Halo!🙆
Happy reading!✨
---
Lano yang sedang duduk di atas mejanya langsung berseru begitu melihat sosok Saga yang masuk ke dalam kelas dengan tas tersampir di bahu kirinya. "Woy, katanya ada anak cewek baru di kelas kita!"
Saga tidak memberikan respon apa-apa, walau dirinya sedikit terkejut. Jelas bukan disebabkan oleh berita yang diucapkan Lano, karena Saga sudah tahu dengan pasti siapa anak baru yang Lano maksud. Namun keterkejutannya muncul karena ia sama sekali tidak menduga bahwa Bunda akan memasukkan Key ke dalam kelas yang sama dengannya.
Lagipula, Saga sendiri sejujurnya cukup heran. Pasalnya, SMA Pelita sendiri adalah salah satu SMA elit ternama di Jakarta. Tes untuk masuk ke sekolah ini terbilang ketat, namun Bunda tetap bersikeras untuk memasukkan Key ke dalam sekolah ini—Walau Saga yakin, hal itu cukup sulit mengingat sekarang sudah memasuki pertengahan semester.
"Selamat pagi, semuanya." Suara Pak Harun, guru kimia sekaligus wali kelas mereka membuat Lano langsung melompat turun dari meja yang di dudukinya dan cepat-cepat duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan Saga. Kehadiran Key di sebelah Pak Harun langsung mengundang bisik-bisik hampir seisi kelas. Saga sendiri hanya diam di kursinya, memperhatikan gadis itu dari tempatnya.
"Kelas kita kedatangan murid baru," ucap Pak Harun, kemudian menoleh kepada Key, mempersilahkan gadis itu untuk memperkenalkan dirinya.
Key membasahi bibir bawahnya dengan gugup, kemudian tersenyum. Dengan satu helaan nafas, gadis itu memperkenalkan namanya juga menyebutkan sekolah asalnya, berusaha memberikan kesan sebaik mungkin pada anak-anak yang mulai hari ini resmi menjadi teman sekelasnya.
"Ya sudah, kamu langsung duduk di—" Pak Harun berhenti sejenak, mengedarkan pandangannya ke seisi kelas, sebelum kemudian berhenti di kursi kosong yang berada di paling belakang, di sebelah seorang pemuda yang tengah terlelap dengan menjadikan lengan sebagai bantalnya. Kedua telinganya tersumpal dengan bantalan earphone. Namun anehnya, Pak Harun terlihat tidak berniat untuk menegur anak itu, walau jelas apa yang dilakukannya melanggar tata tertib kelas. "—di belakang sana."
Ketika Pak Harun menunjuk kursi itu, spontan ada keheningan yang tiba-tiba menyelimuti seisi kelas. Key mampu menyadari perubahan raut wajah sebagian siswa. Ada beberapa yang langsung berbisik-bisik sambil sesekali menatap anak laki-laki yang tertidur di belakang sana, namun tak seorang pun yang mengatakan apa-apa.
Pun pada akhirnya, Key bergerak menuju ke kursi yang ditunjuk Pak Harun, duduk disana dan menatap anak laki-laki yang sekarang menjadi teman duduknya itu selama beberapa detik. Dan tiba-tiba saja, lelaki itu mengangkat wajahnya membuat Key terkejut. Untuk sesaat, keduanya bersitatap, sebelum anak lelaki itu membuang wajahnya dengan raut tidak peduli, melepas salah satu bantalan earphone-nya dan bersandar di kursinya, mulai mendengarkan pelajaran yang tengah Pak Harun terangkan.
Key juga melakukan hal yang sama, walau jujur, penampilan pemuda itu sangat menganggunya. Penampilannya begitu kontras dengan murid-murid Pelita lain—Seragam yang tidak dimasukkan, dasi yang dilonggarkan, rambut yang terkesan acak-acakkan, anting hitam yang menghiasi kedua telinganya, dan sepatu yang berwarna putih.
Namun Key mencoba tidak memusingkan hal tersebut dan berusaha berkonsentrasi penuh pada materi yang tengah diterangkan Pak Harun, hingga ia tidak menyadari bahwa sekarang, Saga tengah memperhatikannya diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] an unfilled space or interval; a gap. *** Di suatu sore, ketika Saga baru saja tiba di rumah sepulangnya dari sekolah, ia dibuat bingung oleh kardus-kardus yang berada di ruang tamu rumahnya. Keterkejutan itu berlanjut saat Bunda muncul beb...