PART 26 - BEGGING

3.5K 602 68
                                        

“EYAANGGG!!!”

(Namakamu) langsung berlari ke arah pintu depan begitu mendengar suara mesin mobil. Itu pasti Eyang. Karena sewaktu pergi ke Bandung untuk menemui Om Adi, yang dia tahu, Eyangnya pergi bersama Pak Iman menggunakan mobil. (Namakamu) tidak bisa menyangkal kalau dirinya merindukan Eyang. Meski baru ditinggal dua hari, tapi rasanya seperti lama sekali. Makannya (Namakamu) tidak bisa menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan seperti ini

Nduk? Udah pulang to?”

Langsung saja (Namakamu) memegang lengan Eyang dan menuntunnya masuk ke dalam. Sementara di belakang sana, Bi Imas sedang sibuk mengeluarkan barang-barang dari dalam mobil yang sepertinya adalah pakaian milik Eyang untuk menginap selama di Bandung.

“Iya, Eyang. Tadi pagi Iqbaal nganter aku kesini. Sengaja, biar pas Eyang pulang, aku udah di rumah.” Ujarnya lalu membantu Eyang duduk di sofa ruang tengah. “Eyang nggak tiduran di kamar aja? Pasti capek.”

“Ah enggak. Eyang mau disini aja. Kamu temenin Eyang ngobrol sebentar ya?” Seraya menepuk sisi kosong di sebelahnya.

(Namakamu) tampak berpikir sebelum mendudukan dirinya disana. “Eyang mau sesuatu nggak? Biar aku bikinin dulu.”

Eyang hanya menggelengkan kepala. “Eyang nggak butuh apa-apa, nduk. Sini, duduk. Temenin Eyang.”

Kalau sudah begini, (Namakamu) tidak bisa menolak. Lantas mendudukan diri tepat di sebelah Eyang dan melempar tatapan penuh kerinduan di matanya. “Bandung gimana, Eyang? Seru pasti ya nginep di rumah Om Adi. Terakhir aku kesana Shania masih kecil. Masih TK kali ya, Eyang? Sekarang udah gede pasti.” Tanyanya membuka obrolan.

“Masih gitu-gitu aja, nduk. Udah mirip Jakarta malah. Maceet.” Kata Eyang mulai bercerita.

“Terus Shania, Eyang?” (Namakamu) menunggu bagian Eyangnya bercerita tentang Shania. Sepupunya yang sudah lama tidak bertemu. Terakhir (Namakamu) berkunjung kesana, Shania masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Maklum saja. (Namakamu) sendiri masih SMP saat itu.

“Uh, udah gede dia, nduk. SD apa ya? Kalo nggak kelas 3 ya kelas 4. Eyang lupa. Tapi Shania nanyain kamu terus. Katanya, pengen ketemu Teh Sava yang suka beliin coklat di warung Bi Ira.” Tuturnya seraya menirukan apa yang Shania ucapkan padanya beberapa hari yang lalu.

Tentu saja, (Namakamu) begitu antusias mendengarnya. “Wah serius, Eyang? Harusnya pas Eyang disana ajak aku vidcall. Jadi pengen ketemu sama Shania. Lucu banget sekarang pasti.”

“Terus, kamu gimana sama Iqbaal? Baik-baik aja ’kan?” Tanya Eyang. Sudah berganti topik baru. Lalu dengan gerakan pelan, Eyang memundurkan punggungnya. Berusaha menyentuh sandaran sofa dan bersandar disana.

Dengan senyum malu, (Namakamu) tertunduk seraya menyampirkan anak rambut ke belakang telinga. “Baik kok, Eyang.”

“Kamu kemarin beneran nginep di rumah Iqbaal? Eyang sempet bingung waktu baca sms kamu. Tumben.” Katanya heran.

“Iqbaal yang minta sih, Eyang. Katanya daripada aku sendirian disini, mending aku nginep di rumahnya, sekalian nemenin Bunda Rike. Lagian, kemarin Iqbaal juga pergi ke Bandung buat ikut lomba Karate.” (Namakamu) menatap Eyang. “Dan alhamdulillahnya, dia menang, Eyang. Dapet juara satu.”

“Juara satu?” Eyang tidak percaya. “Memang anaknya Rike itu hebat-hebat semua, nduk. Iqbaalmu apalagi. Makannya Eyang nggak takut buat titipin kamu sama dia.” Ucapan Eyang kali ini entah kenapa justru membuat pipi (Namakamu) bersemu. Kelihatan sekali kalau dirinya benar-benar sedang jatuh cinta pada tunangannya itu.

“Kamu, nggak benci sama Eyang ’kan karena pertunangan kalian?” Tanyanya lagi. Memastikan.

Bersama sebuah senyuman, (Namakamu) menggelengkan kepala pelan. “Enggak, Eyang. Aku nggak benci kok sama Eyang. Justru aku harusnya makasih sama Eyang. Karena udah kenalin aku sama laki-laki sebaik Iqbaal. Laki-laki yang akhirnya bikin aku percaya kalo nggak semua yang namanya laki-laki bikin sakit hati.” Lalu jeda sejenak. Bola matanya berlari menatap langit-langit seolah ingin membayangkan wajah Iqbaal di pikirannya untuk melanjutkan kata-katanya.

Love, IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang