Halo!💓
Happy reading!✨
---
Keesokan paginya, Saga menuruni tangga sambil mengancingi seragamnya dan memperbaiki posisi tali tasnya. Key masih belum terlihat di meja makan, membuat Saga mengernyit karena biasanya gadis itu selalu berada di meja makan sebelum Saga datang.
"Key lagi cek barang-barang di kamarnya, takut ada yang ketinggalan," kata Bunda, seakan bisa membaca tanda tanya yang muncul di kepala Saga.
Saga duduk di sebelah Bunda, membalikan piringnya dan mulai menyendokkan nasi ke piringnya. Pemuda itu menoleh ketika Bunda menyentuh lengannya dengan lembut, "Bunda nggak tau kamu ada masalah apa sama Key. Tapi kamu yakin benar-benar nggak mau ngomong sama dia sekarang? Dia sebentar lagi pulang, loh."
Tangan Saga berhenti bergerak. Pemuda itu menghela nafas dengan pelan, "Nggak ada yang perlu aku omongin sama dia." Saga menjawab sekenanya, sebelum mengambil sendok dan garpu dan mulai menyantap makanannya.
Melihat Saga yang tampaknya tidak lagi ingin melanjutkan obrolan membuat Bunda memilih untuk tidak lagi membicarakannya. Sesaat kemudian, terdengar bunyi derap langkah menuruni tangga, diikuti dengan Key yang muncul di ruang makan dan dengan ragu duduk di hadapan Saga.
"Semua barang kamu udah siap?"
Key buru-buru mengalihkan pandangannya dari Saga, menoleh ke arah Bunda dan tersenyum. "Udah, Bunda."
Bunda mengangguk, lalu tidak bertanya apa-apa lagi dan segera menyuruh Key mengisi piringnya untuk sarapan. Bunda hari ini sengaja meminta ijin untuk datang sedikit terlambat ke kantor agar bisa menemani Key menunggu Ibunya datang menjemput.
Ini terakhir kalinya Saga bisa duduk di meja makan dan menghabiskan sarapannya bersama Key. Membayangkannya membuat Saga merasa ada hampa yang menjalari tubuhnya pelan-pelan tanpa bisa ia halau.
Saga dan Key masih menghabiskan sarapan mereka masing-masing ketika Bunda beranjak duluan dari meja makan setelah berkata, "Bunda telepon Mama kamu dulu ya, Key."
Tersisa Saga dan Key yang kini sudah menandaskan makanan mereka masing-masing. Belum ada yang berniat untuk beranjak dari kursi, sebelum akhirnya tanpa menatap Key, Saga berdiri dan berkata, "Gue duluan."
Key buru-buru bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Saga, membuat langkah pemuda itu terhenti. "Saga."
Senyap sedetik. "Ada apa?"
Key bahkan belum tahu apa yang harus ia katakan, namun di pertemuan mereka yang bisa jadi menjadi pertemuan terakhir untuk waktu yang sangat lama itu, ia tidak ingin Saga hanya pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. "Jangan marah." Key melirih.
"You can't even answer my question, Key. Did you love me or did you not?" Saga berkata. Seperti biasa, intonasinya selalu memberi kesan tenang. Namun kali ini, Key tetap bisa menemukan sebentuk emosi dibalik ketenangan itu. "Gue nggak bisa menunggu kalau lo sendiri bahkan nggak bisa kasih tau gue apa yang lo rasakan, Key."
Key menunduk, menelan salivanya dengan susah payah saat mendengar kalimat terakhir Saga. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, seketika merasa seperti seorang pengecut karena setelah mematahkan hati Saga, ia bahkan tidak bisa memberikan kepastian apapun untuk pemuda itu.
"Saga, aku minta maaf."
Saga menatap Key tidak percaya. "I'm not asking for an apologize, Keysha. All i ask is what are you feelings towards me?" Pemuda itu membuang muka, sebelum kembali menatap pada Key dengan ekspresi yang tidak terbaca. Dengan rahang yang sudah mengeras, Saga menganggukan kepalanya. "I see. Lo benar-benar ingin pergi tanpa jawaban."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [Completed]
أدب المراهقين[BAHASA] an unfilled space or interval; a gap. *** Di suatu sore, ketika Saga baru saja tiba di rumah sepulangnya dari sekolah, ia dibuat bingung oleh kardus-kardus yang berada di ruang tamu rumahnya. Keterkejutan itu berlanjut saat Bunda muncul beb...