36🌻

5K 531 244
                                    

"Ini kamu, sayang?"

(Namakamu) yang awal nya terdiam membalas pelukan itu, "Bunda."

Bunda Rike terkekeh pelan lalu mengusap air matanya yang sedikit berair

"Mbak," Panggil si penunggu kasir.

(Namakamu) dan Bunda Rike segera membayar belanjaan nya masing-masing. Oh, ralat. Lebih tepatnya hanya Bunda Rike yang membayar atas keinginan nya sendiri tentu. Setelah selesai membayar, Bunda Rike mengajak (Namakamu) untuk mengobrol sebentar di tempat tongkrongan yang tidak berada jauh dari supermarket tersebut.

"Bunda kangen sama kamu nak," lagi-lagi Bunda Rike memeluknya dengan erat.

(Namakamu) juga membalasnya tak kalah erat. "(Namakamu) juga kangen sama Bunda."

(Namakamu) tersentak kala bahu nya basah, ia meregangkan pelukan itu, "Bunda jangan nangis."

Bunda Rike tersenyum kecil, "Bunda kangen sama kamu. Bunda kira kamu yang bakal jadi mantu bunda."

(Namakamu) mengangguk kecil, tangannya ia gunakan untuk mengelus pelan punggung mantan camer nya itu.

"Kamu kemana aja?" Tanya Bunda dengan suara parau

"(Namakamu) ada Bun."

"Iya dimana? Kamu nggak pernah nemuin bunda lagi setelah hari itu."

"(Namakamu) pindah ke Paris, Bunda."

Bunda Rike tampak terkejut, "Kenapa? Karena Iqbaal ya?"

(Namakamu) menggeleng ragu, "enggak kok Bun. Papa ada tugas tetap disana. Perusahaan nya juga sekarang disana semua." Ucap nya lalu tersenyum

Bunda Rike ikut tersenyum, "Manis. Masih sama kayak dulu."

(Namakamu) terkekeh, "Makasih bunda."

"Nggak perlu makasih, kamu emang manis, Nak." Ucap Bunda Rike yang tangan kanannya sudah mengelus surai hitam milik (Namakamu).

"Makasih karena dulu udah nemenin (Namakamu) saat (Namakamu) butuh, bun." Ucap nya pelan

"Bunda udah nganggep kamu sebagai anak kandung bunda, jadi kamu nggak perlu berterimakasih kayak gitu sayang." Bunda Rike mengambil nafas lalu membuangnya perlahan, "Maafin kelakuan Iqbaal ya, Bunda juga nggak habis pikir sama jalan otak dia. Bisa-bisa nya dia khianatin kamu."

(Namakamu) hanya menjawab nya dengan senyum an kecil.

"Oh iya, sekarang kamu nginep nya dimana?" Tanya bunda

"Di situ bunda," ucap (Namakamu) lalu menunjuk ke arah depan supermarket --apartmen yang ditinggali (Namakamu) sekeluarga--

"Wah, deket ya ternyata. Bunda mampir boleh?"

(Namakamu) melihat ke arah jam tangannya, lalu menatap Bunda Rike dengan rasa bersalah, "Maaf ya bunda. (Namakamu) ada urusan, disana juga nggak ada orang. Mama sama Papa juga lagi keluar, Bang Babas lagi jemput kak Cassie."

Bunda Rike tampak kecewa, namun ia tetap menunjukkan senyum manis nya, "Yaudah nggak papa. Kapan kapan aja bunda mampir nya, disini masih lama kan?"

"Masih lima hari lagi, Bun."

Bunda Rike mengangguk-anggukan kepalanya paham. "Eh tadi kamu bilang Bastian lagi jemput Cassie? Langgeng ya ternyata," ucap Bunda lalu tertawa.

"Mereka udah nikah, Bunda."

Bunda Rike tampak terkejut lagi, "Kapan? Kok Bunda nggak diundang? Wah jahat kamu."

(Namakamu) tertawa kecil, "Bang Babas juga sebentar lagi udah punya anak lho Bun."

Relationshit [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang