Bertemu Kembali

940 98 8
                                    

Rendi memilih beberapa sayur untuk dia masukan ke keranjang. Matanya menelisik ke arah satu persatu rak sayur, terlihat mencari sesuatu.

“Ah!” serunya saat dia melihat sayur yang dicarinya,

Ketika tangannya menyentuh wortel itu, sebuah tangan lain menumpuk diatas tangannya. Rendi reflek menoleh, terkejut ia mendapati wajah mas delon dengan jarak yang sangat dekat.
Sesaat mereka terdiam, hening. Hingga rendi tersadar kemudian buru-buru menarik tangannya.

“Buat kamu aja, rend..” kata mas delon halus, rendi menoleh
“Ah, mas delon aja.. rendi tak cari yang lain..” kata rendi lalu buru-buru pergi.

Dalam kepalanya terputar percakapannya dan rendra beberapa waktu lalu.

“Ada hal yang ndak beres soal mas delon.. dia jahat.” kata rendra mengawali ceritanya, rendi menyimak dengan cangkir teh di tangannya.

“Dia mau balas dendam ke mas ian lewat mas..” rendra menoleh, menatap rendi lekat. Rendi terkejut sesaat,
“Lewat mas?” rendi menunjuk dirinya sendiri, rendra mengangguk.

“Mas ian, aku dan jiun tau semuanya, mas.. kami melindungi mas dari lama.” kata rendra, kening rendi berkerut.
“Mas ian buru-buru selesaiin kuliahnya, dia buru-buru nyari kerja, mas ian berusaha keras ngeyakinin ibuk sama bapak, biar bisa cepet nikahin mas dan bisa leluasa lindungi mas.” jelas rendra,

“Jiun juga.. tiba-tiba nawarin diri kerja di warung mas.. karena mau lindungi mas juga.. aku ga bisa nde sini, harus jagain warung di kampung.. jadi aku nitip mas ke mereka berdua..” tambahnya,

Rendi menghela nafas pelan saat ingatannya berhenti terputar. Dia tidak menyangka bahwa orang yang selama ini dia anggap kakak, adalah orang paling berbahaya untuknya.

“Belanjaannya, mas?” tanya mbak kasir, rendi tersenyum simpul kemudian menaruh keranjang belanjanya di atas meja kasir.

Mbak kasir sedang men-scan barcode, sementara rendi menanti sambil memantau semua barang belanjaannya. Sambil nginget-nginget ada yang lupa atau engga.

“Totalnya 230 ribu rupiah, mas..”
“Oh, sebentar..” rendi merogoh saku jeansnya.

“Berapa, mbak? Biar saya yang bayar.. sekalian sama belanjaan saya..”

Rendi menoleh, mas delon yang bicara. Dia menaruh keranjangnya di atas meja kasir.

“Ngga usah, mas.. rendi ada uang kok-” kata rendi, mas delon tersenyum.

“230? Sama belanjaan saya juga, mbak..”
“Engga, mbak.. sendiri-sendiri aja..” sahut rendi,
“Gapapa, rend.. biar mas aja..” kata mas delon, rendi menghembuskan nafas kasar.

“Mas! Rendi punya uang sendiri!” kata rendi tegas kemudian menaruh dua lembar 100ribuan, satu lembar 20ribu dan satu lembar 10ribu. Segera setelah itu, rendi meraih kantung kreseknya dan berjalan cepat keluar.

“Rend.. rendi!” panggil mas delon,

Mas delon mengeluarkan uang 200ribu dan menaruhnya diatas meja kasir.

“Ini mbak-” katanya kemudian berlari keluar tanpa kantung belanjanya.

“Mas! Mas belanjaannya!”

“Rendi! Rendi!” tangan mas delon berhasil meraih tangan rendi, reflek membalikkan badan rendi.

Sedetik setelah rendi berbalik dia menampar mas delon.

“Rendi ga suka mas kaya gitu tadi.. jangan mentang-mentang rendi sudah nda ada yang kasih nafkah, terus mas pikir rendi ndak bisa menuhin kebutuhan rendi sendiri.” kayanya rendi emang lagi sensitif banget sama mas delon.

Tetangga Kok Gitu, Sih!? (Original Plot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang