39. Honeymoon

740 30 0
                                    

Vote sebelum baca!

Pagi menjelang, mereka terlihat menarik sebuah koper bawaannya menuju bandara. Setelah izin untuk pergi dengan kedua ibundanya, mereka lantas tancap gas ke Bandara. Perjalanan mereka lalui begitu menyenangkan, walaupun Afta sempat mual karena ia memakan sepiring besar nasi goreng sebelum kepergiannya ke Korea yang digadang-gadang adalah liburan honeymoon mereka.

"Aduh, aku mual Dar."

"Lagian kamu, sarapan udah kayak gak makan satu tahun."

"Nasi goreng bikinan kamu kan enak."

"Tapi pakai porsi kek kalau makan."

Mereka tiba di Incheon Airport. Afta segera memesan taksi untuk mengantarkannya ke sebuah hotel.

"Korea lagi musim dingin Dar, kamu pakai baju lebih tebal nanti." Dara tersenyum sipu mendapat perhatian dari Afta. Sungguh beruntungnya Dara setelah melewati banyak luka. Sekarang, yang ia dapat hanya sebuah kebahagiaan bersama Afta. Laki-laki yang mengikat janji suci padanya, dituangkannya ke dalam sebuah akad sah hingga hanya takdir Tuhan yang akan memisahkan mereka. Dara bukanlah Sandara penuh luka lagi. Tapi Sandara yang memiliki sebuah judul baru dalam hidupnya bernama Afta. Kebahagiaan luar biasa yang Dara dapatkan di dunia.

Sampai mereka di sebuah hotel.
Dara lantas merapihkan barang-barangnya sebelum ia dan Afta berkeliling Seoul sejenak.

"Dar ...."

Afta terduduk di atas kasur hotel berwarna putih. Hotel itu memberi kehangatan bagi mereka disaat suhu udara kota Seoul terasa mendinginkan rusuk. Disaat itu juga, Afta mulai menekan keseriusan dalam pembicaraannya dengan Dara.

"Iya?" Dara menimpali datar. Ia masih sibuk merapihkan barang-barang bawaan mereka.

"Kalau nanti kamu pergi ke Jogja, aku gak bisa makan nasi goreng lagi." Afta mengerucutkan mulutnya dengan kepala yang sedikit ia tundukan. Hal itu membuat Dara sendiri malah terheran, karena diawal raut wajah Afta mencirikan keseriusan sangat mendalam. Tapi akhirnya, ia jatuh kekanakan.

"Aku kan bisa buatin kamu di lain waktu Afta, kamu kekanakan banget akhir-akhir ini. Aneh tau gak." Dara terkekeh tipis, menertawai perlahan suaminya itu.

"Tapi, aku seneng kalau malam ini bisa sepuasnya berdua sama kamu. Tanpa ada suara klakson mobil di jalan, tanpa ada suara Bagus ngigau kalau nginep, tanpa ada juga suara ketokan tukang sate yang lewat depan rumah." Afta tersenyum merekah seraya memeluk istrinya gemas.

"Heh, suara ketokan tukang sate itu lebih indah dari suara kamu ngorok tau!" Dara terkekeh.

"Tapi kamu suka kan?" Lagi-lagi Afta membuat Dara blushing, ia begitu gemas melihat Dara yang setiap kali selalu merasa malu ketika digoda olehnya.

Afta mulai menatap Dara dengan begitu serius. Wajahnya kemerah-merahan layaknya udang. Telinganya memerah bagaikan kepiting rebus. Dara kebingungan dengan sikap Afta yang tentunya sering terjadi di malam hari, ketika mereka sama-sama tersipu malu, menyangjung satu sama lain ataupun tanpa sadar mereka bercanda bersama, setelah itu Afta akan merasa aneh sendiri.

"Dar?" Lirihannya begitu seduktif di telinga Dara membuatnya menelan saliva kecanggungan.

"A ... apa?"

"Let's do it!" Afta menggendong Dara ke sebuah ruangan yang memang sudah dipesan untuk kenyamanan mereka berdua yang berniat untuk pergi ke Seoul. Malam itu, Seoul bagaikan kado terindah untuk Dara. Ia melihat Afta serasa ada di dalam bola matanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UNTITLED, 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang