27. Bad Night

659 38 5
                                    

Yumi juga Mark tengah mengobrol di kantin kampus. Dara menghampiri mereka.

"Kenapa?"

"Afta ... Afta ngajak gue ..."

"Kencan?" Mark membuat Yumi menatapnya kaget.

"Nggak, dia punya janji, mau ngenalin gue ke temennya."

"Bagus dong, itu artinya Afta serius sama lo, dia gak segan ngenalin lo sama temennya."

"Gue sih gak keberatan, tapi kenapa hati gue rasanya gak enak yah?"

"Dara, jangan berpikir negatif. Gue dukung apapun hal yang terbaik buat lo juga buat Afta. Manusia itu makhluk sosial, kita saling bergantung pada manusia lain," sahut Yumi membuat Dara terdiam.

"Ikut yok," ucap seorang laki-laki menarik paksa lengan Dara.

Ya, dia Afta Mahendra.

"Ke ... ke mana?"

"Ya ke mana aja. Yumi, gue izin bawa temen lo ya."

"Silahkan aja."

Mereka sampai di rumah sakit. Terlihat Eresa dengan ibunya sedang makan bersama.

"Bibi, Eresa gimana kondisinya?"

"Syukurlah, dia merasa lebih sehat."

"Ma, Afta ... Afta ..." Ucapan Afta terbata. Ia gugup karena membawa Dara ke rumah sakit, padahal sebelumnya mereka pernah bersama.

"Mama tau. Dara?" Bu Resa memanggil.

"Iya tante?"

"Apa Afta bikin ulah di kampus? Apa dia masih pecicilan? Atau mungkin dia pengganggu?" Pertanyaan Bu Resa membuat Afta melotot kaget mendengar seluruh keburukannya disebut oleh sang Mama.

"Mama, kenapa keburukan Afta disebut semua?" bisik Afta.

Dara hanya tersenyum ramah di depan ibunda Afta. Kali ini Bagus menjadi orang yang paling bahagia melihat Dara juga Afta bersama.

"Jagoan, gimana kondisi kamu?" tanya Afta seraya memegangi kepala Bagus.

"Bagus sehat dong kak. Bagus kan anak laki-laki. Anak laki-laki itu harus kuat."

"Nah itu baru jagoan kakak."

"Kamu mau apa biar kakak beliin di luar?"

"Bagus mau serabi, Bagus mau itu dari kemarin, tapi Mama selalu lupa beliin."

"Aduh iya Mama lupa Bagus, maafin Mama ya? ... Kerjaan rumah sama kantor lagi banyak."

"Gak apa-apa biar Afta yang keluar."

"Emm Dara, tolong jaga Bagus sebentar yah, tante mau ke ruang dokter."

"Baik tante."

Sandara terduduk di samping ranjang milik Bagus. Bagus selalu tersenyum menatapnya tajam membuat Dara begitu heran.

"Kenapa kamu liatin kak Dara kayak gitu?"

"Kakak cantik, pantes aja kak Afta suka sama kakak."

"Dari mana kamu tau kalau kak Afta suka sama kak Dara?"

"Emm kakak selalu bilang, kalau kak Dara itu orang yang baik. Kata kak Afta, kalau di kampus, kak Dara selalu perhatian sama ka Afta. Kak Dara selalu bikin kakak senyum terus, kata kakak. Kakak gak mau kehilangan orang yang kakak sayang. Dia bilang orang itu Bagus juga kak Dara. Hebat kan kak?" ucap Bagus dengan polosnya membuat Dara bingung sendiri. Ia bahkan terasa canggung walau yang bicara itu hanyalah seorang anak berumur 6 tahun.

UNTITLED, 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang