Selamat Ulang Tahun, Ayah!

1.1K 190 101
                                    

Pagi ini, di rumah mas ian sepi kaya biasanya. Fyi, mas ian masih tinggal di rumah yang dulu. Mas ian duduk terus nyender dikepala ranjang.

Hari ini rasanya males banget buat kerja, mas ian mau males malesan aja di rumah seharian.

Waktu mas ian nge cek ponselnya, dia sadar kalau hari ini hari ulang tahunnya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, dia sangat merindukan seseorang. Perlahan satu persatu adegan muncul dibenaknya seperti kilas balik sebuah film.

Dia ingat ketika pertama kali jatuh cinta pada orang itu karena senyumnya. Dia ingat bagaimana orang itu mengurusnya selama 10 tahun mereka membangun rumah tangga, dia ingat saat saat mereka berbagi kisah. Iya, ingatannya tertuju pada rendi.

Mas ian, adalah seorang lelaki yang teguh pendiriannya. Seumur hidupnya, dia juga hanya cinta pada satu orang. Mungkin yang kemarin itu khilaf. Iya, andai saja mas chandra saat itu tidak terlihat cantik dimata mas ian, ia pasti tidak akan tergoda.

Ingatannya mengantarkan dia pada kejadian dua tahun setelah dia menikah dengan rendi, hari itu tepat seminggu sebelum hari jadi perkawinan mereka. Mas ian sedang berada disebuah toko kue untuk memesan kue tart, sampai dia menyadari di cafe disebelah toko kue itu ada seseorang yang dia kenal sedang menangis.

Mas ian yang jiwa kemanusiaannya tergerak langsung masuk cafe dan menghampiri lelaki yang lebih tua satu tahun darinya itu.

“Mas? Mas chandra?” yang dipanggil mendongak menatap mas ian,
“Adrian?”
“Mas kenapa nangis? Sakit, ya? Saya panggilin mas ali, ya?” tangan mas ian sudah bergerak mengambil ponsel disakunya, tapi buru buru dicegah oleh mas chandra.

Mas ian balik menatap mas chandra yang sekarang menggeleng memohon ke arah mas ian, mas ian yang lemah cuma bisa terduduk disebelah mas chandra. Dan, tanpa diduga mas chandra bergerak mendekat dan langsung memeluk mas ian.

“Maaf, ian.. tapi bentaar aja.. aku butuh orang yang bisa aku peluk..” mas ian diem sebentar, kemudian pelan dia melepaskan pelukan mas chandra.

Mas chandra yang semula terkejut tapi tetap menurut saat tangannya dijauhkan dari tubuh mas ian.

“Bener-bener ngga ada tempat untukku ya, adrian?” tanya mas chandra, mas ian diam sebentar
“Bukannya mas chandra yang mutusin saya demi bisa menikah sama mas ali?”

Mas chandra diam, mas ian juga ikut diam.

“Ian.. maaf-” tangan mas chandra bergerak memeluk lengan mas ian,
“Mas.. saya sudah punya istri..” sekali lagi mas ian mencoba melepaskan tangan mas chandra,
“Ian.. maminya mas ali ngga suka aku..” kata mas chandra sambil pelukannya mengerat,

Mas ian yang terkejut mulai diam dan mendengarkan.

“Dia suruh mas ali cerai sama aku.. aku sebentar lagi tamat, ian..” kata mas chandra memulai ceritanya
“Aku kangen kamu.. kangen kita yang dulu.. aku harusnya ngga gegabah mutusin kamu demi mas ali dulu..” mas ian masih diam.

Sampai ponsel mas chandra berdering, pemberitahuan untuk segera kembali ke kantornya. Mas chandra melepas pelukannya dan menghapus airmatanya.

“Ian, kita sudah sama sama dewasa.. aku yakin kamu juga tahu apa yang aku maksud..” jari jemari mas chandra bergerak mengelus tangan mas ian,

“Kalau kamu tertarik.. temui aku di tempat yang sama dan jam yang sama..” mas chandra tersenyum manis kemudian berdiri dan pergi meninggalkan mas ian di cafe yang masih diam termenung mencerna kata demi kata dari mas chandra.

Jujur saja, dinding mas ian mulai goyah saat itu.

Pada akhirnya mas ian mulai merasakan ada perasaan yang berbeda tentang istrinya. Di rumah dia lebih banyak melamun, dan hanya memikirkan mas chandra beserta kenangannya saat masih dekat dulu. Hingga, tanpa sadar dia berkata,

Tetangga Kok Gitu, Sih!? (Original Plot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang