Hari ini Ayna ada tugas kelompok lagi, bedanya ini adalah pelajaran biologi yang disuruh membuat herbarium.
Ayna memutar bola matanya malas ketika lagi-lagi ia harus sekelompok dengan Dara, Dara itu tidak pemaksa seperti Nafia, tetapi dia begitu rempong sehingga membuat Ayna mengelus dadanya sabar.
"Ayna! Beneran dong cari tanamannya, jangan yang kayak gini," Dara mengembalikan tanaman menyerupai rumput berbiji yang baru saja Ayna berikan padanya.
"Ihh itu dah bener tau! Gue capek nyarinya, gak liat lo matahari panasnya minta ampun gini."
"Enggak, tanamannya gak boleh yang kayak gini, Ayna. Serius dong. Ini bakal dikumpul setelah istirahat nanti. Jangan main-main dulu," pinta Dara memohon.
"Nggak mau ah. Kalo lo mau ya cari aja sendiri. Gue capek," ucap Ayna sambil duduk di atas lantai koridor.
"Gue kan yang ngebuatnya, Na. Lo gimana sih, nanti keburu Bu Aci marah ntar."
Ayna berdecak. "Berisik lo, gue capek."
Dara mengeluh dalam hati, tanaman yang sudah mereka buat baru lima, dan tanaman yang harus mereka buat itu ada lima lagi, bagaimana bisa Ayna sudah santai-santai tanpa memikirkannya.
"Kalau gitu gue ikutan nyari tanamannya tapi lo bantuin gue buat juga. Gak adil kalau gue yang nyari terus gue juga yang buat," titah Dara tak terbantah, sementara Ayna sudah mencibir di belakangnya.
"Iya-iya. Ribet bat dah hidup lo."
Ayna dan Dara berjalan mengelilingi berbagai tanaman yang ada di SMA Merpati ini, banyak tanaman yang bisa dijadikan herbarium tetapi Dara yang notabenenya adalah orang rempong, ia tidak mau menerima saran Ayna yang menyuruhnya untuk mengambil asal tanaman.
"Ihhhhh panas banget ini, Dar. Gue gak tahan, udahin aja kenapa. Asal ngambel gak bikin kita mati dimakan Bu Aci kan."
Dara mengabaikannya, itu membuat Ayna bertambah kesal. Akhirnya Ayna mengijuti kemauan Dara untuk mencari tanaman lain, hingga sudah beberapa menit mereka berjalan, tidak disadari bahwa mereka suda berada di kawasan kelas dua belas.
"Heh! Anak kelas sebelas gak boleh disini," celetuk salah seorang murid kelas dua belas.
"Heboh banget sih hidup lo. Kek sekolah bapak lo aja, terserah kita dong mau kemana aja. Toh kita juga bayar disini," bantah Ayna langsung tak terima.
"Ih kelas sebelas aja berani banget ngelawan gue."
"Emangnya lo siapa? Tuhan? Enggak kan! Gak usah sok berkuasa, gue sama sekali gak takut."
"Ohh jadi lo berani sama gue?"
Ayna tersenyum smirk. "Yang ada aneh kalo gue takut sama lo."
Dara mengamati mereka, ia menggigit bibir bawahnya cemas. "Eh, eh, Ayna udah. Jangan ngelawan senior. Dosa," Dara menarik tangan Ayna bermaksud pergi. "Sori Kak, temen gue suka gak terkendali emosinya," Dara menarik paksa Ayna yang ingin kembali berontak.
Ketika sudah jauh baru Ayna menghempaska tangan Dara. "Apaansih lo, Dar. Udah jelas-jelas dia yang sok jagoan."
"Walau gitu dia juga tetep senior lo, Na. Harus patuh sama yang lebih tua."
"Ogah!"
Ayna membalas dengan ekspresi yang telah ia jijik-jijikkan.
"Hei!"
Ayna mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara seseorang yang sangat ia kenal.
"Ngapain lo, Na?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy Ayna
Teen Fiction[COMPLETED] "Kalau gue cinta karena obsesi, lo mau apa?" ^^ Aynaya Reskia, cewek sinting yang hanya dilanda rasa jatuh cinta pada seniornya. Segala cara telah ia lakukan agar seniornya itu mau memandangnya walau hanya sedetik. Naas, tak ada hal lai...