28 • Yang Tak Terduga

2.1K 445 43
                                    

Halo!💓

Happy reading!✨

---

Begitu bel istirahat menggema mengisi penjuru sekolah, guru Biologi yang sedang mengajar di kelas Saga langsung membereskan barang-barangnya, beranjak keluar setelah seisi kelas memberi salam.

Saga meletakkan makanan pencuci mulutnya di dalam nampannya sebelum berjalan menyusul Lano yang sudah lebih dahulu melangkah menuju meja yang biasa mereka tempati. Meja yang memang tak pernah ditempati siapapun selain mereka berdua, tak peduli meskipun Saga dan Lano melewatkan jam makan siang ataupun tidak hadir.

Di kantin Pelita, sudah menjadi rahasia umum bahwa beberapa meja biasanya  memang sudah menjadi 'milik tetap' beberapa orang yang biasanya disebut oleh murid-murid sebagai kalangan populer. Meja tersebut tidak akan ditempati oleh anak-anak lain meskipun meja-meja yang lain sudah penuh dan tempat yang tersisa hanyalah meja-meja itu. Mereka lebih memilih menikmati makan siang di tempat lain daripada harus berurusan dengan 'pemilik' meja tersebut.

Beberapa saat kemudian, segerombol murid-murid cowok memasuki kantin, beberapa diantaranya menggunakan jersey basket sekolah yang biasanya dikenakan saat sedang latihan atau bertanding, membuat Saga dengan mudah bisa menebak kalau mereka semua adalah tim basket milik SMA Pelita.

Kehadiran mereka membuat sedikit keriuhan, terutama karena jumlah mereka yang bisa dibilang tidak sedikit—kira-kira dua kali lebih banyak daripada yang biasanya Saga lihat saat makan siang di kantin.

"Ada apaan, sih? Tumben mereka rame-rame gitu." Lano sedikit mencondongkan tubuhnya ke meja yang ada di sebelah mereka, tempat anak-anak perempuan yang tampaknya adalah siswa tahun pertama sedang menyantap makan siang mereka.

Mereka tampak terkejut, mungkin tidak menyangka seorang senior akan mengajak mereka berbicara, terutama kalau senior tersebut adalah seorang Delano Narendra. Sedangkan Saga yang duduk di hadapannya hanya mendengus, tahu bahwa Lano bukan hanya sekedar ingin bertanya apa yang terjadi, namun juga sekalian mau menggoda siswi-siswi yang setingkat di bawah mereka itu.

"Ka-katanya sih mereka habis menang tanding basket tingkat kota kemarin, kak. Mungkin mereka lagi ngerayain sekarang."

Lano mengangguk. "Ooh. Makasih ya, cantik."

Saga mendengus jijik. "Brengsek."

Lano membalasnya dengan sebuah kekehan dan ekspresi tengil. "Sekali-sekali, lah. Mumpung Kila nggak keliatan."

Saga baru akan merobek plastik pembungkus rotinya ketika matanya tak sengaja melihat meja paling pojok yang biasa ditempati Key justru dipakai oleh anak-anak basket yang tidak kebagian tempat.

Dan tepat sesaat setelahnya, Key keluar dari antrean karena sudah selesai mengambil makan siangnya. Gadis itu menghentikan langkahnya ketika mendapati meja yang biasa ia tempati kini sudah berpenghuni. Dan seperti yang sudah bisa Saga tebak, gadis itu tidak mengatakan apa-apa dan langsung beranjak keluar dari kantin.

Saga berdecak, kembali meletakkan rotinya di atas nampan sebelum bangkit dari kursinya.

"Lo mau kemana?"

"Anggap aja ini balas dendam karena lo juga pernah ninggalin gue makan siang sendiri."

"Dih, tapi kan waktu itu lo nggak benar-benar sendirian. Ada Key yang—setan, emang." Lano mengumpat kesal karena gerutuannya hanya dibalas oleh kekehan Saga yang kemudian beranjak keluar dari kantin, menyusul Key yang entah akan menghabiskan makan siangnya dimana.

Key melintasi koridor lantai satu, melewati taman sekolah yang sudah dipenuhi oleh anak-anak yang sedang menghabiskan makan siang mereka disana. Gadis itu tidak mungkin menyantap makan siangnya di kelas mengingat SMA Pelita memang melarang para muridnya untuk membawa makan siang mereka ke dalam kelas, kecuali bekal yang dibawa dari rumah.

Lacuna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang