15. Rapuh

815 49 0
                                    

Gevan tengah melamun dengan memegangi sebuah kalung di tangannya. Afta datang dengan suara lantang membuat Gevan terkejut.

"Wow wow, ciye mau ngelamar cewek pake kalung nih? Pasti Sifa kan?" tanya Afta dengan kedua alis diangkat beberapa kali.

"Bukan. Kalung ini, sempat ingin gue kasih ke seseorang sebelum gue tau kenyataan hidup gue. Tapi gue gak pernah kasih ini sampe sekarang."

"Kenapa? Apa ada orang lain sebelum Sifa?" tanya Afta membuat Gevan mulai gugup. Tanpa jawaban, Gevan lantas meninggalkan Afta pergi.

"Gue ada kelas."

Afta berjalan melewati koridor. Senyum sumringah terlihat pada dirinya kala niatnya pergi ke kelas Dara.

"Yumi," panggil Afta.

"Afta? Ngapain lo ada di sini? Ekhemm, gue tau nih niat lo."

Afta yang berdiri di depannya malah terdiam blushing, wajah bersihnya mulai memerah.

"Dara mana?"

"Heemm sayangnya, Dara hari ini gak masuk."

"Apa? Kenapa?"

"Dia izin ada urusan keluarga."

"Gue boleh minta alamat rumah Dara gak?"

"Buat apa? Dara orang yang susah diajak bicara. Tapi karena orangnya itu lo, gue kirim lewat LINE, cek aja ya, gue cabut dulu."

Setelah mendapat alamat rumah Dara, Afta lantas tancap gas mencari alamat itu. Terlihat rumah dengan desain eropa sederhana depan matanya. Ia lantas turun dan melangkah menuju depan pintu rumah. Ditekan bel oleh Afta sebanyak dua kali hingga seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuknya.

"Kamu siapa ya?" tanya Bu Dian menatap bingung Afta. Tak pernah ada laki-laki yang bertamu sebelumnya setelah Dara memilih untuk menjadi jomblo. Hal itu tentunya mencuat rasa penasaran Bu Dian.

"Apa di sini rumahnya Sandara?"

"Iya betul. Kamu siapa ya?"

"Saya temannya Dara. Saya ke sini mau bawa Dara buat tugas kampus. Ada hal yang perlu saya bicarakan tentang tugas sama Dara bu. Kira-kira, apa Sandaranya ada?" Afta membuat bingung Bu Dian. Pasalnya, setelah Gevan tak ada laki-laki lain yang Dara kenal di kampus atau bahkan menjemput Dara ke rumah.

Afta terduduk di sofa ruang tamu Bu Dian. Dara turun dari tangga rumahnya. Matanya seketika terbelalak menatap Afta yang terduduk di sofa rumahnya dengan santai. Dirinya hendak terpeleset karena terkejut melihat pria berwajah visual itu.

"Ngapain tuh cowok ke sini? .... Arrghhh Yumiiiiiiiii, awas lo," batin Dara.

"Nak, ibu senang kamu bawa teman ke sini. Katanya dia mau bicarain tugas kuliah sama kamu. Ibu ke dapur dulu ya, siapin minuman."

"Tugas? Modusnya bisa banget nih orang," batin Dara jengkel.

"Oh hai," sapa Afta tanpa dosa.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Dara datar tanpa ekspresi.

"Main lah, emang gak boleh?"

"Siapa bilang lo teman gue? Seenaknya main ke rumah gue?"

"Emangnya namu itu harus jadi teman lo dulu ya?"

"Mau apa lo ke sini? Ngomong intinya aja. Jangan bertele-tele. Gue tau lo modusin ibu gue buat diajak masuk sama dia. Padahal hari ini gak ada tugas sama sekali, dan satu lagi ... lo beda kelas sama gue, matkul kita beda tiap hari," ucap Dara tanpa henti membuat Afta lantas menutup mulutnya membuat Dara melotot kaget.

UNTITLED, 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang