37. Panti Asuhan

1.9K 124 3
                                        

Ayna memukul seluruh tubuh Anka, ia bahkan menarik rambut Anka kuat untuk menghilangkan rasa kesalnya.

"Gak ada otak lo emang," Ayna mengerahkan seluruh tenaganya untuk memukul dan menjambak Anka.

"Sakit bego!"

"Siapa suruh lo bilang kalo gue suka sama abang lo," Ayna menghentak-hentakkan kakinya sebal.

"Kan udah gue bilang, makanya jangan bucin," jawab Anka terlalu enteng.

Ayna mengepalkan kedua tangannya, ingin membunuh Anka tetapi mustahil juga rasanya.

"Lo tuh emang," gerakan tangan Ayna terhenti, tidak tahu lagi cara berkata-berkata.

"Dia," Anka menarik tinggi-tinggi kerah baju Ayna. "Suka sama lo."

Ayna melotot tertahan, ia tidak bisa menahan buncahan hati yang ingin meledak saat ini.

"Gue mah udah tau lama," respon Lanfi.

Ayna mematung, tidak sanggup bernafas walau hanya sekali.

Memang teman-teman Refyal semua sudah tau, lagian siapa coba yang tidak tau bahwa seorang Aynaya Reskia tidak menyukai cowok bernama Refyal Alfareza? Satu sekolah bahkan tau kalau cinta Ayna sudah pasti akan ditolak.

Refyal sendiri hanya bisa menatap Ayna dan Anka secara bergantian, ia tidak tau harus merespon apa.

Ayna yang berasa kakinya mulai lemas, memiliki ide untuk berpura-pura pingsan. Aynapun menjatuhkan dirinya ke lantai secara sengaja.

"Eh si Ayna pingsan noh," ucap Lanfi. Tidak usah diberitahu Lanfi juga semua orang tahu.

Anka tersenyum miring, ia sudah tau taktik apa yang digunakan Ayna. Ia menendang pelan tubuh Ayna. "Lo bangun atau gue seret?"

Tidak ada respon, bahkan teman-teman Refyal mengerutkan dahinya bingung.

"Dia pingsan, Ka. Kenapa lo tendang-tendang gitu?" sahut Refyal, ia ingin membantu Ayna tetapi segera ditahan Anka.

"Bangun atau gue seret?" tanya Anka sekali lagi. "Oke kalo itu yang lo mau," Anka menyeret tubuh Ayna dengan sadis. Aynapun refleks bangun dan menahan tangan Anka yang menyeretnya.

Dengan segala kesabaran, Ayna sudah terduduk lemas. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Sedangkan Anka sendiri hanya menatapnya enteng. "Bukannya lo dulu minta bantuan gue buat nyampein perasaan lo."

Ayna mengangkat kepalanya geram. "Gue minta lo buat deketin aja bukan sampe nyatain kek tadi tai, pakek malu-maluin gue segala lagi. Kek gimana coba nanti pemikiran Kak Refyal tentang gue, mampus gue," Ayna menendang-menendang segala benda yang ada di dekatnya.

"Yaudah sih biasa aja, lo juga yang bikin diri lo malu. Ngapain pura-pura pingsan. Alay."

Ayna menggeram marah. Ia bangkit berdiri tepat dihadapan Anka. "Lo tengok ya Anka Alfareza, gue bakal balas dendam ke lo, pasti. Jangan harap lo bakal lepas dari gue. Dengan rasa malu yang gue tahan tadi, gue gak bakal mau maafin lo lagi," Ayna pergi dengan wajah memerahnya. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi, segala perjuangannya selama ini untuk mendapatkan Refyal telah hancur hanya dalam beberapa menit, dan itu hanya karena sahabat masa kecilnya? Kejam!

Ayna bersumpah dalam hati untuk membuat Anka menyesal atas perbuatannya tadi.

"Hati gue sakit," Ayna mulai terisak.

***

"Na!"

"Ayna!"

"Aynaya Reskia!"

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang