Vote sebelum baca :)
- 2019 -
Cuaca cerah kota Bandung melapisi hari kebahagiaan kedua insan yang memang tengah berbahagia. Memakai toga besama sang istri merupakan hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Afta. Di usianya yang memang belum terlalu matang, ia sudah bisa menjaga Sandara dengan baik dan mampu menghapus luka yang Gevan tinggalkan pada istrinya. Setelah kejadian tersebut, bukan waktu yang cepat untuk Afta bisa menjadikan Dara sebagai seorang istri. Dara terpuruk berbulan-bulan dan perjuangan Afta sungguh tak kenal waktu dengan cintanya yang begitu kuat untuk Dara.
Mereka telah siap meluncur ke kampur Warnabaru. Segala macam seni yang mereka pelajari telah membawa mereka untuk bisa bertemu di dunia nyata ini. Akhirnya saat seperti itu tiba. Dara tersenyum tak henti saat Afta menaiki anak tangga kecil untuk naik atas panggung wisuda, mengambil ijazah strata 1 yang sekarang miliknya. Mereka bergilir mendapatkan itu.
Acara telah selesai, Afta menghampiri istrinya itu. Kening yang sedikit lebar milik Dara mendapat satu kecupan dari sang suami.
"Wisuda sama-sama." Afta melirik Dara tanpa meninggalkan senyum.
"Wisuda sama-sama." Dara menimpali dengan senyum merekahnya.
Mereka pulang ke kediaman yang baru beberapa bulan mereka tempati. Afta segera merebahkan badannya pada sofa. Tak selang beberapa menit mereka sampai di rumah, bel pintu rumah berbunyi begitu nyaring membuat Dara segera menoleh pada Afta kebingungan. Afta membuka pintu, matanya melebar kala mendapati Yumi, Mark, termasuk juga Bayu ada dihadapannya.
"Hai, ayo party BBQ?" Yumi mengangkat goodie bag belanjaannya.
Sebuah party BBQ kecil mereka lakukan. Terlihat senyum memancar dari Dara saat Yumi datang."Kenapa harus ada si Bayu sih?" batin Afta jengkel dengan terus melirik orang yang membuatnya jengkel akhir-akhir ini.
"Cemburu!" Ucapan Mark datar yang tiba-tiba duduk di samping Afta.
"Apa-apaan lo?"
"Lo gak suka ada Bayu kan?"
"Gue gak bilang apa-apa."
"Tapi yang gue liat sebaliknya."
Perkataan Mark mampu membungkam Afta."Dara, sini biar gue yang angkat, itu panas." Bayu ikut serta membantu Dara.
"Makasih Bay."
Beberapa menit berlalu, setelah jamuan BBQ yang mereka lakukan, Afta terlihat murung di sofa.
"Ada apa?" Dara duduk di sampingnya.
"Aku ngerasa gak enak."
"Gak enak kenapa?"
"Aku gak tau."
"Karena Bayu?"
"Itu termasuk, tapi rasanya beda. Dara, aku udah lama gak ke pusara Gevan. Ayo kita ke sana?" Mata Dara melebar mendengar perkataan Afta yang tiba-tiba itu. Mereka memang biasa menyempatkan setiap bulan ke pusara Gevan dan Ayah Dara. Itu mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi mereka setelah masuk ke dunia pernikahan. Kenangan yang Ayah Dara maupun Gevan tinggalkan, sangat berbekas pada hidup Dara selama ini. Walaupun mereka telah tiada, Dara selalu ingin membuat mereka bahagia di atas sana dengan caranya untuk menebus semua kebahagiaan yang mereka ciptakan untuk Dara sendiri.
"Tapi, bukannya baru 2 minggu yang lalu kita ke sana?"
"Ada hal yang mau aku bicarain sama Gevan," ucap Afta senyum, ia merasa merindukan sahabat yang rela pergi meninggalkan cinta untuknya.
Mereka sampai di pusara Gevan, terlihat memang bunga yang mulai layu dari 2 minggu lalu. Dara memasang wajah sendunya, setiap kali menatap nama Gevan, ia selalu menangis.
"Van, gue udah wisuda bareng Dara. Mungkin kalau lo masih ada sekarang di sini pun, kita bakal wisuda sama-sama. Van, kenapa rasanya gue kangen banget ya sama lo. Atau mungkin kangennya Dara sekarang mengalir ke gue?" Afta bergumam dengan terkekeh.
Dara menunggu di depan tempat pemakaman umum. Ia memang hanya bisa berdiri sebentar di sana, jika berlama sedikit, air matanya pasti takkan henti mengalir deras.
"Dara!"
"Kamu udah selesai?" Dara menghapus air matanya.
Di dalam mobil mereka terdiam.
"Aku kangen Bagus." Lagi-lagi ucapan Afta tak biasanya. Padahal, baru kemarin wisuda ia bertemu adik gemasnya itu sekarang ia berkata rindu pada sang adik.
"Afta, kamu merindukan semua orang, apa kamu gak rindu sama aku?"
Afta terkekeh.
"Buat apa aku rindu? Orangnya udah ada di bola mata aku setiap hari." Rayuan Afta membuat Dara blushing. Walaupun sudah tinggal di satu rumah, ia selalu berujung malu jika Afta yang merayunya. Wajahnya memerah membuat Afta selalu gemas untuk bisa mencubiti kedua pipi kenyal milik Dara.
Setelah mereka menemui adik kesayangan Afta, mereka pulang dengan membawa lelah. Afta terduduk di sofa, sementara Dara mulai pergi ke dapur untuk memberikan segelas minuman segar untuk suaminya itu.
"Dar?"
"Ada apa?" Dara datang lantas terduduk di samping suaminya dengan jus yang baru saja ia taruh di meja.
"Selama ini kita sama-sama sibuk, kamu mau persiapan buat ikut kompetisi lukis di Jogja. Haruskah kamu pergi Dar? Ah sial, aku gak bisa nemenin kamu, karena gedung pameran aku mau kedatangan seniman asal Australia." Afta menggerutu kesal membuat Dara menatapnya senyum.
"Afta, aku ke sana cuma 2 hari. Itu pun sama pembimbing dari kampus, aku gak sama Bayu kok."
"Tapi tetep aja, aku pasti bakalan kesepian. Bisa kamu batalin itu?" Afta memohon dengan puppy eyesnya.
"Afta ......"
"Oke, aku nyerah."
Dengan wajah murung, Afta mulai tersenyum setelah terdiam beberapa detik.
"Ayo kita honeymoon!" Ucapan Afta membuat Dara yang tengah minum menyemburkan air dari mulutnya.
"Honeymoon?"
"Iya, sejak awal pernikahan, kita belum honeymoon. Ayo kita ke Korea!"
"Afta, Korea bukan negara yang dekat. Aku masih butuh waktu latihan buat kompetisi nanti. Lebih dari itu, kamu orang yang gak bisa buat ninggalin Bagus pergi jauh kan?"
"Tapi Bagus kan ada Mama. Kita harus terbang besok. Hari ini kamu gak boleh nolak, karena aku udah relain kamu buat pergi ke Jogja." Afta melangkah pergi ke kamarnya.
"Dia emang selalu bikin jengkel. Tapi sikapnya benar-benar bikin gue merasa hangat," batin Dara. Ia menatap senyum Afta dengan senang.
Vote + Coment Geis❤
Terima Kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED, 2017
Teen FictionPutusnya hubungan yang ia jalin bersama laki-laki yang dicintainya, memutuskan Sandara untuk tidak jatuh cinta lagi pada siapapun. Ucapannya yang gegabah, justru mendatangkan karma tersendiri baginya. Kira-kira, karma seperti apa yang ia dapat? "Apa...