Halo!💓
Happy reading!✨
---
Key menyusuri koridor tanpa arah karena ia sendiri masih belum tahu harus menghabiskan makan siangnya dimana. Sudah hampir sepuluh menit berlalu, yang artinya waktu makan siangnya tersisa dua puluh menit sebelum bel masuk berbunyi dan Key masih belum menyentuh makan siangnya sedikitpun.
Selama Key melintasi koridor dan berpapasan dengan beberapa siswa, Key baru menyadari bahwa bisik-bisik tentang dirinya itu tidak lagi terdengar, kemungkinan besar karena perkelahian Saga dan Rian kemarin yang membuat mereka memilih untuk tidak lagi membicaran rumor itu, setidaknya tidak di depan Key langsung. Namun tidak semua murid melakukannya, karena masih ada beberapa yang terang-terangan meliriknya tajam, bahkan termasuk teman sekelasnya yang tidak sengaja berpapasan dengannya.
Key menghembuskan nafas pelan, masih berpikir dimana ia harus duduk dan menghabiskan makan siangnya ketika secara tiba-tiba seseorang mengambil nampan makan siangnya membuat Key tersentak kaget.
Begitu Key menoleh, ia menemukan Kavin yang sedang menyumpal kedua telinganya dengan earphone, lalu dengan santai berjalan mendahuluinya.
"Kavin!" Key berseru, namun diabaikan pemuda itu. Entah ia memang benar-benar tidak mendengarnya atau hanya berpura-pura mengingat suara Key yang cukup keras.
Kavin masih saja terus melangkah dengan membawa makan siang Key, berbelok di ujung koridor dan menaiki tangga yang membawanya ke rooftop.
Setelah sampai diatas, barulah Kavin menoleh, menatap Key yang sedari tadi mengikutinya. Nafas gadis itu sedikit terengah-engah karena baru saja menaiki anak tangga yang cukup banyak.
Dengan ekspresi yang tidak berubah, Kavin menyerahkan nampan makan siang milik Key kepada gadis itu. "Makan bareng gue." Itu tidak terdengar seperti permintaan, apalagi penawaran. Itu terdengar seperti sebuah perintah.
Kavin membuka pintu rooftop membuat angin yang sedikit kencang menyapa keduanya. Pemuda itu belum melangkah, justru menatap Key dan menggerakan kepalanya, meminta Key masuk terlebih dahulu seakan ingin memastikan gadis itu tidak kabur kemana-mana.
"I see. Lo mau kita berdiri disini sampai bel masuk?" Kavin bertanya santai.
Key menggigit bibir bawahnya sebelum memutuskan untuk melangkah, menginjakkan kakinya ke permukaan semen yang melapisi rooftop itu.
Kavin menutup pintu rooftop kembali, berjalan mendahului Key yang masih membatu di tempatnya berdiri. "Twenty minutes left. Stop thinking too much." Kavin berkata dengan intonasi dingin sekaligus malas, membuat Key akhirnya memilih untuk menggerakan kakinya menuju ke sofa yang sudah diduduki Kavin terlebih dahulu.
Dengan ragu, Key menghempaskan bokongnya di bantalan empuk di sebelah Kavin, menatap cowok itu sebentar sebelum kemudian mulai menyantap makan siangnya yang masih utuh.
"Lo suka sama Saga?"
Key hampir saja tersedak dengan makanan yang sedang ia telan ketika mendengar pertanyaan Kavin yang begitu tiba-tiba. Key meneguk airnya, sebelum kemudian menoleh kepada Kavin yang tengah menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ia gambarkan. "Ka-kamu kenapa tiba-tiba nanya itu?"
"Gue nggak minta lo bertanya balik."
Key membasahi bibir bawahnya dengan gugup. "A-aku... Aku nggak tau."
"It's a yes or no question. I don't know is not an answer." Kavin menyahut kasar dan dingin, membuat Key mengernyit, bingung mengapa cowok itu harus semarah ini hanya karena jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] an unfilled space or interval; a gap. *** Di suatu sore, ketika Saga baru saja tiba di rumah sepulangnya dari sekolah, ia dibuat bingung oleh kardus-kardus yang berada di ruang tamu rumahnya. Keterkejutan itu berlanjut saat Bunda muncul beb...