23. Rencana Baru

2K 119 3
                                    

"KAMU PIKIR APA GUNANYA KAMU KESINI?" Roy berulang kali menampar Refyal, dari pipi kanan, kiri, kanan, kiri.

"MAU JUMPAIN DIA?" Roy menunjuk ke arah Nayna yang sedang terduduk lemas di lantai. "ATAU DIA?" kali ini Roy menunjuk Anka yang ekspresinya terlihat santai.

Refyal hanya diam. Bukannya tidak sanggup menjawab, Refyal memang tidak mau.

"Ayo pulang!" Roy mendorong kuat punggung Refyal.

Setelah kepergian Roy dan Refyal, ruangan diisi dengan keheningan. Hingga Anka dengan sendirinya menaiki tangga meninggalkan Nayna dan Ayna yang tidak tau harus apa.

Ayna membantu Nayna untuk berdiri. "Tante harus kuat."

"Hiks... Maaf ya, Na. Kamu jadi nonton sinetron live di rumah Tante."

"Nggak apa-apa, Tan. Sekali-sekali nonton sinetron di dunia nyata kan seru juga. Gak cuman di tv aja."

Nayna mengusap hidungnya. "Kalo gitu, kamu boleh pulang."

Ayna merasa Nayna butuh waktu untuk sendiri. "Ya udah deh, udah diusir sama tuan rumah, aku gak bisa apa-apa."

***

"Anka!"

"Gue nebeng ya?"

"Anka!"

"Oi!"

Ayna berjalan mendekati Anka yang mulai menaiki motornya. Tanpa permisi lagi Ayna langsung menaiki jok motor.

Anka berdecak. "Apasih lo?"

"Manusia," jawab Ayna enteng.

Anka menghembuskan nafasnya kesal. Kemudian ia menjalankan motornya dengan kelajuan normal.

"Ka!"

"Hm."

"Soal semalem ke-"

"Gak usah dibahas," Anka memotong ucapan Ayna dengan malas.

"Elah, belum juga gue selese ngomong. Lagian gue kan pengin tau kenapa lo marah ba-"

"Gue bilang jangan dibahas," potong Anka lagi.

Ayna memutar bola matanya malas. "Gue cuma mau bilang, ka-"

Anka memberhentikan motornya di pinggir jalan.

"Loh kok berhenti, sih? Sekolah masih jauh kali, Ka."

"Turun!" titah Anka.

"Ihhhh, gak mau ah gue."

"Jangan sampe lo gue seret."

Ayna menggeleng-gelengkan kepalanya. "Disini gak ada angkot, Ka. Lo mau bunuh gue karna harus jalan lima ratus meter?"

Anka mengolengkan motornya, agar Ayna bisa terjatuh.

"Ampun Ka, suer. Janji gue gak bakal nanya-nanya lagi," Ayna memeluk pinggang Anka agar tidak ikut oleng.

Anka memposisikan motornya ke posisi semula, lalu mulai menjalankan motornya kembali. Di belakang, Ayna terus mengumpati Anka.

Sesampainya di parkiran, Ayna turun dari motor, diikuti Anka.

"Ka!"

"Apasih?"

Ayna nampak berpikir. "Gue mulai berpikir kalo lo punya gangguan jiwa."

Anka menatap tajam Ayna. "Diem lo!"

"Eh tapi gue serius loh. Semalem perasaan Kak Refyal kagak ada mancing amarah lo dah. Malah dia bilang kalo dia pengin jumpa adek kesayangan dia, ya itu lo lah pasti. Tapi lo malah langsung main adu jotos aja ke mukaknya yang tampan itu."

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang