UNTITLED, 2017
Teaser
•
•
•Suatu hal yang mengajariku tentang bagaimana cara memberi kasih pada seseorang, menjauhkanku dari keterpurukan yang sebenarnya tidak perlu ku lakukan.
"Mungkin lebih mudah mati, daripada menerima maafmu. Ku tau ini hal buruk, tapi jika ku teruskan pasti luka terus menjadi Bio dalam hidupku"
Seorang gadis tengah duduk di depan api yang tengah berkobar. Penglihatannya menjadi begitu pekat saat nyala api mulai menyorot mata sendunya. Cairan yang masih menjamahi mata juga pipinya belum kunjung kering. Kobaran api itu semakin menjadi, saat tangan mungilnya mulai memasukkan beberapa lembar kertas berisi foto seseorang ke dalam api. Tangannya yang terus bergetar, matanya yang memerah mulai mengeluarkan derasnya air mata.
"Cukup Dara! Kamu gak harus ngelakuin ini semua,"ucap wanita paruh baya berusaha merangkul lengannya. Mencoba menghentikan apa yang gadis bernama Dara itu lakukan.
Dengan tatapan kosong, gadis bernama Sandara itu terus memasukkan sebuah foto ke dalam api. Dengan air yang terus mengalir di matanya, flu tiba-tiba menyerangnya. Ia terisak begitu dalam. Wajahnya memerah karena sedari tadi menangis sambil membakar lembaran foto.
"Kenapa bahagia itu di awal? Kenapa selalu luka yang berada di akhir?" Ia membatin dengan sesak.
Saking sesaknya, hatinya sampai tak bisa percaya dengan siapapun lagi detik itu.
••
"Pagi telah datang. Anggap saja haru itu adalah masa lalu. Dan sekarang kehidupan baru telah datang, walaupun sepotong luka telah menggores lubuk. Tidak! Sebenarnya bukan sepotong, harusnya itu hampir seluruh lubuk tersenggol luka. Perkataan demi perkataan yang pernah di lontarkan, membuatku ingin memuntahkan kembali dan menarik kembali semua perkataan yang pernah mulutku lontarkan padanya. Untuk apa dia hadir dalam kehidupanku? Kalau hanya untuk menaruh luka yang tidak pantas ku dapat. Aku berhak bahagia, tapi mungkin bukan dengan orang sepertimu."
Gadis itu telah terbangun dari tidurnya. Tanpa sadar, meja adalah kasurnya selama semalaman penuh. Dilihatnya jam perlahan. Gadis berambut panjang itu segera bergegas merapihkan dirinya.
"Dara mau pergi dulu bu." Setelah menyalami sang ibu, ia lantas bergegas pergi.
Sandara Elena. Gadis berusia 20 tahun yang tengah menjalani kuliahnya di Universitas Warnabaru. Dia hanyalah gadis biasa yang bisa tersenyum, tertawa dan melakukan hal lainnya. Kehidupannya sangat nyaman, damai, dan tentram. Tidak pernah mengalami suatu masa yang buruk selama hidup di bumi ini. Namun, suatu ketika, hal buruk menerpanya. Dan membuat runtuh kehidupan mentalnya. Kehilangan sebuah alasan yang membuatnya tersenyum, tertawa juga bahagia. Kehilangan hal yang bisa membuat warna dalam kertas putih miliknya dan memberi sebuah cerita dalam skenarionya. Luka? Sepertinya ini memang bukan luka. Hanya saja, suatu hal yang membuat kenangan menjadi kenyataan. Membuat selembar foto menjadi kenangan. Luka yang begitu cepat tercipta karena kenangan itu pergi tiba-tiba.
Dear Me
"Dia bilang dia mencintaiku ... apa karena kasihan? Apa karena sebuah luka yang ada pada diriku membuatnya begitu miris melihatku? Kenapa kamu bilang menyayangiku, apa semuanya hanya sebatas sikap kemanusiaan? Kau tau, satu kata dari mulutmu meruntuhkanku. Kalian bertanya apa aku rela? Tentu tidak, karena hatiku sebelumnya pernah mencintainya tapi dia mencintai seseorang yang lain sejak lama. Lalu ... apa semua perhatian ini? Apa semua omongan manis yang kau lontarkan padaku?"
Bandung, 2017
Present
Untitled, 2017Cerita baru, tolong koreksinya geng.
Jangan lupa vote + commentMaafkan jika Receh.
15+
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED, 2017
Teen FictionPutusnya hubungan yang ia jalin bersama laki-laki yang dicintainya, memutuskan Sandara untuk tidak jatuh cinta lagi pada siapapun. Ucapannya yang gegabah, justru mendatangkan karma tersendiri baginya. Kira-kira, karma seperti apa yang ia dapat? "Apa...