Kenapa?

541 89 13
                                    

“Kopi satu, ya? Saya tunggu disana-” mas ian senyum terus jalan ke arah kursi.

“Adrian?”

Sesaat sebelum mas ian duduk, seseorang memanggilnya. Mas ian noleh, disana mas chandra sedang duduk dan tersenyum ke arah mas ian.

“Mas?” panggil mas ian, mas chandra masih tersenyum.

Setelahnya kaki mas ian melangkah mendekat ke meja mas chandra, dia menaruh tas kerjanya dan duduk didepan mas chandra.

“Gimana kabarnya?” tanya mas chandra, mas ian masih menatap mas chandra yang badannya jadi lebih kurus. Memakai sweater krem dan celana panjang berwarna putih.

“Baik, mas..” jawab mas ian,

Mas chandra ngangguk-ngangguk.

“Bagus deh..”

Setelahnya mereka diam, canggung karena ini kali pertama pertemuan mereka berdua sejak insiden 14 tahun yang lalu.

“Rasanya.. canggung ya, yan?” tanya mas chandra, mas ian ngangguk sambil liatin cangkir kopinya.

“Gimana kamu sama rendi? Juga juna?” tanya mas chandra masih terus berusaha membangun suasana,

“Hm? Saya?” mata mas ian beralih pada mas chandra, mas chandra mengangguk.

Mas ian diam sebentar, menimbang. Hingga akhirnya dia menarik napas dalam, dan menghembuskannya pelan, memulai kalimatnya..

“Saya dan rendi masih baik-baik saja.. kalau dengan juna.. saya sudah berani bilang kalau hubungan kami juga baik, mas.” jawab mas ian,

“Juna sempat benci saya, bertahun-tahun.” dia menggantung kalimatnya, diam sejenak.
“Lalu memaafkan saya, saya rasa.. karena didikan rendi.”

Mas chandra menyimak, mendengar dengan seksama kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut mas ian.

“Saya masih sayang sama rendi.” kata mas ian, mas chandra mengangguk pelan.

“Aku juga.”

Mas ian mendongak langsung menatap mas chandra.

“Aku juga masih sayang mas ali.” kata mas chandra, mas ian diam sebentar. Lalu bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

“Gimana mas sama mas ali?” tanya mas ian, senyum mas chandra merekah.

“Kami? Balik kaya abg lagi, yan.. haha-”

Mas ian ketawa pelan,

“Kalau kamu? Ada rencana...balik lagi?” tanya mas chandra hati-hati,

Mas ian senyum tipis, terus ngambil cangkirnya.

“Saya ada pikiran begitu, mas.. tapi.. ga tau rendi-” kata mas ian terus minum, mas chandra ngangguk-ngangguk.

“Rendi kayanya juga masih sayang kamu, yan..” kata mas chandra,

Mas ian menaruh cangkirnya,
“Aamiin..” katanya.

“Saya cuma khawatir, mas.. rendi sekarang bukan jadi milik saya, saya ga bisa lindungi dia sepenuh waktu.. jadi.. saya khawatir-”
“Khawatir kenapa?” tanya mas chandra,

“Delon..” jawab mas ian singkat,
“Delon punya maksud jahat.. saya ga mau rendi kenapa-kenapa..”

Mas chandra diam, fokus mendengar mas ian.

“Memang awalnya bermula dari saya, mas. Dan delon dengan pikiran 'sakit'nya mau 'balas dendam'.” kata mas ian,
“Balas dendam, yan? Kamu tau darimana?”

Tetangga Kok Gitu, Sih!? (Original Plot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang