A/N :
Anyway sorry yashh kalo gue menghilang lama beberapa bulan ke belakang hehe
sebenernya part ini udh ada di draft long time ago tapi baru hari ini sempet di publish, gapapa ya? MPH gatau mau ngetik kapan, sibuk bgt gueeee yalord di smt 3
oiya doain juga ye hari ini gue uts hukum pidana, semoga soalnya bisa gue jawab semua terus ntar nilai gue dapet A, aaaaminnnnn
hepi reading~
***
Iqbaal merasa akhir-akhir ini ia menjadi orang yang paling sibuk di sekolah. Pemilihan ketua OSIS akan belangsung sebentar lagi. Iqbaal yang saat ini masih menjabat sebagai ketua OSIS, ikut mengambil andil dalam mensukseskan pemilihan ketua OSIS tahun ini. Dari mulai perekrutan calon ketua OSIS, menyeleksi siapa-siapa saja bakal calon tetapnya, dan mengontrol kampanye setiap calon ketua sampai hari-H nanti saat hari pemilihan itu tiba. Tentu saja.
Selain dari Iqbaal akan menyerah-terimakan jabatannya ini pada kandidat terpilih yang baru, Iqbaal juga harus memastikan bahwa ketua OSIS selanjutnya mampu mengemban amanah dan membawa sekolahnya ini ke arah yang lebih baik. Iqbaal tidak mau mengecewakan satu sekolah dengan ketidakmampuannya mencari pengganti yang terbaik. Meski Iqbaal merasa selama menjadi ketua OSIS setahun belakangan belum melakukan yang terbaik, setidaknya Iqbaal mampu memberikan kesan yang bagus di benak masing-masing temannya. Itu sudah lebih dari cukup. Termasuk dikenal oleh hampir setiap guru di sekolah adalah bonus baginya.
"Baal!" Fika menyentak pikiran Iqbaal yang sedang melayang-layang di udara. Laki-laki itu bahkan tidak menyadari kehadiran Fika yang berdiri di depan pintu kelas. "Darimana?"
"Oh, itu...habis dari ruang OSIS." Jawab Iqbaal sedikit lesu. "Kenapa?"
"Tadi ada anak OSIS juga yang nyariin lo kesini."
Sejenak Iqbaal terbengong mendengar penuturan Fika.
"Siapa namanya?" Lalu menghela napas panjang.
"Siapa ya? Dia sempet nyebutin namanya tadi. Cowok sih. Hilman kalo nggak salah." Jelas Fika. Yang hanya di balas angguk-anggukan pelan oleh Iqbaal.
"Lo capek banget ya, Baal, kayanya hari ini?" Fika menunjuk wajah lelah Iqbaal dengan telunjuknya. Kelihatan begitu kusut seperti orang-orang yang kena sindrom tanggal tua.
"Ya gitu deh, Fik." Iqbaal mengusap wajahnya lamat-lamat dengan tangan kiri. Benar-benar hari Senin yang melelahkan. Bahkan saking sibuknya, Iqbaal sampai tidak tahu apakah jam istirahat sudah berakhir atau belum. Makannya setelah urusannya di ruang OSIS selesai, Iqbaal memutuskan untuk langsung kembali ke kelas kalau-kalau ini sudah masuk jam pelajaran atau guru pengampu mata pelajaran sudah masuk kelas.
Fika mematap iba teman laki-laki yang juga teman SMP-nya itu. Berat memang menjadi ketua OSIS. Mau bagaimana lagi? Ikut membantu pun, Fika tidak yakin akan bisa. Tapi kemudian tatapan itu menghilang seiring perhatiannya yang teralihkan pada benda berkilau yang melingkar di jari manis Iqbaal.
"Eh eh! Apaan nih?" Tanpa tedeng aling, Fika menarik tangan Iqbaal dan membawanya ke hadapan. "Cincin? Lo pake cincin, Baal?" Tanya Fika terkejut. Ia bahkan baru tahu kalau Iqbaal memakai cincin. Sebelum-sebelumnya Iqbaal tidak pernah pakai apapun di tangannya, termasuk cincin. Atau mungkin hanya dirinya saja yang tidak menyadari hal tersebut?
"Eh!" Iqbaal langsung menarik tangannya menjauh. Lalu ia sembunyikan di balik badan. Mampus!
Tingkahnya yang aneh itu tentu saja dilihat oleh Fika. Yang kini melipat tangannya di dada dengan mata memincing ke arahnya. "Kalo gue liat-liat sih, itu bukan cincin biasa ya?" Tebak Fika dengan gelagat sok detektifnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Iqbaal
Fanfiction"I'm sorry, but you don't need to be chatty to get my attention. I love the way you being quiet, the way you smile, the way you care behind me..."