Sudut Pandang Haeri Chandra

485 68 2
                                    

Chandra's POV
______________________________

Aku sama seperti orang lainnya yang cuma menginginkan kebahagiaan. Ku pikir menikah dengan mas ali adalah sebuah kebahagiaan terbesar dalam hidupku, mungkin memang iya.

Tapi mungkin juga tidak.

Hari pertama pernikahan kami, mami dan papi mas ali terlihat terlalu ikut campur dengan rumah tangga kami. Berbeda dengan ayah bundaku yang sudah membiarkanku hidup dewasa dan tidak lagi mencampuri urusan rumah tanggaku dan mas ali.

“Apa?! Ngontrak? Ali, are you crazy?” kata mami mas ali,

Aku mulai membenarkan sikap dudukku yang tak nyaman. Entah kenapa sepertinya pembicaraan ini akan mengarah pada sesuatu yang nantinya membuatku gelisah.

“Yup! Ali dan chandra mau hidup mandiri dan sederhana.” kata mas ali sambil tersenyum, ketika melihatnya aku merasa sangat tenang.

Tapi kemudian papi dan mami mas ali benar-benar tidak bisa berhenti untuk ikut campur, terlebih mami mas ali yang sedari awal tidak menyukaiku. Baginya, apapun yang ku lakukan adalah kesalahan besar.

Mungkin karena kulitku gelap, darah betawi yang membuatku terkesan galak dan berisik, atau karena pendidikanku yang tidak sepadan dengan keluarga mereka yang membuat mami mas ali membenciku.

Mas ali selalu berada di pihakku, tidak sekali dua kali mas ali 'menegur' maminya, sejenak aku merasa aman. Tapi berada dibawah tekanan terus menerus membuatku merasa frustasi dan stres. Aku mulai mengonsumsi obat penenang diam-diam, demi aku bisa tidur, mencari kesibukan dengan bekerja atau keluar bersama teman-teman.

Hingga aku bertemu dengan seseorang.. yang punya banyak penawaran. Delon. Pertemuanku dan delon bisa dibilang sengaja, iya, dia sengaja menemui ku ke kantor.

Pertemuan pertama kami, dia mulai membahas perihal adrian. Menginterogasi ku, meski dia sudah tahu apa jawabannya. Delon tahu hubunganku dan adrian, dulu kami sahabat baik. Iya, kami bertiga. Aku lebih dahulu mengenal delon, sosoknya sangat ramah dan baik hati. Seseorang disekitarnya pasti merasa aman.

Delon tinggal di Bandung, lalu kemudian pindah rumah dan menempati rumah kosong didepan rumahku. Bersama ibu dan kakak kandungnya, lucas. Ibunya sakit-sakitan, terkadang keluargaku membantunya, mengantar ibunya ke rumah sakit membelikan ibunya obat dan membiayai semua pengobatan ibunya. Ayahnya? Menikah lagi dan tinggal di jepang.

Sampai ibunya meninggal, ayahnya tidak pernah pulang. Delon menjadi sosok yang tertutup, hingga datang satu orang lagi, adrian, dari bandung yang juga tinggal bersebelahan dengan rumah delon. Kami bersekolah di sekolah yang sama, dan menjadi sahabat.

“Kamu ingat tidak bahwa adrian mencintaimu sejak kita kecil?”

“Delon, gua dan adrian sama-sama udah berkeluarga, apa maksud lu ngomongin ini?” tanyaku padanya ketus, waktu pertemuan pertama kami.

“Kamu tentu tahu bahwa orang yang bersama adrian sekarang adalah rendi, orang yang saya cintai. Lalu adrian adalah orang yang kamu cintai, dan harusnya—”

“Ngga usah muter deh, ngomong maksud lu apa?” aku memotong pembicaraannya.

Delon tersenyum simpul.

“Apa tidak sebaiknya kita bekerjasama untuk mendapat kebahagiaan kita masing-masing? Saya bisa bantu kamu dapat adrian, dan saya akan mendapat rendi. Bagaimana? Terdengar sangat menguntungkan, bukan?”

Aku terdiam. Tidak tahu bagaimana harus merespon. Aku sangat menginginkan itu, hidup bersama dengan adrian. Tapi aku tidak bisa meninggalkan mas ali, dia berusaha keras meyakinkan orang tuanya demi aku. Dia sangat menyayangiku.

Tetangga Kok Gitu, Sih!? (Original Plot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang