Pagi ini Ayna berencana ingin datang cepat ke sekolah, karena ada sebuah tugas fisika yang tidak dia mengerti. Karena terlalu malas berpikir, alhasil dia memutuskan menyalin tugas kepunyaan Sarah. Karena hanya Sarahlah napas kehidupan baginya.
Tetapi rencana hanyalah rencana. Dia bangun terlambat akibat bergadang memikirkan apa yang akan dia berikan hari ini pada Refyal. Nihil, Ayna benar-benar menyerah, dia tidak memiliki rencana apapun.
Karena waktu semakin termakan oleh waktu. Dia bergegas berlari setelah selesai mengikat tali sepatu.
"Anjay gue belum siap pr," Ayna memukul jidatnya pusing. "Malah jadwal pertama Bu Emi lagi," umpatnya pada dirinya sendiri.
Ayna membuka pintu pagar rumah dengan tergesa. Setelah memastikan pintu pagar sudah terkunci kembali, dia memutuskan untuk berlari secepat mungkin kearah jalan raya. Hari ini Ayahnya memiliki tugas di kantor, sehingga mengakibatkan Ayna harus terpaksa menunggu angkutan umum.
Namun, Ayna langsung menghentikan langkah kaki ketika melihat seseorang keluar dari gerbang rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat dia berdiri. Ayna terbengong sebentar sambil membulatkan mata. Sedetik kemudian dia berlari kearah orang tersebut.
"Ebuset gila, pas banget ada lo, Ka. Gue juga terlambat nih. Nebeng di motor lo lagi dong," pintanya dengan napas terengah.
Anka yang sedang membuka gerbang rumahnya pun mengerutkan dahi ketika melihat Ayna lagi-lagi harus menganggunya. "Pergi aja sono sendiri."
"Yah. Gue minta tolong sama lo, Ka. Gue terlambat bangun, hari ini gue ada pr fisika. Tapi gue belum siap."
Anka berjalan ke arah motor sport hitamnya diikuti Ayna yang juga masuk ke dalam. "Lo mau mati? Belum kapok sama kebutan kemarin?"
"Gu-gue gak punya pilihan lain. Kalo gue naik angkot pasti angkotnya bakalan nyari sewa lagi di simpang. Bisa-bisa gue dijemur dua kali nanti," Ayna membayangkan dirinya yang nantinya malah kena marah oleh Bu Emi dan dijemur di lapangan hanya karena dia belum siap mengerjakan pekerjaan rumah.
"Itu. Bukan. Urusan. Gue!" Anka menaiki motornya lalu memakai helm full facenya.
"Yaelah, Ka. Gak ada ruginya di lo juga. Lo tinggal ngendarain motor kayak biasa, gue juga cuman duduk aja, kan gak berat-berat amat," Ayna menatap Anka penuh harap, tetapi Anka tetap acuh lalu menghidupkan mesin motornya.
Anka akan mengegas motornya sebelum Ayna menjadi penghalang di jalan. Tetapi seperti yang sudah-sudah, Ayna merentangkan kedua tangannya di depan motor sport Anka. Dari dalam helm, Ayna yakin bahwa Anka sedang menahan kemarahan pada dirinya.
"Lo beneran mau mati gue tabrak? Kalo lo beneran mau mati gak usah di depan motor gue. Gue gak mau motor gue lecet hanya karena lo yang gak berguna," ucap Anka dengan nada pelan namun menusuk.
"Lebih baik gue mati di motor lo daripada mati dibunuh Bu Emi, nyeremin."
Anka menatap Ayna tajam, sedangkan yang ditatap menatap balik. "Udahlah, Ka. Makin lama nanti kita nyampenya. Mending lo kasih nebeng aja, ribet amat hidup lo," Ayna menurunkan kedua tangan yang dia rentangkan. Merasa capek dengan sifat Anka yang terlalu pelit.
Anka menyunggingkan senyum smirknya. "Kalo lo daritadi naik angkot, mungkin lo udah sampe tadi, goblok!"
Anka mengegas kembali motornya, tanpa aba-aba dia meninggalkan Ayna yang termangu memikirkan nasib apa yang akan dia hadapi nantinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/130565760-288-k53737.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy Ayna
Roman pour Adolescents[COMPLETED] "Kalau gue cinta karena obsesi, lo mau apa?" ^^ Aynaya Reskia, cewek sinting yang hanya dilanda rasa jatuh cinta pada seniornya. Segala cara telah ia lakukan agar seniornya itu mau memandangnya walau hanya sedetik. Naas, tak ada hal lai...