32. Tentang Rindu

1.9K 116 8
                                        

Jangan percaya sama hati, karena logika lebih benar dari segalanya.

-A-

Wolves-
Selena Gomez, Marshmello

***

Kedua mata Ayna berkedip dua kali untuk memastikan bahwa ia tidak salah menilai. "Keknya sih iya, Naf."

Nafia memukul kepala belakang Ayna.

"Hadoh, sakit Naf!"

"Lo kalo mau nyari informasi yang jelas, jangan keknya-keknya aja."

"Gue kan juga gak tau, Naf. Kalo tau gak mungkin gue nanyain lo."

"Ya setidaknya lo tau sikit-sikit. Jadi bikin gue penasaran aja."

Ayna menggarut kepalanya yang tidak gatal. "Lo tau ini tempat apa?" tanya Ayna sambil menunjuk ke layar laptop Nafia.

Nafia mengikuti arah tunjuk Ayna. "Eumm, setau gue sih ini dulu tempat kosong."

Kening Ayna bergelombang. "Maksud lo?"

"Iya. Lo inget waktu kita kecil dulu."

"Lo sakit ya? Kita kan lagi bicarain tempat ini, ngapa lo sok-sok flashback ke kita."

Refleks Nafia mengambil buku tebal yang ada di sampingnya lalu memukul kepala Ayna. "Bukan gitu bego, maksud gue lo inget waktu kita kecil dulu, kan pernah maen-maen disitu sama Adek ipar lo."

Ayna melongo. "Adek ipar gue? Gue belom punya adek ipar pe'a."

Nafia kembali memukul kepala Ayna, menyebabkan ia meringis kesakitan. "Si Anka, anjir. Udah lo yang sering bilang kek gitu ke gue."

Ayna menepuk jidatnya. "Oh iya, lupa gue." Ayna tertawa garing. "Emang kenapa sama si Anka?"

Mengingat Anka, Ayna menjadi sedikit merinding ketika melihat kejadian semalam. Ada apa dengan Anka sebenarnya? Ayna merasa ia ada dimana-mana sekarang.

"Dulu kan pernah tuh kita jalan-jalan kesitu. Masih kosong tempatnya."

Ayna terdiam. "Jadi...." Dia menunjuk gambar yang ada di laptop Nafia. "Kenapa tempat ini ada di internet?"

"Dulu juga pernah ada kasus kalau tempat itu dijadiin markas mafia, tapi sebelum kita jalan-jalan kesitu, tempat itu udah di kepung polisi."

Mulut Ayna melebar. "Ohh pantes waktu kita pulang, Ayah mukulin gue. Jadi itu alasannya."

Nafia tertawa kecil. "Gue juga dipukulin Mama gue waktu itu. Awalnya gue bingung, tapi dua hari setelah itu gue baru tau sebabnya."

"Jadi hubungannya sama yang gue alamin semalem apa?" gumam Ayna yang masih dapat didengar Nafia.

"Apa lo bilang?"

Refleks Ayna menutup mulutnya, ia menggeleng.

"Apa? Jujur lo? Ngapain lo semalem emang? Gue juga penasaran sih, ngapa lo tiba-tiba nanyain tempat ini ke gue. Pasti ada apa-apa kan sama lo."

"Ih apaansih Nafia, emang semalem gue ngapain? Lo kira gue gak anak baek-baek apa."

"Kasih tau ke gue sekarang juga atau gue tanya sendiri ke Anka."

Ayna menatap Nafia sewot. "Gila lo ya. Apa hubungannya coba sama si Anka. Udah mereng keknya otak lo."

"Gue yakin, ada hubungannya pasti sama si Anka. Cowok yang ada di hidup lo kan cuman dua. Kalo enggak Kak Refyal ya pasti si Anka."

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang