11🌻

4.7K 464 14
                                    

Sudah dua hari lamanya (Namakamu) mematikan ponsel nya. Persetan dengan Iqbaal dan teman temannya yang mungkin mengkhawatirkannya. Sudah dua hari pula ia mengurung diri dikamar dan sesekali keluar kamar hanya untuk makan, itupun hanya sedikit. Sampai sampai Bastian kewalahan. Para sahabat nya juga sudah membujuk nya namun tetap dihiraukan oleh gadis ini.

Setelah kejadian dua hari yang lalu saat setelah wisuda, (Namakamu) memutuskan untuk pulang naik taxi sendirian dan menghiraukan ucapan para sahabatnya.

Tok tok tok ..

Bastian mengetuk pintu kamar adiknya.

"Dek,"
"Ayok makan dulu,"
"Nggak laper apa? Ini bang babas bawain makan."

(Namakamu) tidak munafik. Sudah dari kemarin perutnya tak terisi dan itu membuatnya sangat lapar.

Kan kebetulan Bastian ke kamar bawain makan. Masa rejeki ditolak?

Cklek ..

(Namakamu) membuka pintu kamarnya.

"Masuk bang,"

Setelah Bastian masuk ke kamarnya,(Namakamu) pun menutup kembali pintu kamarnya.. lalu menghampiri abangnya itu yang sedang duduk di sofa sambil menyalakan televisi.

"Abang udah kepo dari kemarin ya dek, kamu kenapa sih?" Tanya Bastian lembut

(Namakamu) tidak menggubris ucapan bastian. Sekarang ini perutnya lapar bukan? sangat sangat lapar bahkan. Jadi sekarang ini (Namakamu) memilih untuk memakan makanan yang tadi dibawa Bastian dibanding harus menjawab pertanyaan dari Bastian.

Setelah makanannya habis,(Namakamu) meneguk air minum nya. Lalu mendekat kearah Bastian, duduk disamping nya dan memeluknya erat dari samping Abang nya itu.

Bastian yang mendapat perlakuan seperti itu langsung membalas pelukan sang adik. Lalu dielusnya pelan rambut adiknya ini untuk sekedar menenangkan.

Tak lama, terdengar suara isakan kecil dari bibir (Namakamu) dan Bastian merasa bahu kirinya basah.

"Nangis aja dulu sepuasnya," ucap Bastian sendu, "baru habis itu cerita sama Abang." lanjutnya

Setelah (Namakamu) meredakan tangisnya, ia mulai menceritakan kepada Bastian kejadian setelah wisuda kemarin. Saat zidny datang dan bilang bahwa Iqbaal lebih memilih menemani zidny daripada dirinya.

"Sttt.. kamu udah denger penjelasan Iqbaal?" Tanya Bastian sambil mengelus elus rambut adik nya ini.

(Namakamu) terdiam, tidak menjawab. Namun dia menggelengkan kepala nya pelan sebagai pertanda jawaban 'belum.'

"Dek. Dengerin abang. Kamu tu udah besar. Abang kan udah pernah bilang, kalau ada masalah diselesaikan baik baik jangan pake emosi. Selesaikan dengan pikiran yang dingin," ucap Bastian menasihati adiknya, "dan.. masa iya kamu lebih percaya sama zidny daripada Iqbaal?" Lanjut bastian

(Namakamu) diam mendengarkan ucapan Bastian yang memang ada benarnya.

"Sekarang dengerin Iqbaal buat cerita semua nya, buat jelasin semua nya ke kamu. Gih turun, udah ada Iqbaal dibawah."

(Namakamu) sedikit terkejut 'sejak kapan Iqbaal disini?' Tanya nya dalam hati dan berarti...

"Abang udah tau masalah adek?" Tanya (Namakamu) kesal

Bastian tidak menjawab, hanya saja dia memperlihatkan deretan gigi putih nya lalu tangan nya diangkat, jari nya membentuk 'V'.

(Namakamu) berdecak.

"Udah ah sana cuci muka dulu, abis nangis jelek nih. Nanti kalau Iqbaal liat, ilfeel lagi." ucap Bastian sambil mencolek dagu adiknya

"Hiih!" kesal (Namakamu) yang langsung bergegas ke kamar mandi yang ada di kamarnya untuk mencuci muka.

Relationshit [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang