Halo!😊
Happy reading!✨
---
Besok itu hari minggu, hari dimana Saga bisa bangun di siang hari tanpa harus memikirkan apa-apa. Cowok itu sudah berencana menghabiskan malamnya dimulai dengan menonton film slasher barat yang memang sudah lama ingin ia tonton namun tak kunjung sempat.
Baru beberapa menit film dimulai, ketukan dipintu kamarnya membuat Saga menjeda film tersebut, beranjak dari tempat tidurnya dan menemukan seseorang—yang sudah ia duga tentunya—berdiri di depan pintu kamarnya.
Key.
"Hng, Saga. Aku boleh pinjem pulpen, nggak? Kotak pensil aku kayaknya ketinggalan deh, di kelas."
"Lo lagi ngapain?"
"Kerjain PR."
Wajah Saga berubah tidak percaya. "Besok hari minggu kalau lo lupa."
Key tertawa sebelum menyahut. "PR yang dikasih Bu Iva mana bisa aku kerjain sehari. Malah kayaknya sampai hari senin juga belum selesai."
Saga diam sebentar, sebelum kemudian, "Mau nonton film bareng gue?"
Key mengerjapkan matanya. "Tapi, PR aku—"
"Gue bisa bantu lo kerjain itu besok." Saga kemudian menyingkir dari ambang pintu kamarnya, memberikan Key akses untuk masuk ke dalam. "Come in."
Key memainkan jarinya saat melangkah masuk ke dalam kamar Saga yang cukup gelap karena cowok itu tidak menyalakan lampu kamarnya. Penerangan yang ada cuma berasal dari cahaya televisi yang sedang menyala. Saga menutup pintu dibelakangnya, lalu kembali ke kasurnya dan bersandar pada kepala tempat tidur.
Saga mengangkat alisnya begitu menyadari Key masih berdiam saja di sisi ruangan. "Key?"
Key sedikit tersentak, kemudian buru-buru berjalan mendekati tempat tidur Saga. Saga menepuk ruang kosong di sebelahnya, membuat Key yang awalnya hanya berdiam di sisi tempat tidur bergerak dengan canggung untuk duduk di sebelah Saga di atas kasur.
Saga bisa mengerti keraguan yang muncul di sorot mata Key. Cowok itu tersenyum, dan entah kenapa berhasil membuat ragu yang dirasakan Key perlahan menguap. "It's fine, Key."
Key hanya bisa mengangguk, sementara Saga sudah mengambil remote untuk kembali melanjutkan film yang sempat ia jeda tadi.
Beberapa menit selanjutnya dari film itu masih biasa-biasa saja, namun menit-menit selanjutnya mulai diisi oleh adegan berdarah-darah yang kelihatan sangat menjijikan. Diam-diam, Saga melirik Key yang berada di sebelahnya. Dan alih-alih menemukan gadis itu sedang ketakutan, Key justru sedang menyaksikan adegan pembunuhan sadis di televisi tanpa berkedip sekalipun. Ia tampak sangat serius, seperti tak ingin melewatkan satupun adegan dari film tersebut.
"Cewek pertama yang nggak kedip sekalipun pas nonton film kayak gini." Celetukan tiba-tiba Saga membuat Key menoleh, kemudian tersenyum. "Aneh, ya?"
Saga menggeleng. "No, i find it attractive instead."
Key diam sebentar, sedang berusaha keras mengatur detak jantungnya yang berdebar sangat kuat. Sesaat kemudian, gadis itu berkata, "Tapi kalau dilihat dari kata-kata kamu, kayaknya udah banyak cewek yang kamu ajak nonton film."
Kini, keduanya sudah benar-benar mengabaikan film yang ada di hadapan mereka.
Saga tersenyum, dan lagi, masih berhasil membuat Key terpana. Mungkin karena Key sudah terlalu terbiasa melihat wajah Saga yang selalu terlihat tidak peduli. Atau karena memang senyuman Saga justru membuat cowok itu semakin terlihat tidak nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] an unfilled space or interval; a gap. *** Di suatu sore, ketika Saga baru saja tiba di rumah sepulangnya dari sekolah, ia dibuat bingung oleh kardus-kardus yang berada di ruang tamu rumahnya. Keterkejutan itu berlanjut saat Bunda muncul beb...