIPA 1harus menang juga, jika kalah ya harus kalah juga, jika bolos harus bolos semua, jika ada tawuran satu kelas yang maju, jika di hukum 1 harus semua nya dapat hukuman, tidak mengerjakan tugas ya tidak mengerjakan tugas semua.

Brisik satu maka harus berisik semua. Mereka itu selalu bersama selama hampir dua tahun di kelas yang sama, waktu kelas X mereka berbeda kelas dan pada semester dua mereka semua di kumpulkan menjadi satu karena kenakalan mereka.

Seperti saat ini kelas XII MIPA 1 belum ada guru setelah istirahat, dan itu merupakan kesempatan emas untuk mereka.

DOR DOR DOR

Suara gedoran pintu yang lumayan keras mengalih kan perhatian mereka menuju pintu masuk yang berdiri 2 orang berbeda usia, jenis, dan sebagainya.

"Perhatian!!! Saya di sini mau memperkenalkan wali kelas kalian yang baru!!, silahkan miss" ujar kespek di depan sana mempersilahkan Asya memperkenalkan diri.

Orang yang berdiri di depan san  merupakan Asya dan Kepsek

"Bapak bisa keluar" ujar Asya dengan ramah, Kepsek hanya tersenyum dan mengangguk dan berjalan keluar meninggalkan Asya di kelas para berandalan.

"Buk ibu beneran guru?" Tanya murid cowok yang mengunyah permen karen sambil memperhatikan tampilan Asya.

"Eh bukanya itu tadi yang di parkiran kan ya" bisik salah satu cowok yang berada di parkiran ke Yasya dan hanya di jawab anggukan.

"Apa yang buat kamu tidak yakin kalau saya adalah guru?" Tanya Asya sambil mengangkat alis sebelah.

"Ya dari penampilan ibuk aja udah gk meyakinkan" jawab cowok yang bertanya tadi.

"Lupakan itu! Yang jelas saya guru" kata Asya

"Sebelumnya saya mau memperkenalkan diri dulu, Nama saya Pasya Soviola kalian bisa panggil saya dengan Asya umur saya masih 16 tahun, jadi kalian tidak perlu memanggil saya dengan embel-embel bu ibu atau miss dan sejenisnya, saya mengajar pelajaran Matematika dan merangkap menjadi wali kelas kalian yang mengundurkan diri karena tidak tahan dengan sikap kalian, begitu katanya. . Ada yang ingin di tanyakan?"

"Saya. . Jadi kita harus panggil anda apa?" Tanya cewek yang paling depan dengan bahasa formal yang sedikit kaku.

"Panggil aja Asya, ok. . Ayo kita bersikap profesional di dalam sekolah kalian memakai bahasa sopan tidak perlu formal, tapi jika di luar seterah mau pakek 'lo-gue' atau yang lainnya"

"Aku mau tanya. . Apa bener Asya masih berumur 16th?" Tanya cowok di bagian tengah.

"Apa yang membuatmu tak percaya?" Tanya Asya balik.

"Sebelumnya sorry. . Dilihat dari tubuh dan body Asya lebih mirip model berusia 25th dari pada 16th tapi kalau wajah emang cocok untuk gadis berusia 16th" ucapnya.

"Ya mungkin badan Asya aja yang lebih tinggi dari pada gadis berusia 16th lainnya dan juga mungkin bisa  di bilang lebin montok" kata Naca dengan senyum manis yang membuat semua murid cowok terpana, kalau di komik-komik mungkin sudah mimisan.

"Apa Asya bener-bener udah lulus sekolah, sedangkan Asya masih berumur 16th yang lebih cocok jadi murid kelas X dari pada guru?" Tanya pria di pojok belakang sebelah kiri.

"Asya sudah lulus s3 saat berumur 13th waktu kecil Asya ikut kelas akselerasi dan tenang Asya sudah mengantongi sertifikan tenaga kerja profesional" jelas Asya

"Kalau begitu gantian kalian yang perkenalkan diri" kata Asya dan duduk di meja guru

"Gu gu Aku Lily"

"Gue eh aku sandy"

"Emmm gu gu ku Lyan"

"Aku keke"

"Aku gue aku gue aku bagas"

"Aku Mila"

"Aku Gredya"

"Aku Reya"

"........."

"Yasa" dan terakhir Yasa, Asya hanya mengangguk dan mulai menghadap ke arah murid-muridnya

"Kenap kalian tidak ribut?" Tanya Asya penasaran, karena setaunya kelas XII MIPA 1 itu sangat ribut ada atau tidak ada guru.

"Karena Asya beda" jawab satu kelas

"Maksudnya?" Tanya Asya dengan wajah bingung

"Ya pokok nya Asya beda" jawab salah satu murid yang di setujui oleh yang lainnya.

"Oh! Ok" jawab Asya seadanya

"Kita langsung mulai saja buka Bab 3 Matrisk, saya tidak akan menjelaskan materi ini kalian yang mempelajarinya sendiri, karena saya tau kalian mempunyai otak encer jadi manfaatkan itu 15 menit kedepan kita akan tanya jawab, ok. ..silahkan mulai" printah Asya yang dipatuhi dengan baik semuanya mulai mempelajari materi tersebut.

Namun berbeda dengan Yasa dia memilih menelungkupkan wajahnya ke lipatan tangan di atas meja.

Asya berjalan menghampiri meja Yasa tanpa ada murid yang menyadari kalau Asya sudah berpindah tempat ke belakang.

Asya berhenti tepat di samping meja Yasa dan.


Bersambung. ...




By: Bryanabyan

Asya (REVISI✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang