Hari Minggu adalah hari berdiam diri di rumah. (Namakamu) sama sekali tidak melakukan apapun di hari minggu selain mendengarkan lagu, membaca buku sambil menikmati cemilan di halaman belakang rumah. Jadwal kelas 12 yang semakin sibuk, membuat (Namakamu) tak banyak melakukan apapun. Jika dulu (Namakamu) bisa menikmati hari libur sambil bermain, hang out bersama teman sampai sore, untuk sementara, semua itu tidak akan terjadi. Belajar dan belajar. Hanya itu yang ada di pikirannya saat ini.
Sejak pukul 7 tadi, (Namakamu) sudah stand by di atas ayunan yang menjadi favoritnya untuk bermalas-malasan. Ayunan yang berbentuk sofa berbahan dasar rotan itu, bergerak pelan seiring tubuh (Namakamu) yang berguncang saat tak sengaja membaca sesuatu yang lucu dari buku yang dibacanya. Dengan tawa yang masih terdengar, perempuan itu meneruskan aktivitas membacanya sampai ayunan yang didudukinya ini bergerak ke belakang. Hampir membuatnya jatuh terjengkang.
"Ya Allah!" (Namakamu) yang terkejut, sigap duduk tegak saat merasa tubuhnya akan jatuh akibat gerakan seseorang di sebelahnya. Lalu melepas earphone di kedua telinga untuk melihat siapa si pelaku. "Kebiasaan kalo dateng nggak pernah bilang-bilang. Kaget tau!"
Yang dimarahi justru tertawa lalu menyandarkan punggungnya pada sofa hingga membuat tubuh keduanya kembali terayun. "Makannya, jangan disumbat telinganya. Nggak denger 'kan pacarnya dateng ke rumah?"
(Namakamu) balas menggedikan bahu. Sinis. "Terserah!"
"Malah marah." Iqbaal tertawa. "Baca apa?"
"Baca tutorial ngilangin sikap rese pacar yang bikin kesel!"
Balasan ketus dari (Namakamu) mendapat kekehan lagi dari Iqbaal. Lagaknya yang kembali menyibukan diri dengan buku bacaan di tangan, entah kenapa menarik sisi jahil dalam diri Iqbaal untuk mengganggu (Namakamu). Menganggu dalam artian sebatas menusuk-nusuk pipinya dengan telunjuk, mencubit hidungnya atau menarik tangan (Namakamu) agar mendekat padanya. Yang tentu saja selalu mendapat penolakan dan geraman kesal dari empunya.
"Yaudah maaf kalo rese. Nanti juga kalo kangen nangis-nangis." Iqbaal tersenyum.
Ditariknya pelan tubuh (Namakamu) mendekat padanya. Merasa tidak ada penolakan, Iqbaal merangkul bahu (Namakamu) dengan satu tangan dan tangan lainnya meraih handphone (Namakamu) yang masih terpasang earphone dan musik yang terus berputar.
"Lagi seneng the 1975 nggak bohong ya ternyata," Ujarnya begitu melihat lagu berjudul sincerity is scary sedang berputar di layar. "Gara-gara aku nyanyiin kemarin apa gimana nih?"
(Namakamu) sontak mengambil paksa handphone miliknya di tangan Iqbaal tanpa menjauhkan tubuhnya yang sudah bersandar sepenuhnya pada tubuh Iqbaal. "Suka-suka lah!" Jawabnya tengil.
Iqbaal membiarkan (Namakamu) semakin bersandar padanya setelah memberikan usapan ringan di puncak kepalanya. Memperhatikan (Namakamu) yang kini malah sibuk memainkan handphone. Jarinya bergerak ke atas dan ke bawah untuk memilih lagu yang hendak didengarkan melalui earphone yang sudah terpasang di kedua telinga. Sampai kemudian (Namakamu) melepas satu earphone di telinga lalu menyerahkannya pada Iqbaal.
"Kamu dengerin ini deh."
Tanpa banyak bicara, Iqbaal mengambil sebelah earphone dari tangan (Namakamu) lalu memasangnya di telinga kiri. Suara piano terdengar setelahnya. Iqbaal terdiam mencoba mengenali lagu yang mengalun di telinga. Begitu mendengar suara sang penyanyi, barulah Iqbaal menyadari kalau lagu yang sedang (Namakamu) minta untuk dia dengarkan ini bukanlah lagu barat.
"Dari kapan kamu seneng korea?" Tanya Iqbaal heran.
"Dari dulu juga udah suka. Cuma enggak yang fanatik. Biasa-biasa aja," Balas (Namakamu) sambil memiringkan tubuhnya dan menengadahkan kepala agar mampu menatap wajah Iqbaal yang sedang berkerung bingung. "Enak nggak lagunya? Favorit aku nih buat pengantar tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Iqbaal
Fanfic"I'm sorry, but you don't need to be chatty to get my attention. I love the way you being quiet, the way you smile, the way you care behind me..."