14 Tahun Yang Lalu

3.9K 234 48
                                    

Hari dimana mas ali dan mas chandra bercerai, angga berada di rumah bundanya chandra.

“Saya mau antar chandra ke rumahnya dulu, sekalian ada sesuatu yang mau saya omongin..” kata mas ali ke pengacaranya seusai sidang,

Pengacaranya mengangguk menyetujui.

Jadilah mas ali nganter mas chandra pulang, selama di perjalanan mereka terlihat canggung. Mas chandra kaya mau ngomong apa gitu, tapi ketahan karena sungkan atau emang karena atmosfirnya kurang bagus.

Sampai di rumah orang tua chandra, mobil mas ali berhenti. Mas chandra sempet diem sesaat niatnya nunggu lelaki yang mulai hari ini resmi jadi mantan suaminya buat ngomong, tapi nihil, mas ali ngga mau ngomong sepatah katapun, padahal jelas mas chandra denger di pengadilan tadi mas ali bilang ke pengacaranya mau ngomong sesuatu ke dia. Waktu mas chandra nyopot sabuk pengamannya, mas ali manggil mas chandra.

“Chand?” tanpa jawaban, mas chandra nengok

Mas ali diem terus ngasi sebuah amplop tebel berwarna coklat, dilihat dari bentuknya itu pasti isinya uang.

“Ini uang tabungan kita kemarin yang niatnya mau buat beli rumah, udah berkurang dikit buat biaya pendaftaran sekolah angga sama keperluan kamu dan rumah kita dulu. Tapi.. udah mas ganti, mas tambah sama uang mas.” jelas mas ali, mas chandra matanya berkaca kaca

“Beli rumah sendiri pakai uang ini atau mau kamu pakai apa terserah, sisanya buat sekolah angga.. kalau kurang, hubungin mas..” kata mas ali lagi,
“Just because, I love...” mas chandra natap mas ali sambil nunggu kalimatnya diselesaiin,
“..my son.” jawab mas ali lugas, seakan menegaskan tiada rasa tersisa untuk mas chandra.

Runtuh. Pertahanan mas chandra runtuh. Dia menerima amplop itu dan menyeka air matanya.

“Makasih, mas..” katanya,
“..dan maaf-” lanjutnya

Hening sesaat.

“Aku turun, ya?” kata mas chandra, mas ali ngangguk. Kemudian mas chandra turun dari mobil dan berjalan masuk ke pekarangan rumahnya,

Melihat punggung mas chandra menjauh, tangis mas ali pecah. Dia menangis sendirian di mobil membenamkan mukanya di setir mobil.

Pas mas ali pulang, malah dibebanin sama ortunya. Udah puyeng abis cere masih dinasihatin mulu.

“I've told ya! Mami udah bilang ke kamu dari awal kamu kenalin chandra ke mami sama papi, mami ngga setuju. Dia ngga sama kaya keluarga kita, dia kaya ngga punya—”
“Can you just stop it? Anak kita baru cerai dan kamu masih mau bebanin dia lagi sama pikiran pikiran kaya gitu? Biarin dia tenang dulu.” sahut papi andre memotong kalimat mami jess.

“Pi, mi.. ali mau tinggal di indonesia aja-” kata mas ali, mami dan papinya mas ali langsung ngarahin pandangan ke anaknya di seberang meja makan.

“Kamu udah gila, ya? Apa yang mau kamu harapkan di indonesia? Chandra?”
“Anak aku.” sahut mas ali cepat sambil menatap ke arah maminya.
“Ali masih punya tanggung jawab buat angga, ali papanya angga.”

Mami jess menghela nafas sambil raut mukanya seolah tak percaya pada keputusan yang di ambil anaknya.

“Tapi, ali minta bantuan, pi..” kata mas ali ke papinya, papi andre liat ke arah mas ali
“Bantuan apa?” tanya papi andre
“Ali minta uang, ali mau beli rumah sendiri..” jawab mas ali

“Emang uang hasil tabungan kamu kemana? Kamu kasih ke—”
“Anak aku. Uang itu emang ali kasih ke chandra, tapi untuk menuhin kebutuhan angga. Seperti yang ali bilang, angga masih jadi tanggung jawab ali.” sahut mas ali cepat,

Tetangga Kok Gitu, Sih!? (Original Plot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang