"Semenjak kau ada disini ku mengerti. Betapa ku membutuhkanmu..."
~Bicara - The Overtunes~
oOo
Hari ini adalah saatnya.
Semua peserta yang akan tampil, berkumpul di back stage supaya panitia lomba lebih mudah untuk memberitahu kapan mereka harus naik ke panggung.
Suara alat musik yang terhubung pada speaker menggema keras hingga ke belakang panggung. Suara riuh penonton yang memberi semangat dan bertepuk tangan terdengar begitu meriah. Sambil menunggu, Evan memukul-mukulkan telapak tangannya pada cajon. Meski tadi sudah sempat latihan, tidak dapat dipungkiri bahwa Evan merasa gugup. Ergan pasti merasakan hal yang sama. Berbeda dengan Tristan yang tampak enjoy-enjoy saja menunggu saat-saat mereka akan tampil dengan gitar yang menggantung di punggungnya.
Sementara kedua vokalis, (Namakamu) dan Iqbaal kelihatan sibuk dengan diri masing-masing. Terlebih (Namakamu), yang sejak tadi kerjaannya hanya memotret wajah tegang Evan dan Ergan melalui kamera polaroid yang sengaja ia bawa dari rumah. Lucu saja melihat wajah dua teman laki-lakinya itu. (Namakamu) bahkan sampai tertawa saat Evan maupun Ergan tampak pasrah di potret oleh (Namakamu) tanpa izin meski sudah melakukan perlawanan yang tidak berarti.
“Asal lo nggak sebarin ke anak-anak kelas aja, nggak papa gue, (Nam..).” Ujar Evan dengan lemas. Menatap (Namakamu) yang masih betah melihat hasil jepretannya sendiri. Lebih tepatnya menertawakan ekspresi wajah Evan.
“Gue simpen ini buat di rumah kok. Tenang aja.” Kata (Namakamu) lalu memasukan kertas foto hasil jepretannya itu pada tas kecil yang tersampir di bahunya.
Puas mejahili Ergan dan Evan, kali ini (Namakamu) beralih pada Iqbaal yang sedang sibuk membenarkan pakaiannya sendiri. (Namakamu) sengaja tidak mengarahkan kameranya pada Tristan. Laki-laki itu ternyata memiliki kenarsisan tingkat dewa. Mungkin Tristan sudah menghabiskan setengah dari total kertas foto polaroid yang ia bawa. (Namakamu) kapok menjadikan laki-laki itu sebagai objek foto. Padahal (Namakamu) masih ingin mengabadikan momen lebih banyak. Semoga saja ia menyelipkan beberapa kertas foto di dompetnya, seperti yang biasa ia lakukan.
“Baal, liat sini dong!” (Namakamu) mengarahkan lensa kamera pada Iqbaal yang saat ini menoleh ke arahnya.
Blitz pun seketika menyala. Suara kertas foto yang dicetak terdengar setelahnya. (Namakamu) meraih kertas foto lalu mengibas-kibaskannya sampai menampilkan hasil jepretannya barusan. Butuh waktu lama untuk melihat hasilnya. Dengan sabar (Namakamu) menunggu lalu melirik Iqbaal yang datang menghampiri untuk melihat foto dirinya sendiri.
“Liat dong!” Katanya.
“Sebentar,” (Namakamu) mengibaskan kertas foto sekali lagi. “Udah nih. Bagus nggak?”
Iqbaal mengambil kertas foto dari tangan (Namakamu). Laki-laki itu melihat foto dirinya dengan seksama. Lantas tersenyum seraya melirik (Namakamu) di sebelahnya. “Bagus kok. Boleh nggak gue simpen?” Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Iqbaal
Fiksi Penggemar"I'm sorry, but you don't need to be chatty to get my attention. I love the way you being quiet, the way you smile, the way you care behind me..."